4.mulai...

34K 680 2
                                    

Digo terkejut ketika membaca dua kalimat singkat pada sepotong kertas yang terselip di antara hasil test murid-muridnya..

"Saya ingin punya cowok yang seperti Bapak, jantan! Apalagi badan Bapak yang kekar itu, menggemaskan".

Setelah membacanya, ia menarik nafas panjang beberapa kali. Ia menduga bahwa potongan kertas itu terselip di kertas test muridnya yang nakal, Sisi . Lalu ia memutuskan untuk merobek kertas itu menjadi beberapa potongan kecil. Ia tak ingin temannya menemukan dan membaca kertas itu.

- Tanpa disadarinya, pikiran digo menerawang ke beberapa

'peristiwa menyenangkan'

ketika ia mengajarkan b.inggris di kelas 2B. Kelas itu menjadi berbeda daripada kelas-kelas lainnya karena di kelas itu ada Sisi yang cantik,

berhidung bangir, berkulit kuning bersih, dan selalu duduk di kursi barisan paling depan. Kursi itu berjarak kira-kira 3 meter dari meja guru dan persis berhadap-hadapan.

Sisi menjadi murid yang 'istimewa' karena bila sedang latihan mengerjakan soal, lututnya selalu agak renggang. Dari mejanya,

Digo dapat memandang celah di antara kedua lutut itu. Dan karena murid-murid lainnya sedang sibuk mengerjakan soal masing-masing dengan kepala tertunduk, maka Digo merasa bebas menatap pemandangan indah di depannya.

Pertama kali, Digo merasa bahwa hal itu hanya sebuah ketidaksengajaan. Murid yang istimewa itu mungkin terlalu asyik dan serius mengerjakan soal latihan sehingga tidak menyadari posisi duduknya yang menggairahkan birahi lelaki.

Sesekali kedua lutut itu dirapatkan, tapi tak lama kemudian terbuka kembali.

Ia jadi terlena menatap keindahan paha dan kecantikan wajah gadis remaja yang duduk di depannya.

Dan tak sengaja, ia melihat senyum kecil di sudut bibir gadis itu ketika memergoki arah tatapan matanya. Saat itu, ia langsung mengalihkan pandangan ke sekeliling ruang kelas.

Tapi tak lama kemudian, seperti dihipnotis, pandangannya beralih kembali ke tempat semula. Ternyata kedua lutut itu terbuka semakin renggang hingga ia dapat melihat kemulusan paha bagian dalamnya.

Sisi tak mampu mengalihkan matanya ketika muridnya itu kembali mengangkat wajahnya. Sesaat, tatapan mata mereka berbenturan.

Lalu keduanya tersenyum. Tak lama kemudian, kedua lutut itu semakin direnggangkan hingga ia terpana menatap segaris celana dalam berwarna putih.

Barulah disadarinya bahwa paha itu memang sengaja direnggangkan agar ia dapat memandang keindahan yang tersembunyi di balik rok seragam berwarna abu-abu itu.

Pada kesempatan lain, Digo hanyut ke dalam fantasinya sendiri.

Seandainya mungkin, ia ingin menghampiri dan melihat keindahan itu lebih dekat lagi. Ia ingin mengusap kemulusan paha itu dan mengecup pori-porinya berulang kali. Ia ingin mencicipi kehalusan kulit paha itu dengan ujung lidahnya.

Lalu ia akan mengecup dan sesekali menjilat, mulai dari lutut hingga ke pangkal paha. Ia juga ingin menyusupkan telapak tangannya ke bawah rok gadis remaja itu agar dapat meremas bongkah pinggul yang pasti masih kenyal.

Dan yang paling penting, ia ingin menyibak secarik kain tipis penutup pangkal paha gadis itu agar ia dapat menghirup aroma semerbak yang tersembunyi di situ.

Aroma seorang gadis belia pasti sangat segar, katanya dalam hati. Aroma yang membius! Aroma yang membuat ia tak berdaya! Lalu ia akan menghirup aroma itu dalam-dalam. Setelah aroma itu memenuhi rongga dadanya, ia akan mencium dan menjilat-jilat kelembutan bibir vagina yang segar itu.

Lidahnya akan menari-nari dengan liar agar kedua belah paha mulus itu 'menggunting' lehernya sehingga lidahnya terperangkap dalam liang vagina yang basah. Setelah melipat lidahnya seperti bentuk sekop, akan dihisapnya semua lendir yang tersembunyi di bibir dalam dan dinding vagina itu. Akhirnya, ia akan meremas-remas bongkahan pinggul kenyal itu sambil membiarkan lidahnya merasakan denyutan-denyutan vagina seorang gadis remaja yang sedang mencapai puncak orgasmenya.

*****

Kira-kira seminggu setelah menyuguhi pemandangan indah di pangkal pahanya, tiba-tiba Sisi berjalan menghampiri Digo. Saat itu bel jam istirahat telah berbunyi. Gadis itu sengaja keluar paling akhir dari ruang kelas.

"Ini untuk Bapak!" katanya sambil meletakkan sepotong kertas di atas meja, lalu melangkah terburu-buru meninggalkan ruang kelas.

Digo membaca tulisan di kertas itu,

'Coba tebak, besok Sisi pakai CD warna apa?'

. Dan di bawah tulisan itu ada nomor HP. Setelah merenung sejenak, Digo memasukkan nomor HP itu ke dalam memory HP-nya. Sejenak ia ragu mengirimkan SMS untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi ada bisikan di lubuk hatinya, 'Ini hanya sebuah game, tak salah untuk dicoba.' Dan kemudian ia menuliskan satu kata, 'Pink.'

Kira-kira semenit kemudian, HP Digo berbunyi. Ia membaca SMS yang masuk, 'Salah.' Lalu dibalasnya, 'Biru muda.' Tak lama kemudian, masuk jawaban, 'Salah!'. Dibalasnya lagi dengan, 'Putih!'. Jawabannya, 'Masih salah!'. Setelah merenung sejenak, Theo membalas, 'Hitam.' Lalu ia menerima balasan, 'Ayo, itu CD siapa? Sisi nggak punya CD warna hitam!'.

Next?koment
Vote....

Guru Tampanku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang