Anindira
Setelah makan malam,Lunna pulang karena dia sudah ditelfon oleh Mama nya aka Tante Ghia. Setelah Lunna pulang,aku memutuskan untuk melanjutkan bacaanku tadi. Aku langsung mengambil hapeku dan sepasang earphone untuk mendengarkan lagu. Aku lebih suka membaca sambil mendengarkan lagu. Jadi hiburannya ada dua. Oke,itu enggak masuk akal. Jujur,aku bukan tipe orang yang membaca buku sebagai makanan sehari-hari,tapi,aku membaca buku hanya untuk hiburan dan untuk mencari inner peace tersendiri aja.
Berapa halaman kemudian,handphoneku bergetar,layarnya menyala. Aku menoleh dan melihat ada notifikasi LINE dari Arjuna. Dengan perasaan bingung,aku pun membuka pesan dari Arjuna.
Arjuna: Hai,Dir. Ini Juna. Oke mungkin lo udah tau,tapi,I was wondering if you want to go see a movie besok?
Oh. Aku kira dia butuh sesuatu yang penting. Dengan cepat,aku membalas pesannya.
Anindira: sure,gue bisa kok.
Tidak ada semenit,Arjuna sudah membalas pesanku.
Arjuna: Okay,nanti kita omongin lagi ya.
Ooookay.... Itu aneh. Jujur. Bukankah ini situasi yang agak canggung ya? Maksudku,aku dan Arjuna sudah lama tidak bertemu. Lalu tiba-tiba dia ngajak nonton. Tapi aku bukan tipe orang yang menolak rejeki. Lagipula,sudah lama enggak nonton bioskop. Apalagi sama cowo.
Setelah menyelesaikan satu BAB,aku mulai ngantuk dan akhirnya memutuskan untuk tidur.
***
Aku terbangun karena alarm-ku berbunyi untuk kesekian kalinya. Dan akhirnya,instead of memencet tombol snooze,aku akhirnya memencet tombol untuk mematikan alarm. Entah kenapa aku selalu lupa untuk mengganti nada alarmku. Aku tidak tahan dengan nada Marimba yang sudah di set jadi nada alarm-ku. Setelah 5 menit mengumpulkan nyawa,aku memutuskan untuk mengambil handuk dan seragam untuk bergegas siap-siap ke sekolah. Setelah siap,aku pergi bergegas ke ruang makan dan mendapati Ayah,Bunda,Kak Cinta,dan Aldo sudah duduk di meja makan.
"Pagi semua! Aku langsung berangkat ya,nanti aku beli sarapan aja. Aku ada tugas yang belum selesai,mau aku selesaiin disekolah aja!" Ujarku sambil berpamit kepada Ayah dan Bunda.
Bunda cuma bisa tertawa masam melihat tingkahku yang sangat tidak bertanggung jawab. Aku pun bergegas keluar rumah sambil berteriak "Assalamualaikum!"
Sesampai didepan komplek aku memutuskan untuk naik ojek online saja. Baru saja aku ingin membuka aplikasinya,sebuah motor berhenti didepanku. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat seseorang dengan seragam sekolahku. Namun,aku tak bisa melihat wajah nya karena helm-nya. Aku menaikkan satu alis seakan bertanya "Lo siapa?" dan seakan akan dia bisa membaca pikiranku,orang itu langsung membuka helm-nya.
Veronilo.
"Lo- kok..." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku dia memotongnya.
"Udah sini naik motor aja sama gue." Tawarnya. Mukanya lempeng. Seperti biasa.
"Enggak,gausah. Gue naik ojek online aja." Tolakku.
"Gausah gayaan deh. Udah naik aja! Gue ga bakal minta bayaran kok." Paksanya.
Apa maksudnya gayaan?! Yasudah. Sambil mendengus aku akhirnya naik motornya. Dasar! Seenggaknya kalau memang mau berniat baik jangan jutek. Aku juga jadi malas kalau kayak begini ceritanya.
Disepanjang perjalanan aku berumpat didalam hati. Aku mendengus berkali-kali. Aku ini paling malas sama orang kayak dia. Iya sih aku tahu niatnya baik. Tapi niatnya itu jadi meragukan gara-gara mukanya. Tak terasa karena lagi asyik ngedumel,ternyata kita sudah sampai di parkiran sekolah. Suasana sekolah masih sepi. Maklum,masih jam 05:45,jadi masih belum banyak yang datang kecuali mungkin anggota OSIS. Aku bergegas turun dari motor Vero.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Heartbreak Catastrophe
Teen Fiction"Apa Bunda pernah ngerasain sakit hati?" Tanyaku. Bunda tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Tentu pernah,Dira," Bunda terdiam sebentar, "Tapi,itulah cara kamu belajar dalam hidup." Jawab Bunda. atau Dimana Anindira mengalami berbagai series kej...