Anindira
Setelah makan malam,Dira langsung bergegas ke kamarnya untuk mengerjakan tugas menulis essai tentang 'Equality' untuk pelajaran Bahasa Inggris. Ia mengeluarkan laptopnya dan buku buku paketnya dari ranselnya dan langsung memulai untuk bekerja. Belum ada satu jam mengerjakan tugasnya,Dira dipanggil Bundanya – Aria – dari lantai bawah.
"Dek! Sini kebawah!"
"Iya tunggu,Bun!" Sahut Dira.
Dira langsung berjalan keluar kamarnya dan menuruni tangga. Dira berjalan ke arah sumber suara,ruang keluarga. Sesampainya di ruang keluarga,ia melihat Raka yang sudah terduduk di sofa bersama Bundanya.
"Eh adek! Ini temennya nyariin. Siapa nak namanya?" Tanya Aria.
"Nama saya Raka,Tante." Jawabnya.
"Raka mau minum apa?" Tawar Aria.
"Enggak usah,tante. Makasih." Tolak Raka. "Saya disini Cuma mau bicara sebentar sama Dira." Tandasnya.
Aria tersenyum hangat lalu mengangguk dan berlalu meninggalkan kedua remaja itu. Dira duduk di kursi kecil sebelah sofa tempat Raka duduk.
"Ada apa,Rak?" Tanya nya.
"Gue kesini Cuma mau tanya sesuatu ke lo."
Dira menaikkan alisnya,"Mau tanya apa? Penting banget ya sampe lo kerumah gue gitu?"
"Oh,jadi gamau di samperin nih?" Tanya Raka jahil.
Dira memutar bola matanya,"Bukan gitu maksud gue,Rak."
"Yaudah nih ya. Gue mau ngomong,tapi lo gaboleh motong kata-kata gue sekalipun."
Dira mengangguk.
"Jadi gini,Dir. Gue tau kita baru deket beberapa hari,tapi gue mau ngasih tau lo kalo gue itu suka sama lo,Dir. Gue tau,dua minggu itu jarak waktu yang sangat dekat untuk bisa suka sama orang. Tapi,entah kenapa gue jadi suka sama lo,Dir. Gue disini bukan untuk nembak lo,tapi gue disini hanya sekedar untuk nyatain perasaan gue. Gue gamau nyatain perasaan gue lewat chat karena menurut gue terlalu pengecut. Dan gue enggak meminta lo untuk ngebales perasaan gue. Gue Cuma mau lo tau kalo gue suka lo." Kata kata Raka membuat Dira membeku.
Suka? Raka suka sama Dira?
"Lo....serius,Rak?" Tanya Dira.
Raka tersenyum simpul,"Menurut lo?"
Jawaban Raka cukup jelas untuk Dira.
Dira tersenyum kaku,"Makasih Rak." Entah kenapa Dira berterima kasih kepada Raka. Dira kehilangan kata-kata.
Raka mengangguk,"Gue pulang ya. Udah malem. See you tomorrow,Dir. Jangan tidur malem-malem oke?" Raka mengelus puncak kepalanya kemudian berpamit pulang.
Setelah mobil Raka melaju meninggalkan rumah Dira,cewek itu menutup pintu dan langsung berlari ke kamarnya.
Dira meraih ponselnya dan menelpon Lunna. Setelah beberapa detik,suara Lunna terdengar.
"Ngapain lo malem-malem nelpon gue. Fadhil lagi ngapel nih."
"Raka suka sama gue." Jawab Dira.
Singkat,jelas,padat.
"HAH? Geer lo." Canda Lunna.
Dira menghela nafas,"Gue serius. Tadi dia kerumah Cuma untuk nyatain perasaan."
"Terus?"
Dira mengernyitkan dahinya,"Terus kenapa?"
Lunna menghela nafas mendengar temennya kedengaran sangat clueless,"Terussss......perasaan lo gimana? Lo suka enggak sama dia?"
"Gue...gue enggak tau,Lun. Gue bingung sama perasaan gue." Dira menggaruk kepalanya yang sedari tadi terasa ingin meledak.
Lunna tersenyum miris,"Lo masih sayang Juna?"
Dira menghela nafas. Lunna terlalu kenal Dira untuk tidak mengetahui apa arti helaan nafas tadi.
"Denger gue baik-baik,Dir. Juna itu....dia abu-abu,Dir. Dia sayang sama Karina," Hati Dira serasa sedang di injak-injak,"Tapi dia sayang sama lo juga. Itu enggak adil untuk kalian berdua."
Dira menggeleng-geleng,seakan Lunna bisa melihatnya,"Enggak,Lun. Lo salah. Dia enggak sayang sama gue."
"Dira sayang,dia natap lo dengan tatapan yang sama kayak bokap gue natap nyokap gue. Kalo itu bukan sayang,itu apa namanya?"
Dira terkekeh mendengar Lunna membandingkan dirinya dan Juna kepada mama dan papanya. Mama dan Papa Lunna terkenal sebagai pasangan yang sangat harmonis.
"Lo jalanin aja dulu sama Raka. Liat nanti kedepannya gimana. Kalo emang nanti dia nembak lo,lo jalanin dulu."
Dira menghela nafas,"yaudah gue mau tidur. Pusing."
***
A/N
HAIII SORRY HARUS RE UPLOEAD WATTPAD KAYA TAI ERROR BGT AKU BETE OKE BYE
JANGAN LUPA VOMMENTS
Lots of Love,
Vanilla x
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Heartbreak Catastrophe
Teen Fiction"Apa Bunda pernah ngerasain sakit hati?" Tanyaku. Bunda tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Tentu pernah,Dira," Bunda terdiam sebentar, "Tapi,itulah cara kamu belajar dalam hidup." Jawab Bunda. atau Dimana Anindira mengalami berbagai series kej...