Hari minggu juga merupakan hari libur untuk para murid Hogwarts.
Hampir semua orang berkumpul di ruang rekreasi, namun juga diizinkan jika ingin mengunjungi Hogsmeade.
Keadaan di kastil sudah aman semenjak Hagrid tidak lagi berada di Hogwarts. Namun Celene masih tidak suka jika beberapa orang masih membahasnya lagi.
"Kurasa aku akan lulus ujian Transfigurasi. Profesor Dumbledore tidak terlalu menuntut nilai O, kan?"
Celene tersenyum menanggapi pertanyaan Vince yang sedang berusaha mengubah roti berjamurnya menjadi kelihatan enak dengan berbagai mantra Transfigurasi. Celene sendiri sedang membaca buku History of Hogwarts.
Bisa dibilang Vince adalah yang paling menguasai Herbologi, sedangkan Celene Ramuan dan Birdy Mantra dan Guna-guna. Semuanya pelajaran yang seharusnya wajib sampai kelas tujuh, meskipun siswa NEWT boleh memilih sendiri pelajaran yang mereka suka.
Beberapa detik kemudian, terdengar ledakan keras. Celene menoleh dan mendapati roti berjamur Vince sudah menjadi seonggok benda hitam tak berbentuk di atas piring. Wajah Vince ikutan gosong.
Freddie dan Robbert terbahak puas memandang Vince sementara Celene hanya geleng-geleng dan melanjutkan membaca bukunya.
** skip time **
Ujian sudah dekat dan semua anak kelihatannya semakin giat belajar. Ini bukan saat yang tepat untuk menggunakan jam-jam kosong sementara ujian semakin dekat.
Celene berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan. Ia berniat lebih banyak mempelajari Sejarahㅡ bukan masalah suka atau tidaknya. Ini lebih karena dia sering tertidur di kelas Sejarah.
Ngomong-ngomong, ini sudah kesekian kalinya Celene tidak bertemu Riddle di sekolah. Apakah ia temui saja?
Lagipula, ini hari minggu dan masih cukup pagi.
Celene tersenyum pada akhirnya. Ia berpikir untuk pergi ke ruang rekreasi Slytherin di bawah tanah yang sebenarnya adalah penjara kastil.
Mungkinㅡ siapa tahuㅡ Riddle mau memberi penjelasan akan hubungan mereka sekarang?
Ia berhenti di depan pintu masuk ruang rekreasi Slytherin, bertemu Avery dan Lestrange yang tampaknya baru akan masuk.
"Kau, berani-beraninya kau kemari. Mau apa kau?" Lestrange menatap tajam ke arah Celene.
"Dia Gryffindor, tentu saja berani." Avery menyeringai seram. Membuat Celene sedikit ciut.
"Haha! Sok pemberani dan tahu kebenaran, iya kan? Sok ikut campur."
"Kau pasti ingin menemui Riddle, kan? Kuharap kau sadar diri dong. Siapa kaㅡ"
"Ada apa?"
Celene kemudian melihat sesosok lelaki tinggi menghampiri mereka. Lelaki tampan berambut hitam yang sangat ia kenalㅡ sebelum ini.
Tom Riddle menatap hampir tidak percaya ke arah Celene untuk sepersekian detik, kemudian menarik Celene menjauh dari Lestrange dan Avery.
Celene bisa mendengar dari kejauhan suara Avery. "Ayo, masuk."
Mereka berjalan pelan dalam diam. Celene benar-benar tidak tahu apa yang sebaiknya dikatakannya untuk memulai.
Namun, Riddle meraih tangan Celene dan menggenggamnya. Perasaannya tiba-tiba terasa familiar. Perasaan yang pernah ia rasakan dulu, yang begitu ia rindukan.
Begitu pula yang Riddle rasakan. Kehangatan yang telah lama ia nantikan kembali. Kini mengalir lagi, menjalari setiap inci bagian tubuhnya.
Celene menoleh ke arah Riddle, dan Riddle tersenyum kaku.
"Maaf." Kata Riddle.
Celene berhenti. Ia tersenyum lemah dan kini berjalan ke depan Riddle, membuat dia berhenti.
"Tidakㅡ"
"Maaf, atas segalanya, atas.. maksudku, aku hanya tidak berani mengatakannya kepadamu."
Dalam kejujurannya itu, ada sedikit rasa khawatir yang terdengar dalam nada bicara Riddle.
"Tapi kenapa? Kupikir, aku berhak tahu?" Celene berbicara hati-hati dengan nada pelan.
Riddleㅡ tanpa didugaㅡ tersenyum, namun kali ini lebih seperti menyeringai puas. Di dalam mata hitamnya Celene bisa melihat ada ketertarikan yang tidak bisa diuraikan kata-kata.
"Kurasaㅡ belum saatnya kau tahu, Celene." Katanya, masih menyiratkan ekspresi yang sama.
Namun, bukannya menjadi semakin tampan, wajah Riddle terlihat lebih.. tidak manusiawi.
Celene merasa merinding untuk sepersekian detik. Kemudian Riddle melanjutkan.
"Kalau pun kau benar-benar ingin tahu, kau bisa cari tahu, kan? Seperti yang kau lakukan usai kejadian yang menimpa Myrtle."
Riddle menyeringai lagi, kemudian mulai melangkah, namun berhenti beberapa saat, "Mulai sekarang, kita tidak bisa lagi bersama, Delacroix."
Celene terdiam. Dia bahkan tidak merasa sedih, namun entah kenapa ada perasaan yang seperti ia sudah lama menunggu hal ini datang.
Jadi.. ini Tom Riddle yang sebenarnya? Atau.. Tom Riddle yang lain?
Dan Riddle pergi, lenyap dari pandangan, meninggalkan sejuta pertanyaan di benak Celene.
*
*
Read the Next Chapter ~>
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 A Girl Who Changed The Destiny (Harry Potter: Tom Riddle Fanfiction)
FanfictionKarena Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut tidak akan pernah terjadi dalam cerita ini. warning ; cONTAINS DRAMA HEHEHEHE NB : I made this story, over all, just for fun! ( completed )