part 8

65 7 0
                                    

Pertandingan basket akan segera di mulai

"Lu telat ngomongnya, udah gak ada waktu lagi buat hapus nih" salsa hanya bisa diam saat melihat ku, aku kan tidak bisa berdandan yang natural, aku seringnya melihat ibuku pergi ke acar acara dengan bedak yang tebal. Ku tarik tangan salsa menuju lapangan

Saat kami melewati koridor, beberapa pasang mata memperhatikan kami tanpa berkedip. Eh ralat maksudnya hanya aku saja yang jadi pusat perhatian, bermacam macam ekspresi yang mereka tunjukan, ada yang berusaha menahan tawa, bahkan ada yang blak blakan tertawa hingga salivanya keluar seperti hujan.
"Gilak tebel banget tuh bedak"

"Buseh mau ngelenong dimana"

"Gak pernah dandan sekalinya dandan kaya emak emak"

Beberapa ocehan mereka tak membuatku gentar, mungkin karna kuping ku sudah kebal.'Semenarik itukah wajahku? Mungkin mereka terpesona' hanya kata itu yang muncul diotak ku.

Dan disinilah aku bersama salsa di pinggir lapangan di bawah pohon besar, tempat yang paling nyaman untuk menonton. Dari jauh kulihat viko dkk dan tio tengah menyusun rencana penyerangan sedangkan nabila tak henti hentinya memperhatikan tio, kenapa nabila yang sekarang begitu menyebalkan!.

Riuh tepuk tangan menandakan permainan dimulai, tak lupa team cheerleaders membantu menyoraki untuk menambah ramai suasana, ya itulah kegunaan anggota cheers, hanya menggunakan suara dan gerakan gerakan kekanan ke kiri membuat semuanya terpesona? Ayolah aku juga bisa seperti mereka, tapi itu bukan 'gue' banget!

Aku pun tak mau kalah, aku terus meneriaki nama tio, untuk membuatnya semangat. Mataku tak pernah lepas dari satu objek yaitu tio. Hingga.... "tio!" Teriakku, dan beberapa orang terlihat khawatir ketika melihat tio tersungkur di tanah.

Akupun berlari sekuat tenaga untuk mencapai lapangan dan disinilah aku, tepat di depan dalang perusuh dan curang. Aku tak tau ekspresi apa yang ditunjukannya saat aku masuk begitu saja ke area pertandingan nya karna aku membelakangi nya. Yang aku lihat hanya ekspresi beberapa orang yang terlihat sinis mematapku sambil berbisik bisik.

"Eh dion kalau main gausah dorong-dorong !" Teriakku tepat di wajah dion, aku tak perduli mau ia menamparku saat itu juga.

"Lu siapa? Pacarnya?" Dion tersenyum evil ke arahku

"Kalo iy.."

"LIA!" Teriak tio di belakangku memotong ucapanku. Lalu ia berdiri di depan ku sambil memegang erat pergelangan tanganku, sangat erat

"Lu itu kenapa hah? Gua gapapa, ini cuma pertandingan! "Ucap tio tepat di wajahku, aku bisa merasakan aura kemarahan nya

"Pertandingan apa yang gak sportif?" Aku hanya ingin membelamu tio, dia berbuat curang

"Shit! Lu ngerusak pertandingan nya!" Ucapnya membuatku kaku. Ia menghempaskan tanganku dengan kasar hingga membuat keseimbangan tubuhku runtuh.Bukan hanya tubuhku saja yang terasa sakit, tapi batinku juga ikut runtuh.

"Lu gapapa lia?" Viko mengulurkan tangannya dan segera ku terima

"Makasih tio, eh maksud gua viko, maaf gua udah ngerusak pertandingannya". Air mataku kembali tumpah, aku tak bisa menahannya lagi.

Viko membawaku kedalam dekapannya "anak cantik gaboleh nangis"

Kudorong tubuhnya menjauhiku "gausah peluk-peluk, bau keringet"

"Yaudah sana ke toilet, bedaklu luntur tuh" ucapnya sambil mentertawaiku

"Sial!" Mereka yang melihat adegan kami merasa kesal dan iri pasalnya viko adalah cowo terganteng ke dua setelah tio, menurutku sih. Jadi cewe mana yang gak iri?

Aku berjalan menghampiri salsa yang berada dipinggir lapangan "lia lu gapapa?" Kata gapapa itulah kuncinya, menandakan bahwa ada sesuatu

"Gua gapapa sal, tapi pertandingan nya rusak gara-gara gua!"

Salsa memelukku sangat erat"gua ngerti kok, tapi kan niat lu baik" aku melepaskan pelukannya

"Gua harus cari tio, biar pertandingan nya bisa dimulai lagi" ku seka air mataku yang mengalir

"Iya, gua bantuin" itulah gunanya teman, saling membantu bukan cuma ada maunya doang.

Aku dan salsa terus mencari ke setiap ruangan dan sudut sekolah tapi hasilnya nihil! Tio memang cowo misterius, ia susah untuk ditebak, oleh karna itu temennya mungkin dapat dihitung jari. Sampai aku teringat sesuatu "di taman belakang!"

Kami pun berlari menuju taman belakang, dan setibanya kami disana kulihat tio sedang duduk berdua dengan seseorang wanita. Seketika membuat nyali ku menciut, dadaku sesak, bahkan kakiku seperti jel.

"Gapapa percaya sama gua" salsa berusaha menguatkan ku dengan menggenggam telapak tanganku.

Yah! Aku harus bisa. Kuberanikan diriku mendekati tio

Aku bersimpuh didepannya dan memohon "tio maafin gua, gua mohon lu ikut tanding lagi ya"

"Ngapain lu disini" itu bukan suara tio, itu suara nabila

"Ini semua gara-gara lo!, seharusnya lu gak usah nonton tadi! Lu emang perusak lia" bentak lia membuatku geram tapi kutahan karna ada tio

"Nab dia temen lu! Kok lu malah ngebentak sih?" Salsa membelaku.

"Itu tadi. Dan mulai sekarang kita bukan temen lagi, ayo tio kita pergi" nabila membawa tio menjauhiku, aku kehilangan satu sahabat lagi.

Salsa memelukku sangat erat "dia bukan temen yang baik lee, ini bukan salah lu" salsa selalu mengerti perasaanku. Dan disinilah tangisku mulai pecah, bahkan aku tak bisa mengontrolnya, ini diluar kendaliku

"Sal, cukup nabila dan tio yang pergi, gua harap lu tetep disini sama gua"

"Itulah gunanya sahabat lee"

-----------

Black SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang