empat belas

19 1 0
                                    

Anindira

Sesampainya di sekolah,Dira dan Cinta berpisah di tangga. Kelas sepuluh terletak di lantai dua,sementara kelas dua belas di lantai pertama. Dira masuk ke kelasnya dan melihat sudah banyak siswa-siswi yang mengelilingi mejanya. Dira menaikkan alisnya lalu berdeham. Semua murid yang mengerumuni mejanya langsung menoleh dan memberinya jalan.

Di meja Dira sudah ada satu buket bunga dan ada kartu disampingnya. Dira mengernyitkan dahinya lalu membuka kartunya.

Dira,

Kalo lo udah baca ini berarti lo udah dapet bunga dari gue (duh). Oke gapenting. Gue mau lo ke lapangan nanti pas istirahat oke?

Dah,see ya later

Raka

Mampus. Mau ngapain Raka? Dira menggigit jari lalu meletakkan buket bunganya di laci mejanya. Dira hanya bisa menunggu cemas akan apa yang sedang Raka lakukan.

***

Bel istirahat berbunyi. Dan untuk pertama kalinya,Dira berharap istirahat cepat usai. Tanpa menunggu Lunna,Dira sudah melangkah menuju perpustakaan. Ditengah jalan,Dira dihadang dua orang laki-laki. Regan dan Rian. Regan nyengir menunjukkan barisan gigi putih. Cengirannya itu mengingatkan Dira pada kembarannya. Wira.

"Butuh apa?" Tanya Dira.

"Ikut kita." tanpa menunggu jawaban Dira,Rian sudah menggeret Dira ke arah lapangan.

"Ih gue gamau,Yan," Dira menahan badannya agar tidak terseret Rian. Sayangnya,Rian jauh lebih kuat dari Dira. Jadi,percuma.

Sesampainya di lapangan,Dira melihat segerombolan siswa-siswi mengelilingi sesuatu. Atau seseorang.

Raka.

Regan menuntun Dira menuju Raka. Raka memegang satu buket bunga matahari,kesukaan Dira. Dira melihat sekelilingnya dan melihat sekilas kehadiran Juna dan Veronilo serta Karina dan Kanya. Lalu mata Dira menuju ke Raka.

Raka tersenyum,"Dir."

Dira merasa tenggorokannya kering,ia Cuma bisa mengangguk.

"Gue udah bilang malam kemarin ke lo. Kalo gue suka sama lo. Jadi,gue gamau pake basa-basi atau janji-janji,lo mau ga jadi pacar gue?" Semua hening. Semua berhenti.

Semua menatap Dira dengan tatapan penuh ekspektasi. Mungkin mereka berharap Dira mengangguk lalu memeluk Raka dengan bahagia dan bla bla bla. Tapi,bukan itu yang terjadi. Dira merasa sesak. Pusing. Entah kenapa. Dunianya berputar.

Dira terjatuh. Sebelum kepalanya bisa terbentur lantai,Veronilo menyanggah badan Dira. Semua murid berkasak kusuk. Dira masih setengah sadar. Ada apa sih dengan dirinya ini? Bisa bisanya pingsan saat di tembak cowok.

"Jangan dikerumunin! Nanti dia enggak bisa nafas! Udah sana pergi-pergi! Arjuna,bantuin gue! Bawain hape sama buku Dira." Seru seseorang.

Dira merasa dirinya sedang digendong seseorang. Dira terlalu pusing untuk peduli. Kemudian pandangan Dira berubah hitam.

***

Dira terbangun dengan kepala yang berdenyut dan perut mual. Ia membuka kelopak matanya dan melihat atap ruang UKS. Sejak kapan ia ada di UKS? Bukannya itu kemarin? Terakhir ia ingat,dirinya sedang di lapangan lalu-.....oh. Setelah Dira menyadari situasi,Dira langsung terduduk. Ia merutuk karena kepalanya pening akibat pergerakan cepat. Ia melihat Veronilo duduk disampingnya. Lagi.

"Udah gapapa?"

Mukanya lempeng.

"Raka...."

"Raka dikelas. Gue udah bilang ke dia gue bakal jagain lo. Dia bisa gantian nanti abis Arjuna."

Dira mengernyitkan dahinya,"Juna?"

"Iya. Abis ini Juna mau izin pelajaran Bu Mar,mau jagain lo."

"Gabutuh."

Veronilo berdecak,"Lo kenapa sih? Bisa aja gitu pingsan pas lagi di tembak cowo? Saking senengnya atau gimana?" candanya.

"Ga lucu." Dira memanyunkan bibirnya.

Veronilo terkekeh lalu mencubit kedua pipi Dira,"Yang lucu itu elooooooo."

Dira meringis lalu menoyol kepala Veronilo,"Sakit."

Veronilo mengelus pipi Dira,"Maaf ya."

Pipi Dira berubah merah. Jantung cewek itu berdebar sangat kencang sekarang.

"Eh,tapi jawaban lo apa?"

Dira menghela nafas,"Engga bisa. Gue sayang orang lain."

Veronilo menaikkan alisnya,"Siapa? Juna? Ya tuhan Dira."

Dira menggeleng.

Veronilo mengernyitkan dahinya,"Siapa dong?"

"Udah ah masih pusing. Ngantuk." Dira merebahkan badannya lalu berbalik badan membelakangi Veronilo.

Beberapa menit kemudian,ia mendengar Veronilo berkata,"Dasar. Untung lucu."

Dira berusaha untuk tetap tenang agar tidak ketahuan pura-pura tidur.

Dan jika jantung Dira berdebar-debar secepat larinya cheetah,tidak ada yang perlu tahu.

***

Saat Dira terbangun untuk kedua kalinya,ia melihat Arjuna yang sedang terduduk di kursi. Arjuna tersenyum.

"Udah enakan?"

Dira mengangguk.

"Gue kaget banget pas liat lo di tembak. Makin kaget pas lo malah pingsan. Kok bisa sih?"

"Ya gitu. Raka emang udah beberapa hari deket gitu sama gue. Gue kira dia enggak suka sama gue. Kalo masalah pingsan,gue juga enggak tau kenapa. Badan gue lagi error kayaknya."

Arjuna terkekeh,"Gue kira kalian udah jadian. Ternyata belom toh."

"Gue....gue enggak enak deh sama Raka. Nanti orang mikirnya gue pingsan gara-gara dia. Lagi pula,gue belom yakin jawaban gue apa." Bohong. Dira sudah tau persis bagaimana perasaannya kepada Raka. Tetapi ia masih bingung bagaimana cara memberi tahu Raka.

Arjuna memutar bola matanya lalu mengelus puncak kepala Dira,"Apa pun pilihan lo,yang penting itu buat lo bahagia,Dir."

Dira mengangguk.

Suasana hening untuk beberapa detik.

"Oh iya,Karina gimana?"

Arjuna menghela nafas,"Nanti pulang sekolah mau check up. Dan kalo boleh jujur Dir,gue takut."

Dira mengernyitkan dahinya,"Kenapa?"

"Kondisi Karina melemah,Dir. Gue enggak tau harus gimana. Dan yang lebih buruk,Karina bersikap seakan-akan enggak ada yang salah. Gue takut." Arjuna memijat pelipisnya.

Dira terhenyak. Ternyata sebegitu sayangnya Arjuna dengan Karina. Dira tidak ingin egois,tapi hatinya sekarang serasa sedang di remuk.

"Arjuna,gue yakin Karina bersifat begitu karna dia enggak mau ngehabisin sisa sisa hidupnya hanya dengan berserah diri,pasrah,sedih. Dia enggak mau itu terjadi. Gue yakin dia mau sisa-sisa hidupnya itu jadi bagian paling seru selama hidupnya. Jadi,lebih baik lo ajak dia ke tempat-tempat yang dia enggak pernah datengin. Atau ajak dia ke taman. Sesuatu yang sederhana,tapi berhaga. Little things matters,you know."

Mendengar kata Dira,Arjuna tersenyum. Dira benar.

"Lo emang paling ngerti gue,Dir." Kata Juna sembari memegang tangan Dira.

Dan untuk pertama kalinya,Dira tidak merasakan apa-apa.

***

A/N

HAIII aku re upload ini juga ish aku intinya bete bgt sama wattpad ih oke maaf gapenting aku baru selesai uts btw jadi blm bisaa lanjutin okee writers block bangettt

jangan lupa vomments okayyy

Lots of Love,

Vanilla x

Heartbreak CatastropheHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin