Pesta yang semula penuh dengan suara tawa dan dentingan musik kini dipenuhi dengan suara jeritan manusia.
"Tidak, kumohon, hentikan ini semua!"
Tanpa belas kasih, pria itu menggorok leher wanita tersebut.
Kobaran api yang diciptakannya semakin membara. Mayat-mayat bergelimpangan. Darah menghiasi seluruh ruangan itu.
Pria itu melangkah pelan.
Kemeja putihnya sudah tercemar oleh darah dari berbagai orang.
Dia tidak sendirian untuk melakukan semua ini.
Ada satu pria lagi di belakang sana. Dia sedang menghabisi beberapa orang yang masih hidup. Tidak, mungkin lebih tepatnya, ia menyiksa mereka. Sadis memang.
Pria berkemeja putih itu melirik ke sampingnya.
Terdapat seorang remaja lelaki beserta anak perempuan di belakang punggungnya. Mereka masih hidup.
Raut wajah keduanya menampilkan ketakutan yang amat dalam. Namun, remaja lelaki itu tetap menatap sang pria dengan tajam.
"Nii-chan, aku takut. Ibu ... Ayah ...." anak perempuan itu melihat ke dua mayat di dekatnya. Keduanya adalah orang dewasa. Seorang pria dan wanita paruh baya.
"Tenanglah. Nii-chan akan melindungimu," bisik lelaki itu.
Pria itu menatapnya datar. Pisau yang berada di tangan kanannya tergantikan dengan sebuah pistol—yang awalnya bersembunyi di balik jasnya.
Pistol itu mengarah kepada si anak perempuan. Pelatuk pun perlahan ditarik. Dan dalam sekejap, sang anak tewas.
Remaja lelaki itu tersentak saat melihat adik satu-satunya telah tiada. Kejadian itu begitu cepat, bahkan ia tak sadar apa yang terjadi barusan.
"Sialan kau!" Dia mengumpat, bangkit, lalu berusaha melawan.
Dia meninju perut si Pria dengan kuat dan berhasil membuat Pria itu sedikit terbatuk.
Namun apa daya, kekuatannya sekarang tak sebanding dengan kekuatan orang dewasa yang memiliki senjata. Sekuat apapun dia, dia tak akan menang jika melawan seorang pembunuh handal dengan senjata.
Nasibnya pun sama seperti adiknya.
Tidak, ini belum berakhir. Pria itu memang sudah mengetahui bahwa remaja lelaki tersebut sudah mati, tapi ia terus menusuk jasadnya berkali-kali. Pria itu tidak tahu kenapa ia melakukan itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya pria yang satunya lagi.
"Aku hanya ingin menusuknya."
"Sudahlah, lebih baik kita ambil beberapa mayat yang menurutmu lumayan. Sebelum polisi datang."
Pria berkemeja putih itu pun menatap mayat remaja lelaki dan anak perempuan itu. Senyuman liciknya mengembang.
"Aku akan membawa dua mayat ini."
"Apa? Hanya dua?"
"Ya. Sepertinya aku akan membuat sesuatu yang bagus."
———
Niichan : Kakak (Biasanya untuk kakak laki-laki)
⊙⊙⊙
Cerita baru lagi~
Kali ini genre-nya paranormal, tidak luput dengan romance dan berlatar di Jepang! Wuah~ Semoga ada yang baca yaa~

KAMU SEDANG MEMBACA
The Mystery Behind the Massacre in 1978
ParanormalMiyano Sachiko, seorang murid angkatan ke-90 di Ashitake High School. Dia seperti murid lainnya, tapi ada satu yang membedakan dirinya dengan yang lain. Dia indigo. Karena kekuatan indigo-nya inilah, yang membuat dirinya sering berhubungan dengan h...