Waktu terus berlalu. Tak ada hari tanpa ejekan dan sorakan kata cie ditelinga ku. Sedikit demi sedikit rasa ilfeel itu tiba-tiba menghilang. Di minggu ke 3 kami berencana pergi kota Batu, Malang.
Karena aku membawa motor, jadi yang lain harus menyewa. Kami berangkat ber 17. Aku tahu mereka menganggapku bukan perempuan feminim dan sudah terbiasa dengan perjalanan jauh. Mereka menyuruh ku menyetir. Sedangkan perempuan lainnya ,mereka semua berada di tempat duduk belakang.
Di tengah perjalanan, sudah hampir setengah hari aku menyetir dan perut kami mulai saling berteriak. Tempat makan ayam dan bebek goreng menjadi tempat pemberhentian kami selanjutnya. Aku memilih untuk menunaikan sholat dulu di mushola yang letaknya bersebelahan dengan tempat makan. Sebagian yang lain pergi ke tempat makan.
Sangat lelah. Ku tekuk lutut dan merebahkan kepala ku disana. Kemudian seseorang mendekat.
"Kenapa ? Capek?"
Sapa seorang laki-laki tinggi memakai jeans berwarna gelap sambil merekahkan senyumnya. Mas Ian !!!
"Mmm" jawabku datar sambil mengangguk.
"Mau di gantiin?"
Kali ini tak sengaja bibir atasku terangkat, membalas dengan anggukan dan bonus senyuman.
Kenapa dia tiba-tiba menjadi baik. Atau aku saja yang baru menyadari itu? Hanya dia yang memberikan perhatiannya padaku. Laki-laki sejati !!
Jam menunjuk angka 11 pada malam hari. Kami baru sampai di alun-alun kota batu. Arsitek yang mendekor tempat ini sangat kreatif. Macam-macam bentuk hewan dari gulungan lampu sangat banyak. Ditambah ini malam hari. Wahana biang lala yang sangat besar juga ada, sayangnya sudah tutup jam 9 tadi.
Kami duduk membentuk lingkaran di atas lampu sorot yang ditanam di bawah kami dengan semen. Hawa di kota ini sangat dingin. Meskipun sweater yang kupakai ini tebal ,tapi rasanya hawa itu masuk lewat sela-sela rajutan sweater ku.
"Nih"
Lagi-lagi dia. Sekarang menyodorkan jaket tebalnya, menawarkan padaku untuk memakainya.
Jaketnya sangat hangat. Nyaman. Tak lama kulihat mas Ian yang hanya memakai kaos lengan pendek berwarna coklat sekarang merangkul tubuhnya sendiri."Nih aku balikin"
"Kenapa? Nggak papa pake aja"
"Enggak ah , mas ian kan kedinginan, udah cepet ambil"
Sedikit memaksa agar ia mau menerim jaket itu.
2jam berlalu. Untung rumah kak Nathan ada disini. Tak jauh dari alun-alun kota batu. Ia mengajak kami menginap disana.
Meskipun sudah di dalam rumah, hawanya tetap sangat dingin. Sekarang yang lain sudah bermimpi indah. Hanya tinggal aku, mas Ian, mbak Okta, kak Nathan dan mas Rio yang duduk di ruang tamu.
Teh panas dihidangkan di atas meja , aku duduk bersebelahan dengan mas Ian. Satu tangan mencoba menuangkan teh panas dari teko besar yang penuh, ke gelas kecil yang ada di depanku. Satu tangan yang lain masih bersembunyi di balik sweater abu-abu yang ku pakai."Sini" tangannya memegang teko besar dan menuangkan teh ke gelas kecil yang sedang ku pegang. Kami saling menatap, lalu berpaling.
"DEG" sedetik jantungku berhenti. Kulihat wajah tampannya dan senyum manisnya sedekat ini.
"Makasih"
Hanya itu yang mampu keluar dari bibirku.
Meski duduk bersebelahan kami hanya diam. Sedangkan semua mata tertuju pada kami."Foto dong , mesra banget tuh". seru kak Nathan
Bully an pun terlontar pada kami. Entah apa yang sedang kurasakan , tapi perjalanan ini begitu sempurna !!
Suara ayam jantan memecah keheningan pagi. Kalau biasanya aku bangun dan melihat mama, hari ini tuhan mengirimkan malaikat pagi selain mama untuk kulihat. Tak tahu sejak kapan aku mulai memperhatikannya sedetil ini. Rambut nya berantakan, wajah sedikit mengantuk dan senyum yang tetap lekat di wajahnya terlihat.
Sarapan sudah tersedia di atas meja, setelah mandi, sholat dan lainnya kami pun duduk untuk sarapan. Lagi-lagi ia duduk di sebelahku. Kali ini aku menuangkan teh di gelasku sendiri. Lalu kutawarkan padanya.
"Mau?"
Ia tersenyum dan mengangguk.
Aku memberinya segelas teh panas , lalu ...."Cie" ucapnya sambil tersenyum.
Salah tingkah ! Lalu aku memalingkan wajah dan meneguk segelas teh panas ku. Entah apa maksudnya, tapi ini sedikit aneh. Detak jantungku semakin cepat. Tanganku semakin dingin. Bibirku membisu. Apa ini ??
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Hati?
RomanceKata orang cinta itu manis. Semanis apa? Jika orang yang kamu suka memiliki perasaan yang sama, itu mungkin. Tapi bagaimana kalau ternyata di sisi lain ada laki-laki mapan yang setia dan tulus menunggumu? Sedangkan kamu masih saja mengejar nya, impi...