Tersebarnya desas-desus bahwa Myrtle Warren telah meninggal satu minggu yang lalu menyebar dengan cepat ke seluruh kastil.
Topik ini juga menjadi obrolan panasㅡ namun sangat berbeda dengan kasus jadiannya Tom Riddle dengan Celene Delacroix.
Olive Hornby tampaknya ketakutanㅡ ia mengaku telah beberapa kali mem-bully kacamata gadis kelahiran Muggle itu. Dia bahkan yang pertama kali menemukan gadis itu tak bernyawa di toilet perempuan di lantai dua.
"Kejam, memang." Komentar Poppy Hollyhocks ketika seluruh anak Gryffindor berkumpul di ruang rekreasi, tidak terkecuali tiga bersahabat Celene, Birdy dan Vince.
"Siapa sih pewaris Slytherin itu? Bukan hak dia kan untuk melenyapkan seluruh kelahiran Muggle di sekolah ini?"
"Ya, memang. Tapi kita semua tahu Slytherin. Mereka tidak sudiㅡ bahkan berdekatan dengan Darah-Lumpur."
"Jangan menyebutnya begitu, Reginald! Itu artinya kau memberi persetujuan atas nama panggilan tidak bermoral itu."
"Yeah, belum lagi disini banyak tㅡ"
"Diamlah kalian! Keadaan sekolah tidak aman sekarang. Kita semua bisa saja di pulangkan kalau-kalau ada korban baru lagi."
Semua terdiam ketika Romeus, Prefek Gryffindor, mulai merasa kesal. Dia sendiri diberi lebih banyak tugas karena Dippet mengetatkan pengamanan di kastil.
Celene, Birdy dan Vince saling berpandangan, ekspresi di wajah mereka sama-sama terlihat takut dan khawatir. Tentu saja, tak ada yang senang di saat seperti iniㅡ saat-saat seorang siswi baru saja terbunuh dan belum diketahui pasti penyebabnya.
Celene mau tak mau berpendapat sama dengan teman-teman satu asramanya. Masalahnya, apakah Tom Riddle tahu sesuatu tentang ini?
Berbagai pikiran mulai menggelayut di pikiran Celene. Kemungkinan-kemungkinan merenggangnya hubungan antara dia dengan Tom Riddle sudah sejak lama menggerayangi pikirannya.
Celene meninggalkan ruang rekreasi, diikuti Birdy. Mereka masuk ke kamar perempuan sementara Vince yang tahu kemana mereka pergi, hanya menghela nafas pasrahㅡ tak mungkin baginya untuk masuk ke sana.
"Aku yakin, kemarin aku melihat Tom berjalan di tengah malamㅡ maksudku, usai detensi tentu saja."
Celene berkata kepada Birdy, mata birunya menatap lurus ke jendela, ia mendengarkan pohon-pohon di Hutan Terlarang yang berderak-derak dari kejauhan.
"Entahlah Celㅡ maksudku.. aku tidak yakin murid angkatan kita yang melakukannya.." Birdy tersenyum lemah. "Lagipula, tak baik mencurigai pacarmu sendiri, kan?"
Celene mengernyit kesal. "Tidak, Birdyㅡ maksudku, barangkali dia tahu sesuatu.. atau.. bisa saja melihat sesuatu."
Namun Birdy tidak menjawab, jelas malas berdebat dan memikirkan kemungkinan yang mengerikan dalam keadaan genting seperti ini.
Makanya, Celene langsung merebahkan dirinya di ranjang dan menarik selimut ketika ia mendengar seruan Romeus lagi.
Sedetik kemudian ia bisa mendengar selusin langkah kaki yang berderap mendekat.
"Aku mau tidur, selamat malam."
"Selamat malam."
Balas Birdy.
*
*
Read the Next Chapter ~>A/N : Makasih yang udah selalu baca dan vote ya! :3
Dan, yeah, sayang sekali disini ga ada part sama Riddle nya, ya, ya. Tapi gapapa, saya bakal perbanyak ke depannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 A Girl Who Changed The Destiny (Harry Potter: Tom Riddle Fanfiction)
FanfictionKarena Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut tidak akan pernah terjadi dalam cerita ini. warning ; cONTAINS DRAMA HEHEHEHE NB : I made this story, over all, just for fun! ( completed )