Last wish

260 23 0
                                    

Aku dan ibu memakai hanbok hitam. Kulihat ibu tak henti - hentinya menangis memandang foto ayah yang terpajang.

"Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau meninggalkanku, suamiku?"isak beliau.

Aku hanya memandang iba kearah ibu yang sudah bersimpuh di depan foto ayah. Aku juga ingin menangis seperti ibu, melampiaskan kesedihan yang bersarang dihatiku. Tapi jika aku melakukannya, siapa yang menghibur ibu? Andai saja kak Jin disini dan meminjamkan bahunya untuk kami berdua.

Sayang seribu sayang kondisi kak Jin semakin lama semakin buruk. Dia terus mengamuk dan berkata tentang sahabat-sahabatnya itu. Upacara pemakaman ayah sudah selesai. Aku membawa ibu pulang. Ibu mengunci dirinya dikamar. Aku mengerti dia masih terpukul. Aku akan membiarkannya sampai dia tenang. Salah seorang asisten rumah tangga menghampiriku ketika aku berada di depan pintu kamar ibu dan almarhum ayahku.

"Nona, ada pengacara Lee datang."

Aku mengangguk dan pergi ke ruang tamu. Kulihat pria baruh baya bejas hitam lengkap dengan kacamata minus bertengger dihidungnya dan sebuah dasi menjuntai mengikat lehernya. Dia juga tadi ikut ke penghormatan terakhir ayah. Beliau adalah sahabat sekaligus pengacara ayah.

"Seojin, apa kabar?"

Aku memberi hormat kemudian duduk di sofa tamu sebrang beliau.

"Seojin, saya kesini bukan untuk membicarakan warisan. Saya kesini untuk memberikan surat yang ayahmu titipkan pada saya."

Beliau merogoh tas jinjing berwarna navi di pangkuannya.

"Ketika ibumu dan kakakmu siap, saya akan membacakan surat wasiat CEO Kim. Tapi surat ini hanya untuk Seojin. Bacalah!"

Pengacara Lee memberikan ku sebuah amplop berwarna putih. Aku meraihnya dan membukanya secara perlahan. Disana terpampang tulisan tangan yang kukenal itu tulisan tangan ayahku.

"Untuk putri kesayangan ayah, Kim Seojin.

Seojin-ah~ melelahkan ya?
Maaf ayah tidak ada disampingmu saat masa sulitmu.
Ketika kau diejek oleh teman-temanmu disekolah, ketika kau dilempari tepung dan telur, bahkan ketika seorang sahabat yang sangat kau percaya mengkhianatimu.

Ayah tahu semua itu. Ayah tahu apa yang terjadi pada putra dan putri ayah. Ayah tidak ingin anak-anak ayah merasakan penderitaaan.

Tapi ini takdir. Takdir yang tidak bisa kita hindari.
Kata-kata yang Seojin katakan pada kakak Seojin.
Ayah mendengarnya.
Ayah berfikir, betapa dewasanya putri ayah.

Bahkan ayah sempat ingin pergi saja dari dunia ini, tapi ketika ayah mendengar kata-kata Seojin, ayah malu.
Bahkan putri kecil ayah tegar dan siap memberikan bahunya untuk keluarga.

Seojin, ayah ingin kau kuliah disalah satu universitas di Amerika. Dan kembalilah sebagai penerus ayah di perusahaan.
Ayah mohon Seojin, ayah hanya bisa mengandalkanmu.
Ayah tidak mungkin memberikan tanggung jawab itu pada kakakmu.

Mungkin, ketika kau membaca ini ayah sudah tidak ada disampingmu lagi.
Ayah merasa ayah kurang sehat akhir-akhir ini.
Tolong Seojin, bantu ayah untuk yang terakhir kalinya.

Ayah mencintai Seojin.
Tolong juga jaga kakakmu dan ibumu.

Dari Ayahmu, Kim Tae Ho."

Aku terisak membaca pesan terakhir ayah. Tapi semua itu tidak bisa diselesaikan dengan tangisan. Aku harus mewujudkan apa keinginan ayah.

"Paman, sementara aku ke Amerika, siapa yang akan menjaga ibu, kakak dan perusahaan?"tanyaku masih sedikit terisak.

"Saya dan Sekretaris Yoon, akan membatumu Seojin. Kau jangan khawatir."

Aku pun sudah sudah mantap. Tekadku kuat ingin mewujudkan keinginan ayah.
***
"Apa kau yakin akan pergi nak?"

Aku mengangguk pada ibu. Aku menyeret koperku ke halaman.

"Aku harus jadi anak baik bu. Harus menuruti apa kemauan orang tuanya hehe"

"Tapi mimpimu jadi pelukis-"

Kata-kata ibu menggantung.

"Haha melukis itu hanya  hobiku bu, bukan mimpiku."

Aku memamerkan fake-smile yang terlihat tulus untuk ibu. Bohong semua yang ku katakan bohong. Jauh didalam hatiku, melukis dan menjadi pelukis profesional adalah mimpiku. Tapi, aku harus mengubur semua demi keluarga.

"Ibu sebelum aku pergi, aku ingin bertemu kakak terlebih dahulu."

Ibu mengangguk lalu mengantarku sampai rumah sakit kakak dirawat. Ketika aku masuk ke kamarnya, seperti biasa kakak sedang memandang lurus keluar jendela.

Aku mendekat dan duduk disampingnya.

"Kak? Selamat pagi~ hari ini cerah ya?"

"Aku benar-benar orang yang tidak berguna ya?"

Aku memandangnya. Wajah putihnya semakin pucat, lingkaran matanya semakin hitam.

"Aku seharusnya berada disana memeluk kalian saat ayah meninggal, tapi-"

Dia menunduk menyembunyikan air mata yang kuyakini mengalir deras dari matanya.

"Kak, tidak apa-apa. Semuanya sudah lewat. Kedepannya, Seojin mohon jaga ibu untuk sementara. Seojin harus pergi."

"Kemana?"

"Seojin sudah dikuliahkan oleh ayah di Amerika."

"Lalu Seojin akan meninggalkan kakak dan ibu?"

Sekarang dia menatapku. Aku bisa lihat linangan air mata di mata merahnya.

"Untuk sementara. Demi kita semua."

"Saat Seojin kembali, Seojin ingin melihat kakak ada dirumah. Tidak disini lagi." tambahku.

Hening. Tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir putih di depanku ini.

"Dan ini, hadiah untuk kakak."

Aku memberikan kotak berbungkus kertas coklat pada Kak Jin.

"Ini hadiah ulang tahun kakak. Kemarin kita melewatkannya karena ayah saat itu meninggal. Terimalah."

Dia meraih hadiahku. Dia memelukku. Tak berhenti menangis.

"Terima kasih dan Maaf."

"Aku ingin kakak berjanji, kalau kakak harus sembuh, dan menjaga ibu untukku."

Dia mengangguk

"Hiduplah bahagia disana, makan yang teratur dan kembalilah dengan selamat."
Kata kak Jin seraya mengelus rambutku.

"Aku pastikan aku dan ibu akan baik-baik saja. Aku pasti akan sembuh Seojin. Aku berjanji."

Aku tidak sanggup menahan tangis. Aku mendekap kak Jin. Aku akan merindukan aroma hangat tubuh kak Jin.

"Aku harus pergi kak."

Dia tersenyum setelah melepaskan pelukannya. Dia mengusap pipiku dan mencium keningku.

Aku pun langsung pergi ke bandara diantar ibu. Aku pamit pada ibu.

"Ini berat, tapi ini harus kulakukan. Demi kakak, Ibu dan juga almarhum ayah."
***************************************************************
Hola:) gimana gimana? Mungkin ini chapter 2 terakhir. Maaf ya konfliknya kurang ngena hehe.

Votementnya ya ^^

Bestfriend For My Lovely BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang