Nothing Special

265 4 0
                                    

        Di sekolah baruku ini, aku bertemu banyak orang dengan berbagai karakter. Lagi-lagi kebanyakan dari sahabatku adalah laki-laki. Alasan kenapa aku lebih memilih dekat dengan mereka karena mereka bukan sosok yang mudah baper. Mereka tak akan semudah itu marah karena ejekan atau kejahilan lainnya. Benar-benar berbeda dengan anak perempuan.

          Mereka akan melindungimu sebagai teman. Bercerita tanpa ada jarak ataupun rahasia. Konyol ! Hal yang sangat aku suka. Tak perlu jaim ,menjadi diri sendiri saja itu lebih dari cukup.

        "Twins sayang, ntar malem jadi kan dinner nya?"

Aku melotot mencari asal suara itu. Dan kutemukan sosok laki-laki tampan, putih, baik, usil, bernama Rio berada tak jauh dari bangku ku.

"Ngomong apa lo? Dasar gila !"
Ujarku kesal sembari menahan tawa.
        Rio dan temanku yang lain memang hobby berbuat begitu. Tapi bukan itu yang aku khawatirkan. Lalu aku melihat kondisi di sekeliling kelas. Dan benar saja ,sepasang mata melihatku dengan pandangan ingin mencekik.

       Dinda. Gadis berkulit putih, cantik, bertubuh mungil, dan wajahnya setengah arab sedang menatapku tajam. Ia memperhatikan Rio yang sedang mendekat ke arahku.

"Lo mau gue tonjok ya?"
"Apasih sayang, kamu kok kasar?"
"Pergi lo, ngapain deket-deket gue".
"Ntar malem kita dinner dimana?"

Aku hanya menggeleng- gelengkan kepala. Tak tahu lagi bagaimana memberitahunya, semakin melarang maka ia akan semakin menjadi. Sekarang ia sudah duduk di sebelahku.

"Noh Dinda lagi mau ngebunuh gue"
"Biarin aja" ucapnya sambil terbahak-bahak
"Lo tuh ya terima aja sih, dia kan cantik"
"Gue nggak suka terus mau gimana dong?"
"Ya udah , seenggaknya lo nggak usah ngerepotin gue, pergi sana!"

      Tak hanya Rio yang melakukan itu. Adi, Reno , Yudha dan masih banyak daftar nama yang melakukan hal serupa. Mereka selalu membawaku ke dalam situasi sulit. Di benci oleh para gadis yang menyukai mereka. Serba salah iya, kenapa hanya aku yang bisa dekat dengan mereka. Mereka pun ingin menjadi diriku. Bertukar tubuh sebentar mungkin.

       Aku tak pernah sekalipun ambil pusing. Mereka tak suka ya sudah. Kalau mereka ingin dekat dengan laki-laki yang mereka suka ya dekati saja. Aku tak sedikit pun melarang.

    Terkadang aku menikmati sensasinya. Sensasi di saat mata-mata itu melihatku sinis. Aku tahu mereka ingin berada di posisiku sekarang. Makan, pergi ke kantin, bermain gitar, menyanyi, berangkat dan pulang sekolah, mengerjakan tugas, duduk sebangku pun dengan para laki-laki itu.

        Kebanyakan dari mereka memang tampan, cool, pandai bermain musik, memiliki badan tinggi dan tegap. Tapi tak satupun dari mereka yang membuatku tertarik. Sahabat adalah kata yang tepat untuk mereka semua. Seluk beluk dan sifat asli mereka pun aku tahu. Jadi sama sekali tak membuatku penasaran.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang