Kak Dicky PoV
Kemana dia? Ini sudah lewat 10 menit dari bel pulang sekolah. Apa aku harus menyusulnya ke sana? Mana mungkin. Setelah membolos tiba-tiba nongol begitu saja. Kalo nanti berpas-pasan sama bu Berta kan bisa bahaya.
Drrtt.. Drrtt..
Vinky :
Kak? Tolong aku, aku di.
.
.Author PoV
Dicky dengan sekuat tenaga meremas handphone yang ada di tangannya sekarang. Keringat mulai bercucuran. Jantungnya seolah-olah melaju dengan cepat.
"Ayolah Vinky, kamu di mana? Jangan bercanda gini dong!" Gumam kak Dicky dari belakang sekolah yang menunggu Vinky tapi tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.
5 menit.. 10 menit.. 15 menit..
Kak Dicky masih bergulat dengan fikirannya, dan menunggu sms berikutnya dari Vinky. Namun gadis itu tidak mengirimkan sms selanjutnya.
Dengan dasar Nekat, kak Dicky masuk menerobos pagar sekolah belakang. Yang sudah pasti aman tanpa ketahuan guru killer satupun.
.
.
.Kak Dicky berjalan pelan sambil sesekali melirik sekitar, takut-takut kalo ada guru killer atau mungkin temannya Vinky yang masih berada di sekolah.
Sudah hampir setengah jam ia mengitari sekolah besar, megah dan mewah ini. Namun, belum juga menemukan keberadaan Vinky. Hanya satu ruangan yang pasti tidak di ketahui oleh orang-orang selain orang penting sepertinya.
Kak Dicky berjalan masuk ke dalam gudang dan menggeser sebuah lukisan kuno di sana. Terdapat tangga yang menghubungkannya untuk masuk ke ruang bawah tanah. Dan samar-samar terdengar suara ketawa dan ringisan dari seseorang.
Kak Dicky semakin mendekat ke arah sumber suara dan..
Ya, Vinky sedang diikat di sebuah kursi dengan mulut yang di bungkam dengan kain. Dan terdapat dua gadis lagi di hadapannya. Namun, kak Dicky tidak dapat dengan jelas melihat wajahnya, karena orang itu membelakangi kak Dicky.
"Apa itu Hana dan Elaine?" Gumam kak Dicky sambil terus bertanya dalam hatinya. Kak Dicky sudah sangat kenal suara dan sifat dari dua sejoli itu.
Flashback On
Seorang pemuda tampan yang biasa dijuluki Prince School berjalan dengan wajah datar, tatapan lurus ke depan dan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Pemuda itu mengabaikan semua teriakkan yang keluar dari mulut siswi satu sekolah.
"Dicky!" Gadis yang lebih pendek darinya bergelayutan manja di tangannya.
Dicky ingin bermain kasar, jika itu boleh. Gadis itu sangat membuatnya risih. Bahkan tatapan Death Gleare dari siswi satu sekolah sedang menghujamnya sekarang. Tapi, gadis itu tampak acuh dan tidak peduli.
"Hana!" Teriakan melengking dari gadis lainnya terdengar sangat menjijikan di telinga. Langkah gadis itu semakin mendekat ke arah 'Hana' gadis yang masih memeluk erat lengan Dicky.
"Lepaskan, Hana! Temanmu memanggil" Dicky bersusah payah untuk mencari alasan agar gadis yang lebih muda darinya ini menjauh dari hadapannya.
"Biarkan saja! Nanti juga dia akan datang kemari!" Balas Hana acuh dan masih setia memeluk lengan Dicky. Dicky masih terus memanjatkan doa, dari doa al fatihah sampai ayat kursi pun dia baca. Agar setan atau makhluk terkutuk yang memeluk lengannya itu lenyap seketika.
"Kak Dicky?" Dicky langsung menoleh ke sumber suara dan menatapnya penuh harap.
"Iya, saya Dicky."
"Kakak di panggil Bu Iyom di Ruang Guru" Dengan senang hati dan hentakan yang tidak terlalu keras agar lengannya terlepas dari ikatan makhluk menjijikan. Dicky langsung berlari ke arah R.Guru
Di sepanjang jalan, Dicky selalu menggumamkan kata "Oh god, Thanks!!!"
⏩SKIP⏪
"Ada apa kak? Sepertinya senang sekali" Sapa gadis berambut pirang sebahu, gadis itu memang keturuan darah barat.
"Iya, Vio. Kamu tau apa yang Bu Iyom bilang sama kakak?" Dicky bertanya dengan senyuman lebar yang masih mengembang. Vio hanya menggeleng tidak tahu.
"Kakak salah satu dari murid sekolah ini yang mewakili pertukaran pelajar." Dengan refleks Dicky memegang bahu Vio erat dengan senyumannya. Vio hanya diam mematung. Entah apa yang dirasakannya sekarang. Antara senang dan sedih.
Di tempat lain, Hana dan Elaine sedang melihatnya dari jarak jauh. Jangan lupakan seringaian yang menghiasi wajah cantik dan imut mereka.
"Kita akan berpesta setelah ini, right?" Elaine menyenggol lengan Hana pelan. Lalu mereka pergi dari tempat persembunyian itu ke kelas.
Apa memang kebetulan atau keberuntungan yang selalu ada untuk Hana dan Elaine? Mereka selalu satu kelas, bahkan mangsa mereka pun semuanya satu kelas. Tidak pernah ada mangsa yang berbeda kelas dari mereka.
Tidak lama setelah Hana dan Elaine masuk, Vio masuk dengan senyuman yang merekah namun wajahnya sedikit memancarkan kegelisahan.
"Ekhem!" Dengan sengaja Elaine berdehem dengan sangat keras untuk mencuri perhatian anak-anak satu kelas dan menyelentak Vio ketika lewat sehingga Vio ditertawakan karena terjatuh.
"Itu masih pemanasan, babe" Bisik Hana di telinga Vio dan berlalu ke kursinya.
Waktu terus berjalan, hingga akhirnya bel pertanda jam pelajaran hari ini telah selesai pun menggema ke seluruh penjuru sekolah.
Waktu yang sudah di tunggu oleh dua sejoli, Hana dan Elaine. Namun berbeda dengan Vio, kini keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Vio tahu siapa mereka, bahkan Vio tahu latar belakang keluarga mereka. Dan, yang Vio takutkan adalah ketika mereka akan benar-benar memainkannya, setelah itu MEMBUNUHNYA secara perlahan.
.
.
.
Next?
Please Vote and Coment^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(?)Friend(!)
FanfictionKesalahan terbesar dalam persahabtan adalah SALAH FAHAM! Kesalah fahaman yang terjadi bisa menjadi sangat fatal. . Ujian yang sangat besar harus dialami oleh Vinky, di mana dia harus kehilangan sahabatnya Ocha. Hanya karena satu orang cowok, yang sa...