Dua minggu berlalu, kabar mas Rio akan kembali ke kota asalnya, membuatku sedih. Padahal Ia berjanji baru akan pulang 2 bulan lagi.
"Mas Rio kenapa pulang?"
"Ada urusan di sana"
"Urusan apa? Kenapa mendadak?"
Segelintir pertanyaan keluar dari mulutku dengan perasaan sedikit kesal. Mataku sudah berair, tak kuasa menahan sedih. Baru saja aku mendapatkan sosok kakak laki-laki se baik dia. Sekarang apa lagi?
"Ya ada aja urusan, iya tiba-tiba , maaf ya" ucap mas Rio sambil menarik hidungku.
Ah rasanya benar-benar aku ingin minta keadilan ! Seandainya ia lebih lama disini. Seandainya ia tak jadi pergi. Seandainya saja tuhan mengabulkan keinginanku. Seandainya saja...
*
Setelah kelas speaking selesai, aku langsung pergi mencari toko souvenir. Mungkin sebuah kenang-kenangan dariku akan membuat kami selalu ingat satu sama lain. Kupilih sebuah gelas dengan gambar lucu, dua orang sedang berboncengan sepeda. Dan gelas itu bertuliskan Pare. Kota dimana aku mengenalnya. Semoga ia suka .Sejak seminggu yang lalu, aku memintanya untuk mengantarku membeli sebuah gelang. Gelang persahabatan kami sebagai entahlah.. Masing-masing bisa mendiskripsikannya sendiri. Akhirnya malam ini terbeli juga. Setelah kami tahu besok sore ia akan pulang.
"Nih aku kasih, di buka pas udah sampek rumah aja ya, janji?"
"Iya iya ,cerewet" jawabnya
"Ini buat kamu, jangan bilang anak-anak ya, nggak enak , aku cuma beliin buat kamu sama Nathan"
Ia ternyata juga memberiku sebuah tas.
"Makasih" jawabku sembari mengangguk
****
Esoknya aku sendiri yang mengantarnya, berjalan semakin jauh dari hadapanku. Sesenggukan tentu saja! Sampai setelah ia pergi pun , semuanya menenangkanku, tangis ini tak mau berhenti.
Semua hanya tinggal kenangan. Semoga Tuhan mempertemukan kami semua di keadaan yang lebih baik lagi.
***
Hari ini mas Ian kembali ke Pare. Kami berencana ke monumen simpang lima gumul malamnya. Monumen seperti yang ada di Paris. Pada malam hari monumen ini sangat indah, tersorot lampu dari sekitar bangunan.Malam pun tiba. Kami berangkat ber depalan. Sayang tak ada yang mau memboncengku. Mereka menyuruhku berboncengan dengan mas Ian. Setelah sebulan menunggunya disini, akhirnya ia kembali. Dan pertama kali ia kembali, aku pergi dengannya. Berboncengan !!
Kufikir ini adalah hal terindah dalam hidupku. Tapi tidak .... !!
Kami duduk membentuk lingkaran di bawah monumen. Memainkan permainan tradisi kami "truth or dare". Tapi hari ini tak ada tantangan. Semua adalah pertanyaan yang harus di jawab jujur. Sebuah botol digunakan sebagai alat dalam permainan ditengah-tengah kami. Botol diputar, aku terkena , semua perntanyaan menghujaniku.
"Twins lo suka nggak sama Ian?"
Pertanyaan yang langsung men skak mat ku.
Lama baru aku bisa menjawab nya. Hanya dengan mengangguk saja. Tak mudah sebagai perempuan harus mengakui perasaannya terlebih dulu. Apalagi di depan semua temanku.
Tiba giliran mas Ian terkena putaran botol.
"Yan lo suka nggak sama Twins?"
"Ah ini udah pasti, gue udah tau, coba dari dulu , beh pasti jadi, yakin deh gue" mas Alam bicara panjang lebar, membuatku tersenyum lebar.
"Nggak... Aku cuman nganggep dia temen, sama kayak kalian"
"JLEB" seribu pedang seperti menusukku, sakit. Itu saja !
Diam, membisu... aku tak mau apa-apa lagi! Sudah cukup , aku tahu ia tak pernah suka padaku. Yang kemarin itu hanya kesalahan dari kebodohanku ! Bodoh ! Seharusnya aku tak percaya padanya, tak hilang akal saat dia mulai memperdulikanku!.
Botol kembali menunjukku.
"Twins lo masih sayang nggak sama Ian?"
"Nggak , udah nggak" jawabku kesal.
"Dia jawab nggak gara-gara aku tadi jawab enggak " ucap mas Ian lirih.
Apa yang ingin ia buktikan? Bahwa ia telah berhasil membuat perempuan satu ini yang sama sekali tak pernah merasakan jantung yang tiba-tiba berdetak kencang sebelumnya? Atau hanya ingin bermain-main saja? Kalau tak suka , mengapa membuatku jatuh cinta?
Suasana jadi hening sesaat. Tapi teman-temanku membuat suasana cair kembali. Aku tak sedikitpun bicara. Setelah pulang, dan berboncengan kembali dengannya. Tak se cerewet saat berangkat tadi. Benci tapi... ah sudahlah!
"Habis ini belok ya?"
Tanya nya padaku saat di perjalanan pulang"Hmm"
"Hujannya udah berhenti ya?"
"Hmm"
"Kok ini nggak belok kanan?"
"Nggak"
Jawabku ketus.Tak akan ku keluarkan setetespun air mata untuknya !
Dasar cowok nggak gentle !"
Gumamku dalam hati.Kenapa tak ia bicarakan saja berdua denganku? Setidaknya hanya kami yang tau. Rasanya pasti tak akan semalu ini!
----//----
Awalnya ingin membuat cerita yang meng ada-ada. Eh ternyata memang kalau di lihat-lihat macam sayur kurang bumbu. Akhirnya kuputuskan untuk merubah jalan ceritanya menjadi sedikit real, dan sedikit tambahan juga. ^^
Cerita pertama yang kuharap ada yang mau membaca dan mem- vote serta meninggalkan comentnya disini. Hehehe
Tentu masih jauh dari sempurna. Selamat membaca,dan tunggu kelanjutannya yaa ..... ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Hati?
RomansaKata orang cinta itu manis. Semanis apa? Jika orang yang kamu suka memiliki perasaan yang sama, itu mungkin. Tapi bagaimana kalau ternyata di sisi lain ada laki-laki mapan yang setia dan tulus menunggumu? Sedangkan kamu masih saja mengejar nya, impi...