Anindira
Sesampainya di kelas,mood Dira makin jatuh seketika. Pemandangannya enggak enak sama sekali. Arjuna sedang terduduk di kursi sebelah meja Dira sembari berbincang dengan Karina yang duduk di tempat Dira. DI TEMPAT DIRA! Oke berlebihan. Ternyata mereka datang pagi. Kursi di sebelah Karina masih kosong,menandakan Lunna belum datang. Karina yang kursinya (kursi Dira) memang menghadap ke pintu,menyadari kedatangan DIra.
"Hai,Dira!" Sapanya.
Dira memasang senyum terpaksa,"Hai,Karina." Dira melambaikan tangannya dengan lemah. Sungguh,dewi fortuna tidak berpihak kepadanya hari ini. Baru saja ia dihantui masa lalu (baca: Wira),sekarang orang yang dia sukai lagi pacaran sama pacarnya yang duduk di bangkunya (Dira enggak rela).
Arjuna tersenyum,"Hai,Dir! Lo berangkat sama siapa?" Cih. Peduli amat. Eh? Kok Dira jadi kayak gini sih?
"Berangkat sama Veronilo." Dira berjalan menuju kursi dibelakang Karina (Kursi Arjuna. Kayaknya dia pindah ke sebelah Karina) dan meletakkan tasnya disitu.
Arjuna mengernyitkan dahinya,"Kok duduk disitu,Dir? Enggak mau duduk sama Karina?"
Astaga. Cowok ini benar-benar menguji kesabaran Dira hari ini.
"Enggak,Jun. Gue enggak enak sama Lunna. Masa Lunna nanti duduk sendirian?"
Arjuna manggut-manggut,"Iya juga sih. Tapi Karina duduk sama siapa dong?"
Jujur Dira enggak tahu mau jawab apa tapi karena melihat teman sekelasnya Milla berjalan memasuki kelas Ia langsung menyerukan namanya,"Tuh sama Milla aja!"
Milla menoleh ke arah Dira sambil mengernyitkan dahinya. Dira beranjak dari kursinya dan menggeret Milla ke luar.
"Ada apa sih,Dir?"
Dira menghela nafas panjang,"Lo duduk sama Karina ya? Dia anak baru pacarnya Arjuna. Gue enggak enak kalo dia duduk sendiri."
Milla mengangkat satu alisnya,"Lo kuat juga ya ternyata."
Mata Dira membelalak,"Maksud lo?"
"Gue tau,Dir. Yaudah deh. Buat lo gue duduk sama Karina. Tapi lo harus tau ya Dir. Kalau kelamaan nunggu itu enggak enak. Dan satu lagi,sendiri itu jauh lebih baik ketimbang menunggu seseorang yang separuh hatinya ada di lo,dan separuhnya lagi sedang hinggap entah dimana." Milla langsung membalikkan badan dan masuk kembali ke kelas,meninggalkan Dira yang membeku terdiam.
Kata-kata Milla itu menohok jantung. Tapi apa yang dia bilang ada betulnya. Ada saatnya Dira boleh egois. Enggak semuanya harus ia lakukan untuk Arjuna. Dia bukan hidup untuk Arjuna. Atau bahkan Karina. Tetapi,Ia memutuskan untuk melupakan Arjuna. Karena Dira enggak se jahat itu. Maka Dira langsung berjalan ke kelas Veronilo.
Ia berdiri di ambang pintu sambil melihat ke dalam kelas,berusaha mencari Veronilo. Dira melihatnya di kursi paling belakang pojok,sebelah jendela.
"Vero!" serunya.
Seisi kelas menatapnya dengan aneh. Dira memasang cengiran untuk menutup malu. Sementara Veronilo menaikkan alisnya. Cewek itu langsung menggerakkan tangannya,seperti sebuah gestur untuk mengatakan 'Sini cepet,urgent'. Oke itu enggak masuk akal. Veronilo beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah Dira. Dira bisa melihat,gadis-gadis dikelasnya sepertinya sangat memuja Veronilo ya.
"Kenapa,Nyonya besar?" Ucapnya dengan muka datar.
Dira mendengus sambil menonjok pelan pundaknya,"Serius,Bego."
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Heartbreak Catastrophe
Teen Fiction"Apa Bunda pernah ngerasain sakit hati?" Tanyaku. Bunda tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Tentu pernah,Dira," Bunda terdiam sebentar, "Tapi,itulah cara kamu belajar dalam hidup." Jawab Bunda. atau Dimana Anindira mengalami berbagai series kej...