Anindira
"Maaf,Dir. Aku gabisa ngelanjutin apapun kita ini,Dir. Kamu terlalu kekanakkan buat aku." Suara itu menjawab dari telepon genggamku.
Aku terdiam. Mencoba memproses apa yang sedang terjadi.
"Maksud kamu,Co?" Tanyaku,masih mencoba memproses semuanya.
"Maaf,Dir,aku mau udahan. Maaf banget ya,tapi sesuatu yang dipaksa itu enggak pernah berakhir baik,Dir." Kata Marco lirih.
Belum sempat aku menjawab,Marco sudah menutup sambungan telepon.
Aku menatap layar telepon genggamku. Hitam,kosong. Sama seperti apa yang aku rasakan sekarang. Namun,aku hanya bisa menghela nafas panjang.
'Kena lagi,kena lagi,Dir' batinku.
**************
A/N
haii semua! aku tau aku udah ngilang selama mungkin 1038293719 tahun (oke berlebihan). iya,kalian pasti mikir "helo author, All in My head aja beloman,The Soulmate Game juga,udah upload yg baru aja" hehehe. maaf yaa tapi aku mau ngedelete All In My Head karnaaaaa itu cerita ga relevan banget. kalo The Soulmate Game tenang ajaa aku masih ngelanjutin kokkk tapi abis UN yaa karna aku KELAS 9 dan guess what? kurang dr dua minggu aku udh mau un HAHAHAHA MATI AJA GUE/oke selesai ya udahan curhatnyaa aku harap kalian sukaa prolognya!!
LOVE YOU AAAALLLL!!!
xxxxx
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Heartbreak Catastrophe
Подростковая литература"Apa Bunda pernah ngerasain sakit hati?" Tanyaku. Bunda tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Tentu pernah,Dira," Bunda terdiam sebentar, "Tapi,itulah cara kamu belajar dalam hidup." Jawab Bunda. atau Dimana Anindira mengalami berbagai series kej...