Anindira
"Selamat pagi,Anak-anak," Sapa Bu Jihan.
Anak-anak yang tadinya rusuh langsung bergegas kembali ke tempat duduk masing masing.
Kapan bel nya?,batinku. Enggak denger tuh,Oke aku budek mungkin.
Bu Jihan memulai pagi itu dengan perkenalan. Meski ini sudah memasuki semester 2. Namun karena ia dengar ada murid baru,ia memerintahkan murid murid kelas X-E IPA untuk mengenalkan dirinya kembali satu persatu. Tanpa disadari,giliranku pun tiba. Aku menarik nafas yang panjang sebelum berdiri dari bangku.
"Hai semua,nama gue Anindira Andriani Karnaya. Senang bertemu kalian lagi di tahun ini!" Alhamdulillah,enggak ada yang kacau.
Lalu,Lunna selanjutnya.
"Halo! Gue Lunna Olivia Ineke Ardiva,panggil Lunna boleh,Olivia boleh,asal jangan Ardiva aja ya! Itu nama abang gue!" Kata Lunna sambil cengengesan. Aduh ini anak lagi situasi begini masih aja ngelawak. Lunna kembali duduk setelah perkenalan absurdnya itu.
Beberapa murid kemudian,giliran Devin - teman sebangku barunya Arjuna - tiba.
"Halo semua! Nama gue Devin Alazhar Erlangga,panggilannya Devin. Oh iya! Nama gue emang kayak nama sekolah jadi jangan sampe ketuker ya!" Devin tertawa renyah.
Tiba juga akhirnya giliran Arjuna. Arjuna kelihatan percaya diri. Yah,dia dari dulu juga sudah terbiasa ngomong depan orang orang.
"Hai semua! Nama gue Arjuna Bagas Retno Darryl,panggil gue Arjuna atau Juna. Gue pindah dari SMA Harapan Bangsa karena Papa pikir gue kalau disitu bakal jadi bandel," Katanya cengengesan,"Senang bertemu kalian! Semoga kalian mau ya temenan sama gue!"
"Lebih dari teman juga enggak masalah," Celetuk Inna,anak yang terkenal suka modus itu (padahal dia enggak suka,emang kerjaannya bikin orang baper).
Seisi X-E IPA semua tergelak akibat celetukkan Inna itu. Sementara Bu Jihan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum tipis terlukis di mukanya.
Setelah beberapa murid selesai memperkenalkan diri,Bu Jihan memulai pelajaran Biologi. Dira mengeluarkan buku paket dan buku tulisnya. Dia mulai mencatat apa yang tertulis di papan tulis.
Ditengah pelajaran,Lunna menepuk lengan Dira. Dira hanya menoleh dan menaikkan satu alis.
"Dir,gue mau liat catetan lo yang terakhir dong! Yang kita nyatet ulang tentang Sistem Ekskresi,gue lupa nyatet,hehehe."
Typical Lunna,batinku.
"Nanti ya,selesai Pelajaran ini. Gue masih mau nyatet soalnya,"Jawabku.
"Yaudah gampang deh! Yang penting gue bisa nyatet," Seru Lunna,girang sudah dapat contekkan dari temannya.
"Oh iya,Dir,Kalo ada temen gue minta Id Line lo gue kasih boleh kan?" Tanya Lunna.
Aku hanya mengernyitkan dahi.
"Terserah deh." Ucapku,cuek.
•••••••
Bel akhirnya bunyi juga. Karena hari ini hari pertama semester dua jadi kegiatan belajar-mengajar disekolah belum sepenuhnya normal seperti biasa. Kebanyakkan guru ku adalah wakel dari kelas XII jadi kami diberi banyak waktu luang. Dua jam sehabis pelajaran Bu Jihan yang seharusnya pelajaran Matematika Bu Sofi jadi free time. Karena Bu Sofi harus mengurus kelas kakakku XII-C. Oh iya aku lupa cerita. Aku punya kakak yang bersekolah di SMA ini juga. Namanya Arnindhiya Cinta Karnaya. Dipanggilnya Cinta. Aku tahu. Aku juga sempat geli jika mengingat ulang nama kakakku adalah Cinta. Aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Ketel. Karena kupingnya itu bagai cantelan,bukan kuping beneran. Dia itu budek banget. Entah congean atau emang punya masalah kuping,aku gak tau yang jelas cuma khawatir karena kakakku budek. Dan oh betapa klise nya. Aku punya sahabat sekaligus tetangga yang seangkatan sama Kak Cinta namanya.....yup,you guessed it,Rangga. Nama panjangnya Irvianda Rangga Saputro. Aku tahu,Cinta dan Rangga. Namun sayang,Rangga enggak puitis sama sekali. Tapi dia punya aura aura dingin dan jutek gitu kayak Rangga di film Roman tahun 2001 itu. Sementara Kak Cinta juga enggak puitis. Tapi dia pintar. As in,Einstein Genius. Makanya kalau ada peer aku selalu minta tolong dia. Dan asal kalian tahu,Cinta sama Rangga itu saling suka. Tapi sama sama enggak tahu. Mereka berdua cerita ke aku. Tapi situasi ini terlalu lucu untuk aku memberi tahu salah satu dari mereka. Lagi pula,it's not my place to tell.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Heartbreak Catastrophe
Teen Fiction"Apa Bunda pernah ngerasain sakit hati?" Tanyaku. Bunda tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Tentu pernah,Dira," Bunda terdiam sebentar, "Tapi,itulah cara kamu belajar dalam hidup." Jawab Bunda. atau Dimana Anindira mengalami berbagai series kej...