"Vinky?"
'Eoh?' Seperti ada yang memanggil namaku tadi. Tapi siapa?"Vinky?" Suara itu terdengar lagi dan dengan cepat aku mencari sumber suara tersebut.
"Ya? Hana? Ada apa?" Tanyaku kepada Hana
"Boleh ke kantin bareng?" Tanyanya
"Tentu saja." Jawabku singkat lalu menggenggam tangan Hana untuk menuju ke kantin. Tak lupa sudah ada seseorang yang tidak asing bagiku sudah menungguku didepan pintu kelas.
"Siapa dia?" Tanya orang yang menungguku tadi
"Ini?" Tanyaku balik sambil menunjuk Hana
"Iya, siapa lagi kalo bukan dia." Ucapnya
"Kenalin ini Hana, dia anak baru dikelasku. Dan Hana, kenalin ini kak Dicky." Jelas Vinky lalu Hana dan kak Dicky pun berjabatan tangan.
Author POV
Cukup lama Hana dan kak Dicky melakukan ritual berjatabatan tangan sampai-sampai mereka lupa bahwa ada satu orang yang sedang memperhatikannya dengan sangat serius dan dengan tatapan DeathGlare.
"Ehem.." deheman Vinky cukup melepas kaitan tangan mereka. Hana dan kak Dicky hanya tersenyem kikuk.
Sesampainya di kantin mereka langsung mengambil bangku bagian belakang, bahkan paling pojok. Entah kenapa, itu kemauan Vinky. Vinky juga tidak membeli makanan atau minuman satu pun. Tidak seperti biasanya. Dia hanya menatap kosong ke arah depan. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Tepatnya memikirkan kembali 'Ocha'.
Setiap dekat dengan Hana, Vinky selalu merasa nyaman. Senyaman ia dekat dengan Ocha. Padahal hanya beberapa titik yang membuat mereka mirip.
Pertama, mata. Mata mereka sangatlah mirip. Mata yang selalu membuat seseorang nyaman ketika menatapnya, tetapi memiliki cukup kesedihan didalam sana jika terus-menerus diperhatikan.
Kedua, Sikap atau sifat. Sikap mereka sangatlah mirip. Tidak! Tidak terlalu mirip. Akan tetapi mereka sangatlah cepat beradaptasi dan mereka sangatlah baik. *Mungkin Hana tidak sebaik Ocha.
Ketiga, cara mereka Berjalan dan berbicara ataupun yang lainnya itu. Cara mereka sama. Walau tidak terlalu mirip, karena di dunia ini semua tidak ada yang sama 100%.
"Vinky?" Ucap kak Dicky sambil melambaikan tangannya di depan wajah sang kekasih. Tapi hanya dibalas dengan tatapan kosong. Seperti orang yang sudah mati. Vinky Blank.
"Hei!" Teriak kak Dicky dan itu sangat bekerja. Teriakkannya cukup membuyarkan lamunan Vinky.
"Aa-h? Eh.. iya?" Ucap Vinky gelagepan "Ada apa?" Lanjutnya setelah melihat wajah temannya dan kekasihnya itu kebingungan.
"Kamu kenapa Vinky? Sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Hana
"Ah.. Tidak" ucapnya lalu tersenyum "Sudah mau bell sebaiknya kita ke kelas sekarang." Lanjutnya, lalu bangkit dari bangkunya dan menuju kelas.
Hana dan kak Dicky hanya menatap Vinky bingung. Entah apa yang difikirkannya. Sampai ia rela tidak jajan hari ini.
---
"Vinky?" Ucap Hana setelah bell pertanda pulang sekolah berbunyi."Iya, Hana?"
"Mau main kerumahku?" Ajak Hana
"Eh?"
"Aku dirumah sendirian." Jelas Hana
"Apa tidak apa? Kita baru kenal hari ini lho" ucap Vinky bingung.
"Tidak. Tenang saja. Orang tuaku sedang ada kerja di luar kota." Ucap Hana
"Hmm.." Vinky masih bingung, dia harus menerima atau menolak ajakan Hana
"Yasudah. Tapi kak Dicky ikut ya" lanjutnya."Iya" jawab Hana singkat.
---
Mereka bertiga sampai dirumah Hana, dengan perjalanan yang tidak lumayan jauh. Hana dan Vinky menaiki taxi. Sedangkan kak Dicky membawa motornya sendiri.Kesan pertama ketika Vinky melihat rumah Hana adalah Bagus. Bisa dilihat dari mimik wajahnya.
Tapi...
"Hana?"
"Iya? Ada apa Inky?"
"Apa rumahmu tidak dialiri listrik?" ucap Inky setelah melihat keadaan dalam rumah Hana yang cukup gelap dan hanya mendapatkan sinar matahari yang tembus dari jendela rumahnya.
"Seperti yang kau lihat" ucap Hana lalu tersenyum "Aku ke kamar dulu. Kalian tunggu disini aja." Lanjutnya lalu bergegas pergi ke kamar.
Inky dan kak Dicky saling menatap satu sama lain, dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa orang seperti Hana masuk kesekolahnya yang cukup elit itu. Apa mungkin mendapatkan beasiswa?
"Kemana Hana? Kenapa lama sekali?" Ucap Vinky yang sudah bosan menunggu Hana yang tak kunjung menampakan batang hidungnya.
"Aku ingin ke toilet. Bilangin Hana nanti" lanjutnya lalu dijawab dengan anggukan paham oleh kak Dicky."Memangnya kamu tau toiletnya dimana?" Tanya kak Dicky. Vinky hanya menggeleng pelan lalu kembali duduk untuk menunggu Hana.
Setelah sekian lama Hana meninggalkan mereka berdua akhirnya ia pun kembali dengan membawakan minuman dan juga makanan.
"Maaf, menunggu terlalu lama." Ucap Hana
"Gapapa." Ucap kak dicky tersenyum "Toilet dimana?" Lanjutnya.
"Ada disana. Jalan saja lurus toiletnya ada diujung lorong itu." Jelas Hana "Memangnya siapa yang ingin ketoilet?" Lanjutnya. Tanpa ada jawaban yang keluar dari mulut kak Dicky maupun Vinky. Tapi dijawab oleh tindakan Vinky yang tiba-tiba langsung berlari kearah yang diberitahu Hana tadi.
"Pfftt.."
---
"Kenapa gelap sekali?" Ucapnya. Lorong itu gelap bahkan sangat gelap. Vinky jalan menelusuri lorong tersebut ditemani sinar yang berasal dari Handphonenya. Untungnya dia tadi membawa handphonenya dan tidak ditaruh ditas.
"Menyeramkan sekali" ucapnya ketakutan.
Vinky berhenti tepat didepan sebuah ruangan setelah melihat ada ruangan yang sangat asing untuknya. Ruangannya aneh. Ada bekas goresan dipintunya, seperti bekas goresan yang disebabkan oleh pisau atau sejenisnya.
Dengan perasaan ingin tahu yang besar. Vinky berusaha membuka pintu tersebut tanpa sepengetahuan Hana. Dia tahu ini tidak sopan, karena ini bukan rumahnya. Tapi mau gimana lagi Vinky sudah tertarik untuk membukanya.
'Aaaa...'
---
To Be Continue? Please Vomment^^ guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(?)Friend(!)
FanfictionKesalahan terbesar dalam persahabtan adalah SALAH FAHAM! Kesalah fahaman yang terjadi bisa menjadi sangat fatal. . Ujian yang sangat besar harus dialami oleh Vinky, di mana dia harus kehilangan sahabatnya Ocha. Hanya karena satu orang cowok, yang sa...