Chapter #3

5.8K 721 81
                                    

Pernyataan terakhir Riddle mampu membuat seluruh kelas bergemuruh riuh, seperti puluhan troll baru saja datang menyerbu.

Namun mereka semua dilarang berbicara sampai pelajaran selesai.

Hati Celene mencelos dan berdegup tidak jelas, seluruh organ dalam tubuhnya rasanya seperti menari-nari. Namun sebisa mungkin Celene berekspresi datar di depan kedua sahabatnya.

Mereka berjalan beriringan menuju ruang rekreasi sekarang, karena setelah ini mereka punya jam kosong sebelum makan siang.

"Kau sangat beruntung! Dan atas dasar apa Riddle tiba-tiba ngomong begitu, ya?"

Komentar Birdy, wajahnya sama antusiasnya dengan nada dalam suaranya.

"Yeah, Cellie. Kau enggak guna-guna dia pake matra apapun, kan?" Vince menambahkan.

Celene melotot galak ke arah Vince. "Tentu saja tidak! Dan berhenti memanggilku begitu, Vincent!"

** skip time **

Suhu di luar semakin dingin dan Celene sedang memandang melalui jendela di perpustakaan.

Tangannya menggenggam buku Pohon-pohon Pemakan-Daging di Dunia-nya, namun pikirannya entah dimana.

Menurutnya mengerjakan esai di ruang rekreasi sangat tidak efektif karena sore ini cukup penuh sesak anak-anak Gryffindor yang kebanyakan mencoba mencari penghangatan dari tungku perapian.

Di antara bertanya-tanya tentang kejadian pagi tadi, dia memandang kertas di hadapannya.

Ia mendapat Outstanding untuk pelajaran ramuan, dan itu sulit dipercaya. Kembali ia berkutat dengan esainya, namun pandangannya menangkap kertasnya diambil alih oleh sepasang tangan.

Celene hampir terkejut, dan ia sudah naik pitam mau memarahi siapa saja yang berani mengambilnya tanpa seizinnya.

Namun, ia tak bisa, begitu melihat seorang cowok bermata hitam dan kulitnya yang pucat, Tom Riddle yang kini menarik kursi dan duduk di hadapannya, memandang kertas hasil ujian ramuan-nya.

"Wow, bisakah kau mengajariku tentang Hukum Ketiga Golpalott, Delacroix?"

"Jangan meledekku! Aku tahu aku tidak sepintar kau."

Riddle tertawa pelan. "Maafㅡ tidak bermaksud. Tapi, aku memang hanya mendapat EE untuk ramuan. Dan Golpalott adalah salah satu masalahku."

Jujur saja Celene belum pernah merasa sebahagia ini. Kali pertama mendapat skor tertinggi melampaui Tom Riddle.

"Jadi bagaimana, Celene?"

Celene akhirnya mengangguk. Rasanya mendengar Riddle memanggil nama depannya cukup membuatnya keheranan sekaligus bahagia.

"Tapi, Riddleㅡ"

"Tom."

Sesaat ada perasaan asing. Ketika Riddle menyebutkan namanya, ada sensasi aneh yang misterius dalam nada bicara Tom yang lebih terdengar seperti perintah.

Sama seperti pernyataan Riddle di kelas tadi. Tak ada yang bisa menolak perkataannya, termasuk Celene sendiri.

Namun, Celene menepis jauh pikiran buruknya dan melanjutkan,

"ㅡBaiklah, Tom, tapi.. Slytherin dan Gryffindor aneh sekali kalau duduk bersama, kan?"

Ia mengedarkan pandang ke perpustakaan yang mulai sepi. Takut-takut ada beberapa Slytherin yang melihat mereka.

Riddle mengangkat bahu. "Ohya? Aku hanya menghindariㅡ kau tahuㅡ Muggle-born." Jawabnya enteng. "Dan kau, apakah seorang.."

"Pure-blood." Celene mengoreksi hati-hati, lalu tersenyun canggung.

Kemudian mereka berdua mengatur jadwal pertemuan, dan Celene sepakat mau mengajari Tom usai pelajaran Slughorn besok sore.

*
*

Read the Next Chapter ~>

#1 A Girl Who Changed The Destiny (Harry Potter: Tom Riddle Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang