Chapter #2

8.4K 833 97
                                    

"Celene, bangun! Kita harus bergegas pagi ini. PTIH, ingat?"

Birdy sudah berjalan mondar-mandir di sekeliling kamar, dekat ranjang Celene sembari memasang dasi merah-emas-nya.

Hari ini rambut Birdy tidak begitu mengembang, dan ia cukup puas sambil kemudian melempar pandang melewati jendela yang mengarah ke lapangan.

Menampakkan pemandangan langit musim gugur tanpa awan dan sebiru bunga forget-me-not. Kelihatannya cuaca pagi ini mulai dingin, dan cukup oke.

Celene mulai bangun, kemudian mereka bergegas bertemu Vince di ruang rekreasi dan sarapan di Aula Besar.

"Kenapa lesu sekali?" Tanya Vince, yang mulai memakan roti panggangnya. "Lihatlah Celene, langitnya saja cerah banget. Mukamu nggak cocok berada di luar kalau kau terus pasang muka begitu."

Ledek Vince. Kemudian Celene memutar bola matanya tak peduli.

"Yeah, kita sekelas dengan Slytherin di PTIH nanti! Ayo, semangatlah." Birdy mencoba menghibur.

Sebenarnya tak ada masalah serius.

Celene hanya merasa karangan untuk Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam-nya kurang bagus dan akan mendapat nilai yang juga kurang bagus. Kendati sebenarnya dia juga kesal karena dibangunkan lebih awal.

"Lalu kenapa kalau sekelas dengan Slytherin?"

Celene mengunyah daging asapnya. Menanyakan pernyataan Birdy yang menurutnya aneh. Dan beruntung pagi itu ia sama sekali belum meningatㅡ bahkan satu hal-pun, tentang Tom Riddle.

"Lalu kenapa!" Timpal Birdy dan Vince sedikit terkekeh. "Pake nanya segala."

Celene hanya mengernyit bingung. Namun mereka tak punya waktu lagi untuk bergurau. Jadi segera setelah menghabiskan teguk terakhir susu hangat mereka, akhirnya ketiganya memutuskan untuk segera pergi menuju kelas.

** Di Kelas **

Suasana kelas PTIH pagi itu tak se-antusias langit musim gugur di luar.

Celene hanya memperhatikan sang guru yang menjabarkan panjang lebar ini-itu. Namun, ternyata lebih membosankan dari yang dia bayangkan.

Pelajaran semester ini semakin sulit saja rasanya. Celene bahkan hampir tidak memahami sebagian besar apa yang sudah diterangkan.

Alih-alih mencerna materi yang seharusnya ia lahap habis, Celene iseng sedikit mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas. Kemudian matanya menangkap sosok yang sangat tidak asing.

Tom Riddle.

Lelaki itu tampak sibuk memperhatikan sang guru bicara. Sesekali mengangkat tangan dan berhasil mendapatkan beberapa angka untuk asramanya.

Celene menunduk lesu, berpikir kalau kemampuan Riddle pastilah jauh melampaui dirinya. Dan.. tidak mungkin tergapai.

Tanpa sadar, Riddle menoleh ke arah Celene, memandang gadis yang kini tampak sibuk dengan bukunya.

Riddle tak tahu sejak kapan pastinya dia mulai memandangi gadis iniㅡ gadis yang tanpa sepengetahuannya sedang terdiam memikirkan dirinya.

Merasa sepasang mata memandangnya, Celene menoleh ke arah Riddle, membuat Riddle awalnya bingung, namun akhirnya tersenyum simpul ke arahnya.

Lagi-lagi senyum Riddle sukses membuat Celene merubah suhu dan warna di pipi pucatnya.

Celene membuang pandangan ke sisi lain dan tersenyum sendiri. Ia tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum.

Sampai kemudian ia merasa sesuatu yang kecil dan ringan mendarat di atas mejanya. Seonggok kertas.

Ia membukanya.

Would you like to go with me?
McLean.

Celene menoleh ke bangku di belakangnya, tempat Freddie McLean menyeringai ke arahnya.

"Let's go to the ball with me this Christmas, Cellie?"

"A-apa?"

Celene terdiam, bingung. Ia sama sekali tidak berpikir ini akan terjadi. Maksudnya, yah, Freddie orang yang populer.

Dan kepopulerannya lah, yang Celene tidak suka. Freddie terlihat sombong dan senang bermain perempuan.

Dan oh astaga, tadi dia memanggilnya apa? Cellie? Panggilan macam apa itu!

"Ekhem. McLean, Delacroix, kuharap tak ada keributan pada pelajaran saya?"

Celene dan Freddie menoleh ke arah sang guru.

"Yes, Sir." Kata Celene, menunduk.

"Dan, ada apa sebenarnya? Kita perlu melanjutkan pelajaran, bukan?"

Freddie tersenyum puas. "Saya hanya bertanya apakah Celene mau pergi ke Yule Ball bersama saya, Sir"

"Ms. Delacroix? Sebaiknya kau memberi jawaban kepadanya secepatnya sebelum kita mulai pelajaran lagi."

Celene mulai menggigit bibir bawahnya dengan pelan. "Erㅡ itu.."

"Saya rasa tak bisa."

Semua orang di kelas menolehkan kepala ke arah suara, yang tampaknya Tom Riddle ikut angkat bicara.

"Oh? Mengapa begitu, Riddle?"

Riddle meletakkan bukunya di meja kemudian memberi pandangan mengejek ke arah McLean.

"Karena Delacroix akan pergi ke Yule Ball bersama saya."

Tom Riddle menjawab, kemudian melirik ke arah Celene.

*
*

Read the next chapter ~>

#1 A Girl Who Changed The Destiny (Harry Potter: Tom Riddle Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang