A/n: Disini bakal keliatan sisi psikopat Sarah. Eh salah, sisi psikopat Sandra maksudnya.
-------------------------------------------------------------Gunting, Pisau, Racun, Obat Bius, Suntikan. Sekarang semua benda itu yang akan menemaniku disekolah.
Gunting? Sahabat ku.
Pisau? Teman Curhat ku.
Racun? Minuman yang akan ku suguhkan bagi siapa saja yang berani mencibir ku.
Obat Bius? Obat penenang bagi mereka yang tak ada hentinya berkata bahwa aku dan ibuku seorang pelacur.
Suntikan? Alat pengantar kematian mereka untuk menuju ke Neraka.
Tak percaya?
Silahkan coba.
***
Aku berjalan memasuki area sekolah dengan pandangan lurus, tidak lagi merunduk.
Semua mata tertuju pada ku, perkataan mereka masih sama.
Lihat saja nanti, akan ku congkel mata para murid yang berani menatap ku seperti itu, akan ku potong lidah-lidah mereka yang berani menghujat ku. Batin ku
Aku terus berjalan, mencari apa yang ku cari. Sampailah aku di Kamar Ganti Pria. Ku lihat Kak Rendi sedang berjalan menuju tempat itu.
Aku memantau nya dari jauh. Setelah ku lihat dia benar-benar sudah memasuki area itu, aku segera mengendap-endap masuk kedalam sana.
Sepertinya Kak Rendi sudah masuk kedalam salah satu bilik ganti. Batin ku
Pintu pertama?
kosong.Pintu kedua?
kosong.Pintu ketiga?
Terkunci!Di tangan ku sudah tergenggam sebuah sapu tangan yang sudah ku beri obat bius terlebih dahulu.
Baik, aku tinggal menunggu Kak Rendi keluar dari bilik itu.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Empat detik
Ctak. Pintu terbuka!
Tepat saat pintu itu terbuka, aku segera membekap hidung Kak Rendi hingga ia terkulai lemas dan tak sadarkan diri.
Ku tarik tubuhnya untuk kembali masuk kedalam bilik itu, aku tidak lupa untuk menguncinya.
Ku ambil pisau stick dari dalam Bra ku. Aku lupa memberi tau satu hal, aku akan menyimpan pisau stick di balik Bra, agar orang lain tidak curiga terhadap ku.Aku menggenggamkan pisau stick itu ditangan Kak Rendi, lalu memotong pergelangan tangan Kak Rendi.
Srrrtttt!
Darah mengalir begitu deras. Tangan ku juga sudah dipenuhi darah. Aku harus berhati-hati agar darah itu tak mengenai seragam ku.
Aku sengaja menggenggamkan pisau stick itu di tangan Kak Rendi, agar sidik jari ku tidak ketahuan dan orang-orang akan menyangka bahwa Kak Rendi Bunuh diri.
Ku jilat tangan ku yang sudah berlumuran darah.
Nikmat, perpaduan antara hanyir, pait, asam, dan manis begitu pas.Aku segera keluar dari bilik ini dan segera menjauhi area Kamar ganti pria, aku menuju kelas dengan yang wajah berseri-seri.
Satu yang masuk kedalam black list ku terbunuh, selanjutnya siapa?***
Jam istirahat tiba, beberapa orang Polisi datang kesekolah ku, aku yakin mereka pasti akan menyelidiki kasus kematian Kak Rendi.
Kini beberapa Polisi itu sedang berada di ruang guru, dan aku? Tentu saja sedang menguping tentang apa yang dibicarakan oleh orang-orang yang ada di ruangan itu.
"Pisau yang digunakan untuk bunuh diri tidak ditemukan sidik jari lain terkecuali sidik jari Saudara Rendi, dan di tubuh Saudara tidak ditemukan luka memar mau pun luka lainnya. Jadi kasus ini dinyatakan murni karna Saudara Rendi bunuh diri dan tidak ada faktor pembunuhan yang disebabkan oleh orang lain" Ucap salah satu Polisi yang ada di dalam, aku tersenyum senang.
Ini pertama kali aku membunuh seseorang dan tidak ketahuan. Sungguh menyenangkan.
Setelah mengetahui bahwa Polisi menyatakan kasus kematian Kak Rendi murni karna bunuh diri, aku segera ke kantin untuk sekedar mengisi perut ku yang kosong.
Sesampainya aku dikantin, aku segera jalan menuju meja kosong yang ada di ujung. Tapi, tiba-tiba kaki ku di selengkat oleh seorang gadis yang sedang duduk bersama Refa, Kezia, dan Ambar. Aku bangkit, dan mereka hanya tertawa meremehkan.
"Apa-apaan nih pake nyelengkat gue segala?!" desis ku tajam seraya menarik kerah baju gadis tersebut
"Eh, pelacur! gak usah pegang-pegang baju gue, nanti gue gatel-gatel." Ucap gadis itu seraya bergidik ngeri seolah-olah aku adalah virus paling mengerikan yang ada dimuka bumi ini.
Ku ambil minuman yang ada dimeja gadis itu dan segera menumpahkan minuman tersebut tepat di wajahnya.
"Apa kata lo? Pelacur? Gue ingetin sekali lagi! Orang yang suka ngehina orang tanpa tau apa-apa itu lebih menjijikan ketimbang sampah," Aku membisikan kalimat tersebut dengan halus dan dingin, lalu melepas cengkraman di kerah bajunya dan segera berlalu meninggal kan mereka. Gadis itu ternganga dan menatap ku dengan tatapan tak percaya.
Aku masih memperhatikan gadis itu. Dia terlihat akrab dengan teman-teman ku. Ralat, mantan teman-teman ku.
Mereka berdiri dari meja kantin. Sepertinya mereka berniat untuk meninggalkan area kantin. Melihat itu aku segera menyelesaikan acara makan ku dan mengikuti mereka dari belakang.
Lagi-lagi nasib baik menghampiri ku, ke empat gadis itu berpisah. Dan gadis yang menyelengkat ku di kantin tadi pergi ke arah WC wanita.
Bersiap lah sayang, akan ku antar kau ke Neraka.
Aku menpercepat langkah ku agar aku tepat berada di belakang gadis itu, dan gadis itu menoleh ke arah ku.
"Eh, si Pecun. ngapain lo? Mau ngintipin gue?" Tanya nya seraya menaikan sebelah alisnya.
Aku langsung menarik rambutnya dengan paksa sampai ia tersungkur ke lantai, dan aku segera menyeretnya masuk ke dalam salah satu WC.
Gadis itu meronta-ronta dan meringis kesakitan. "Sakitthhh" Air mata gadis itu mulai membasahi pipinya.
"Ini balesan buat orang yang gak bisa jaga mulutnya!" Desis ku seraya menenggelam kan kepala gadis itu kedalam kloset. Setelah beberapa detik kembali ku angkat kepala gadis itu.
"Am-am-ampun, San. Gue minta maaf sama lo karna udah ngomong sembarangan tadi, tapi tolong lepasin gue," Ujarnya lirih.
"Gak bisa! Cemooh di bayar nyawa! Ini belom apa-apa. Lo harus mati! Nikmatin aja, dan gue bakal nganter lo ke nereka. Disana cocok buat orang-orang yang gak bisa jaga omongannya kaya lo," Aku segera memasukan kembali kepala gadis itu kedalam kloset, kali ini lebih lama dari sebelumnya. Sampai akhirnya tubuh gadis itu melemas, dan sepertinya gadis itu sudah mati.
"Yaelah payah banget lo baru di giniin mati. Niatnya mau gue ajak main jangka panjang, eh, keburu mati." Kata ku kesal. "Gue apain ya mayatnya biar orang-orang pada gak curiga?" Tanya ku pada diri sendiri.
Aku ingat kalau aku melilitkan tali tambang disekitar ikat pinggang ku.
Akan ku buat orang-orang berfikir bahwa gadis ini mati karna gantung diri.Selesai, aku segera pergi meninggalkan kamar mandi wanita dengan langkah tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
P s y c h o p a t h
Misteri / ThrillerSandra merasa bahagia memiliki teman seperti mereka, Sandra fikir dirinya adalah orang yang paling beruntung di dunia ini karna telah bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Tapi ternyata tidak, teman-temannya lah penyebab mengapa kejiwaan Sandra...