Tujuh belas

562 49 16
                                    

SO ENJOY BEBEP BEBEP.
JANGAN LUPA YA, VOMMENT-NYA BEP.

MWAH:*

Driaz terdiam sambil menikmati angin yang berhembus membelai wajahnya, ia menghirup aroma petrichor yang sangat khas dengan aroma tanahnya.

Driaz menarik nafasnya panjang, kejadian seminggu kemarin ketika ia bertengkar dengan Dreo dan kakak perempuannya yang tiba-tiba pingsan itu langsung hinggap di otak Driaz.

"Wey Dri." Driaz menoleh dan mendapatkan Lena, sahabatnya.

"Ya?"

"Gausah dipikirin banget kali, nanti malah jadi gila lho." ucap Lena sambil tersenyum, niatnya ingin membuat Driaz menjadi tenang tetapi Driaz malah kembali murung.

"Gue ga mikirin kok." dusta Driaz 100%

"Iya deh suka suka lo." ucap Lena akhirnya menyerah, Lena pamit untuk kembali pulang kerumahnya, dan Driaz kembali sendiri.

Driaz merenung, kenapa seminggu yang lalu Dreo seperti marah sekali saat Driaz duduk bersebelahan dengan Dimas? Layaknya ia takut kehilangan Driaz, tetapi saat ini pesan singkat yang dikirim Driaz kepada Dreo saja belum dibalas.

"Gue bingung Dreo itu sayang apa enggak sih sama lu." ucap Dimas saat ia menjenguk Dreyla kakak Driaz.

"Ngelamun aja." Driaz tersentak saat pundaknya ditepuk oleh seseorang, dan orang itu adalah Drian--- kakak laki-lakinya.

"Kenapa, gaboleh?" tanya Driaz jutek, Drian tersenyum geli.

"Iya gaboleh, soalnya kalo kerasukan gaada ustadz, adanya balon. Belom tentu nanti hantunya mau keluar gara gara diiming imingin balon." ucap Drian mencoba membuat Driaz tersenyum walau kecil, tetapi Driaz hanya menjawab guyonan Drian (baca: yang garing itu) dengan helaan nafasnya.

"Garing ya? Hehe." Driaz memainkan ujung bajunya sesaat ingatan ia kembali kepada sosok Dreo.

"Kenapa sih, galau mulu." Drian mendekatkan badannya kedekat Driaz.

"Apa sih bang Deket Deket." Driaz menggeser badannya menjauhi Drian.

"Cerita donggg sama abangg.." ucap Drian sambil menoel pipi Driaz, Driaz menggeram kesal.

"Kak dreyla gimana bang?" tanya Driaz skakmat. Drian langsung terdiam.

"Yaa gitu." Drian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia sama sekali tidak tau harus menjawab apa.

"Driaz mau kedalem ah." ujar Driaz sambil turun dari gazebo di halaman belakang rumahnya dan meninggalkan Drian dengan bibir yang terkatup rapat.

---

"Keadaan kak Drey gimana?" tanya Dimas sambil berjalan beriringan dengan Driaz.

"Ya gitu." jawab Driaz meniru jawaban Drian kemarin, Driaz bingung harus menjawab apa.

"Kok 'gitu'?" tanya Dimas kurang mengerti, Driaz menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Mm.. Yaa gitu." Driaz menyengir kuda kearah Dimas dan Dimas tahu, itu fake.

"Masih sedih ya? Gue yakin kok, kak drey bakalan sembuh." ucap Dimas, Driaz mengaminkan ucapan Dimas tadi didalam hatinya.

"Gue duluan ya Dri." Driaz mengangguk ia langsung kembali berjalan keanak tangga berikutnya.

"Driaz... Keadaan kak Drey gimana??!!" dengan heboh Fia menghampiri Driaz, Driaz menghela nafasnya.

"Ya gitu." jawab Driaz Fia mengembang-kempiskan hidungnya.

Do You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang