7.kesepian...

41.8K 703 4
                                    

Ah.. lupakan ,, maaf aku sudah paksa kalian untuk vote dan koment, tapi kalau cerita aku mnurut kalian bagus. Vote yah??wkwkww...
Ini part yang aku hapus kemaren...

Lanjuut

*******

"Sisi, mengapa kamu memakai gaun seperti itu?"

"Karena Sisi suka pada Bapak. Juga karena Bapak tampan dan jan.."

"Ehh, ehh! Tidak pakai sebutan Bapak!"

"Lupa..! Juga karena Digo tampan dan jantan, itu jawabannya!"

"Alasan lain?"

"Sisi nggak punya saudara. Sisi anak tunggal. Sering kesepian di rumah karena sering ditinggal Papa dan Mama. Nggak punya temen karena banyak teman-teman perempuan yang iri sama Sisi,kecuali sahabat sih. Hehehe , Nggak punya pacar karena cowok yang seusia sisi rata-rata egois. Obsesinya mereka selalu tentang sex. Padahal Sisi belum tentu suka. Jelas Bapak guru?"

Digo tertawa karena kata 'bapak guru' itu diucapkan dengan cara yang lucu. Dan sebelum tawanya berakhir, tangannya meraih bahu gadis itu. Dirangkulnya dengan ketat. Tak ada perlawanan. Sisa sabun beraroma lavender yang memancar dari tubuh gadis itu terasa menyegarkan ketika aromanya menyengat hidung Digo. Dengan gemas, di kecupnya pipi gadis itu. Kiri dan kanan.

"Seperti Papa," kata sisi sambil tertawa kecil.

Lalu ia bangkit dan berjalan ke arah pintu penghubung yang membatasi ruang keluarga dengan bagian belakang rumah. Setelah mendengar ia melangkah kembali menghampiri Digo dan duduk rapat persis di sebelah lelaki itu.

Digo menggamit dagu gadis itu agar menoleh ke arahnya, kemudian dengan cepat bibirnya memagut bibir mungil gadis itu. Bibir yang terlihat basah walau tanpa lipstik. Sejenak tak ada reaksi. Diulangnya mengulum sambil menjulurkan lidahnya untuk mengait-ngait. Tapi lidah gadis itu masih tetap diam bersembunyi di rongga mulutnya. Sejenak, Digo melepaskan pagutan bibirnya. Ditatapnya wajah yang cantik itu sambil menggerakkan jari tangannya untuk menyibak beberapa helai rambut yang terjatuh di kening gadis itu. Dan ketika kembali mengulang ciumannya, ia merasakan ujung lidah yang menyusup di antara bibirnya.

Segera dipagutnya lidah itu. Dihisapnya dengan lembut agar menyusup lebih dalam ke rongga mulutnya. Kedua telapak tangannya turun ke bahu. Setelah mengusapkan jari-jarinya berulang kali, telapak tangannya meluncur ke punggung. Lalu dibelai-belainya punggung itu dengan ujung-ujung jarinya sambil mempermainkan lidah gadis itu dengan ujung lidahnya. Tak lama kemudian, ia merasakan dua buah lengan melingkari lehernya. Semakin lama lengan itu merangkul semakin ketat. Kemudian ia mulai merasakan lidah gadis itu bergerak-gerak. Tidak hanya pasrah menyusup, tetapi mulai bergerak membelit dan balas mengisap.

Digo melepaskan pagutan bibirnya. Sejenak mereka saling menatap. Terlihat bias-bias birahi di kedua bola mata mereka. Lalu dikecupnya dahi gadis itu dengan mesra. Kemudian bibirnya berpindah mengecup bahu. Mengecup berulang kali. Dari bahu bibirnya merayap ke leher. Sesekali lidahnya dijulurkan untuk menjilat.

Sisi menggelinjang karena geli, seolah sekujur tubuhnya sedang digelitiki oleh jari-jari yang nakal dan menggemaskan. Ia menyukai hal itu, menyukai kecupan dan jilatan yang merambat di sekeliling lehernya. Apalagi ketika ia merasakan lidah itu menjilat-jilat kerongkongannya disertai telapak tangan yang meremas buah dadanya. Sesaat, ia menahan nafas ketika telapak tangan itu hanya menekan buah dadanya, tetapi tak lama kemudian, ia menghembuskan nafas lega merasakan telapak tangan itu meremas dengan lembut.

"Aahh, digooo," desahnya sambil menghembuskan nafas panjang.

Bibir digo kembali merayap ke bahu. Sambil sesekali mengecup, ia menggunakan giginya untuk melepaskan tali yang mengikat gaun itu. Lidah dan hembusan nafasnya membuat gadis itu menggelinjangkan bahunya.

Sisi baru menyadari bahwa tali pengikat gaunnya telah terlepas setelah ia merasakan bibir lelaki itu menyusur menciumi belahan atas buah dadanya. Bulu roma di sekujur tubuhnya meremang. Belum pernah ada lelaki yang melakukan hal itu. Ia ingin menolak, ingin mendorong kepala yang semakin mendekati buah dadanya, tetapi tangannya terasa lemah tak bertenaga. Ada rasa geli dan nikmat yang menjalar di pori-pori sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat ia tak berdaya menolak. Apalagi setelah merasakan lidah itu menjilat-jilat dadanya. Jilatan-jilatan basah yang membuat jari-jari tangannya menekan kepala lelaki itu ke dadanya.

Ia menarik nafas lega, merasa beruntung karena tidak mengenakan bra di balik gaunnya. Bibirnya sesekali mendesis-desis seperti kepedasan ketika ia merasakan jilatan-jilatan itu semakin liar menjelajahi buah dadanya yang baru mekar. Dan ketika putik buah dadanya terperangkap dalam jepitan bibir lelaki itu, ia merintih sambil menghentakkan telapak kakinya di atas karpet..

"Aarrgghh.. digo, enaak! Aduuhh..!".

Sekujur tubuhnya merinding ketika merasakan putik dadanya dijentik-jentik dengan ujung lidah. Lalu digigit dengan lembut. Dilepaskan. Digigit kembali. Dilepas. Dan tiba-tiba ia merasakan buah dadanya dihisap agak keras, seolah ingin ditelan.

Mm?gimana masih jelek??maaf ya,sakali lagi maaf..
Aku belom bisa nulis yang bagus..hehehe..
Vote,koment (kalau bisa)

Guru Tampanku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang