Anindira
Sesampainya di Philocoffee,aku disambut oleh dinginnya air conditioners yang memang sudah disediakan bagi kenyamanan pelanggan. Aku segera berjalan menuju tempat dimana aku biasa duduk. Tempatnya agak terpojok dengan dua sofa single seater dan satu meja kotak kecil dari kayu ditengahnya. Aku pun langsung duduk di salah satu kursinya dan meletakkan tasku di mejanya,lalu mengeluarkan buku bacaanku yaitu buku karangan Daniel Handler yang berjudul Why we broke up. Buku itu bercerita tentang Min dan Ed yang memutuskan untuk berpisah. Lalu,Min mengirimkan barang-barang yang mengingatkan dia kepada Ed didalam satu box. Untuk tiap benda,dia menuliskan surat yang berisi kenangan mereka yang berkaitan benda itu. Intinya,ceritanya menarik.
Tiba-tiba,seorang pelayan menghampiriku sambal membawa notepad.
"Mau pesan apa?" Kata si pelayan dingin.
Aku tersentak dan refleks langsung menaikkan alisku. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat seorang pelayan cowok dengan rambut cokelat kehitaman yang berantakan,banget. Seragam nya juga berantakan. Satu sisi kemejanya keluar dari celana khakis warna kulit yang dipakainya. Celemeknya juga dihiasi noda noda yang aku asumsikan noda kopi dan icing kue. Untung saja kemeja yang dia pakai itu hitam,setidaknya kalau terkena noda enggak akan kelihatan. Namun,matanya yang berwarna cokelat muda itu kelihatan berbinar,meski ada sedikit perasaan lelah dibawah binar itu.
"VERO! JANGAN JUTEK YAAA," goda seseorang dibelakang kasir sambil cekikikan.
Pelayan cowok didepanku tersipu malu mendengar teriakkan temannya itu. Namun iya hanya bisa mendengus kesal. Aku pun tertawa melihat kelakuannya dan si temannya itu. Pelayan yang ber-name tag "Veronilo" itu menaikkan alisnya sambil tersenyum masam.
"Maaf,kacangin aja temen saya,mau pesan apa?" tanya Veronilo.
Aku tersenyum.
"Saya pesan Iced Vanilla Bean Latte,satu set Raspberry and Strawberry Macarons,sama satu Mozarella and Spinach Panini." Ucapku.
Veronilo segera mencatat pesananku lalu menatapku dengan tatapan jahil.
"Banyak banget makannya." Gumamnya sambil tersenyum jahil.
Aku tergelak.
"Biarin! Saya yang bakal naik beratnya,kenapa kamu yang ribet?" Ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Oke,oke,galak banget sih. Yaudah,saya akan datang sama pesanan kamu in 15 minutes ya." Ucapnya yang kemudian pergi untuk memberikan pesananku ke belakang counter.
Aku hanya mendengus dan kembali sibuk membaca buku.
***
15 menit kemudian,Veronilo datang dengan pesananku.
"Makasih." Ucapku dengan singkat,jelas,padat.
"Sama-sama." Katanya yang tak kalah singkat lalu segera pergi.
Aku menghela nafas dan akhirnya menyeruput minumku dan mulai makan. Ditengah acara kencanku dengan buku dan makanan,tiba-tiba ada seorang Adrian Irvianda Gerald,adiknya Kak Rangga. Aku menghela nafas dengan kesal. Aku paling males kalau sudah berhadapan sama cowok yang satu ini.
Adrian itu nyebelin,keras kepala,sok tau,sok ganteng dan lebih ngeselinnya lagi,dia itu ganteng. Mungkin kalian bingung,emang kenapa kalau dia ganteng? Ya let me tell you,dia itu egois banget dan dia suka berpikir kalau cewe satu sekolah itu bakal mau ngelakuin apa aja buat dia. Mungkin kakak kelas XI mau. Tapi kalau angkatan aku dan Kak Cinta itu kesel sama dia.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Heartbreak Catastrophe
Teen Fiction"Apa Bunda pernah ngerasain sakit hati?" Tanyaku. Bunda tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Tentu pernah,Dira," Bunda terdiam sebentar, "Tapi,itulah cara kamu belajar dalam hidup." Jawab Bunda. atau Dimana Anindira mengalami berbagai series kej...