Happy Ending

347 27 5
                                    

10 tahun kemudian

Aku memasuki sebuah pameran lukisan dikorea. Kuusap salah satu lukisan tersebut penuh dengan penuh rasa bangga. Umurku sekarang sudah dua puluh tujuh. Aku menatap lukisan didepanku.

Aku berkeliling lagi melihat - melihat lukisan itu dipajang. Bagi yang melihat lukisan- lukisan ini, mungkin ini hanya segelintir warna yang dipadu padankan menjadi sebuah gambar. Tapi bagi sang pelukis, semua ini isi hatinya. Semuanya bermakna. Aku tahu itu. Aku paling tahu itu.

Ini semua sudah lewat 10 tahun. Dan banyak sekali yang berubah. Dari aku yang sudah menjadi dewasa dan menjadi wanita karir. Huhu bukan jadi pelukis. Ini menyakitkan tapi inilah jalan yang kupilih.

Mataku menangkap lukisan yang tidak biasa.

"Heol, dia memasukkan lukisanku ke gallerynya? Cih dasar pasti dia mencuri lukisan dikamarku, pantas saja lukisan ini hilang dua hari lalu. Oh lukisanku."

Aku mengelus - elus lukisan seorang pria tampan berjas hitam. Pria ini ayahku saat muda. Aku mencuri foto ini di album foto ibu dan langsung me re-draw ke sebuah lukisan. Hihi.

"Ini kubuat dengan cintaku yang besar untuk ayah. Tapi kenapa dia tidak bilang lebih dulu mau memasukkan lukisan ini ke gallerynya? Dasar pelukis amatir!" Aku menyenderkan kepalaku di lukisan ayahku.

"Heh nona! Siapa yang kau sebut pelukis amatir hah?"
 
Aku mendelik ke arah sumber suara. Kutatap tajam laki - laki berambut blonde ini. Dia memakai pakaian casual. Celana jeans dan kemeja merah muda melekat pada tubuh jangkungnya.

"Kau!" Jawabku sambil cemberut.

"Hah, kau hanya iri kan karena aku yang jadi pelukis?" Dia mengejek.

"Ah semuanya karena kau."

"Oho, kau menyalahkanku sekarang, kau tertipu oleh si tua itu. Mau - maunya pergi ke Amerika. Untung kau pintar, dan mendapatkan beasiswa disana. Jika otak kecilmu ini tidak bisa dipakai kau akan jadi gelandangan disana."

"Haish AKU TAHU!"

Orang ini dari sejak 5 tahun kepulanganku dulu, selalu saja menceramahiku. Dia lebih bawel dari dia yang dulu. Dia mengacak poniku. Hanya tersenyumnya yang tidak berubah. Tetap manis dan hangat.

"Jadi bisa anda jelaskan tuan Kim, kenapa lukisan si manis Kim Seojin ada diantara pameran anda. Kau tahu ini adalah pria yang paling kucintai didunia ini"

"Kau tidak mencintaiku?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? "

"Aku hanya meminjamnya, kenapa kau pelit sekali. Lagi pula kenapa tidak pake sign? Bagaimana kalau ini dicuri oleh orang jahat?"

"Jika orang jahat mencurinya, maka kaulah orang jahatnya."

Pria didepanku ini menatapku tidak percaya.

"Hah kemana adik manisku pergi, apa dia tertinggal di Amerika?"

"Eii kau juga banyak berubah kak, tentu saja aku mengikutimu."

Dan kami pun tertawa bersama. Dan sama-sama menatap lukisan ayah yang sedang tersenyum manis.

"Kau tidak ada meeting CEO sibuk?" Tanya kak Jin

"Hari ini adalah pameran lukisan kakak setiap tahun. Satu tahun sekali aku bolos tidak masalah kan?"

Sekarang aku bekerja sebagai CEO di perusahaan ayah yang sempat direbut oleh pengacara Lee. Ya  10 tahun lalu dia memberikan surat palsu. Dan membuangku ke negeri orang. Memisahkanku dari ibu dan kakakku yang kondisinya sedang tidak baik. Sempat aku menyesal meningggalkan mereka. Tapi semua kejadian itu ada hikmahnya. Kak Jin sudah sembuh dari skizo-nya. Ibu? Sudah meninggal dua tahun lalu karena penyakit strooke.

Bestfriend For My Lovely BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang