See You Again

199 3 0
                                    

Sebulan berlalu, ini saat dimana pertemanan dan persahabatan kita akan berbeda. Jarak akan memisahkan kita sampai saat nya kita bisa bertemu kembali. Entah kapan...

Disini , di kota orang. Kita hanya tahu bersenang-senang , menjadi dekat satu sama lain. Lebih dekat dari sebelumnya. Menghabiskan waktu bersama, dari pagi hingga senja. Hanya tahu tertawa. Dan mengerti arti bersedih saat satu kata merubah segalanya. "Perpisahan" kata yang tak diinginkan tapi nyata adanya.

Sekarang tak ada lagi candaan pagi bersama sebagian dari kalian. Tak ada lagi gurauan yang terlontar dari kalian. Dan tak akan ada lagi yang seperti kalian.

***
Puisi itu ku bacakan di depan kelas. Tak bisa terbendung air mata yang sudah mendobrak ingin keluar. Tangisan ini tulus dari hati. Sungguh aku tak ingin ada perpisahan. Kelas malam ini seperti hari dimana sebagian dari kami akan di deportasi.

"It's been a long day , without you my friends , oh i tell you all about it when i see you again"

Lagu see you again yang dimainkan semakin membuat kami menangis lebih keras. Berdiri berjajar , dan kami menaruh tangan kami di pundak satu sama lain. Saling berpegangan tangan dan berpelukan.

Sebagian yang memutuskan lama untuk belajar di sini akan disini untuk beberapa bulan ke depan. Yang hanya mengambil satu bulan , beberapa hari lagi harus pulang.

Kami memesan sebuah cafe sederhana,di dekat pematang sawah. Sepi dari keramaian dan hanya untuk kami. Tempat yang cukup luas dan sesuai dengan budget, kami menyiapkan sebuah acara prom night. Malam ini akan kami habiskan waktu bersama. Bernyanyi dan memanggang jagung berada dalam list kami.

... Sebagian laki-laki masih berusaha menyalakan api. Untuk perempuan membuat bumbu untuk memanggang jagung dan membersihkan jagung dari kulitnya. Sebagian yang lain mengobrol dan bernyanyi. Setelah selesai dengan tugasku, aku meminjam gitar yang sedang di bawa oleh kak Nathan.

"When will i see you again, you left with no goodbye not a single word was said.... "

Jemari kecilku menyentuh senar demi senar, dan asyik mengalunkan lirik demi lirik.
"Ups" aku lupa chord selanjutnya. Aku tahu seseorang yang bisa membantu ku dan memang aku ingin ia berada disini sekarang.

"Mas Ian !" Seruku sambil berlari kecil mendekat ke arahnya.

Ia menoleh " kenapa?"

"Bisa mainin lagunya adele yang dont you remember nggak?"

Ia menggaruk bagian belakang kepalanya sambil sedikit nyengir.

"Bisa sih tapi dikit, kan aku drummer"

"Ya udah deh nggak papa, ayoo!" Dengan semangat aku mengajaknya.

"Nggak ah, males, ngapain?"

Hah? Senyum antusias ku berubah menjadi kekesalan.

"Ya udah kalo nggak mau !" Lalu aku berjalan pergi menuju tempat duduk ku tadi.

Masih mencoba mengutak atik sendiri chord yang ada.

"Sini..." pinta seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahku.

Aku mendongakkan kepala, terbelalak tiba-tiba sosok yang semenit tadi masih disana., sekarang sudah berada di sampingku.

"Katanya nggak mau?"
Sindirku masih sedikit kesal, tapi juga senang.

Ia hanya tersenyum dan sekarang memegang gitar yang kupegang tadi. Ia terlihat semakin keren. Memakai kemeja berwarna biru kotak-kotak, celans jeans panjang senada dan memetik gitar. Menatapnya sedekat ini dan seindah ini ...

"Twins sama Ian sweet banget"
Seru mas Rio yang ada di depanku.

Tak sadar, ternyata semua orang sudah melihat ke arahku. Aku lupa kalau memang dari tadi aku duduk bersama bang John, kak Nathan, Mas Rio, dan mbak Afi. Pipiku memerah , sorakan pun tak terelakkan. Dunia serasa hanya milik kami. Tanpa memperdulikan sekeliling aku bersenandung dan petikan gitar dari mas Ian mengiringiku.

Malam ini benar-benar menyenangkan. Kami sampai lupa kalau ini malam terakhir bagi kami layaknya lagu dari bunda Rita Sugiarto... Lewat tengah malam beberapa temanku menyampaikan sebuah hiburan. Menyanyi, puisi serta pesan dan kesan untuk kami semua.

Tangis ! Lagi-lagi menyelimuti malam ini.... Ya sudahlah , mau tak mau ini memang sudah konsekuensi. Seharusnya kami sudah tahu hal ini sejak awal kami bertemu.
Kalau takdir akan mempertemukan kami lagi, apa daya jarak yang hanya tinggal kata saja? Suatu hari nanti...

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang