Delapan belas

716 56 24
                                    

Dreo melangkahkan kakinya dengan cepat menuju tangga yang menghubungkan antara lantai 2 dengan lantai 1.

Ia lantas berjalan ke belakang sekolah untuk menemui seseorang yang sudah menunggunya, dan orang itu adalah.

Dimas.

"Akhirnya Lo Dateng juga." ucap Dimas sambil tersenyum miring, didalam senyumnya banyak menyimpan rasa sakit yang mendalam.

"Gue tau lu suka sama Driaz." ucap Dreo dingin, dan Dimas hanya terkekeh kecil.

"Ya, bagus deh.. Tanpa gue harus capek capek bilang sama Lo, lo udah tau." ucap Dimas sambil bangkit dari duduknya menghampiri Dreo.

"Jangan ganggu Driaz, bisa?" tanya Dreo, Dimas terkekeh melihat Dreo yang sedang menatapnya tajam.

"Enggak." jawab Dimas, Dreo langsung meninju wajah Dimas hingga Dimas terjembab kebelakang.

"Gue disini jadi penjaganya Driaz saat ada monster jelek yang nyakitin dia." ucap Dimas sambil mengelap darah segar yang berada disudut bibirnya.

"Driaz gak perlu penjaga kayak lo." ucap Dreo, Dimas tergelak.

"Ga perlu? Ya perlu lah, bego. Lo bayangin, mana ada sih cewek yang ga sakit hati kalo diabain sama cowok yang dia sayang? Bibir boleh senyum, tapi hatinya? Mana tau." ucap Dimas "gue tau kok, awalnya Lo mutusin nembak Driaz beneran karena Lo kasian kan sama dia? Hape Lo dibajak dan Driaz udah seneng banget Lo nembak dia. Dan teryata bukan Lo yang nembak dia, tapi temen lo." sambung Dimas, Dreo terdiam ditempatnya.

"Sadar man.. Cinta itu bukan sekedar hiburan." ucap Dimas sambil menepuk bahu Dreo dan melenggang pergi.

"Gue bakalan selalu jadi penjaganya Driaz." ucap Dimas hingga ia benar benar meninggalkan Dimas yang terbeku dengan ucapannya yang terakhir kali.





"Hai kak." Driaz menaruh nampan berisikan makanan di meja kecil yang terletak di samping kasur Dreyla.

"Gimana kak, enakan?" tanya Driaz, Dreyla hanya tersenyum menjawab pertanyaan Driaz.

"Hael? adbbqgdst?" Driaz menengok kebelakang dan melihat Drian yang sedang nyengir kuda sambil memperhatikan kedua adiknya.

"Ngapain sih bang, ganggu aja!" ucap Driaz sewot, Drian masuk ke kamar Dreyla dan mengacak satu persatu rambut adiknya.

"Jail banget sih lo." ujar Dreyla dengan suara seraknya, Driaz mengangguk membenarkan ucapan Dreyla.

"Yaa.. Gapapa kali, jail sama adek sendiri." ujar Driaz menanggapi ucapan adik kembarnya.

"Gue bukan adik lo." ucap Dreyla sambil menyesap obatnya yang disulap menjadi teh hangat.

"Iya, tapi kembarannya." ucap Drian sambil tersenyum geli, Dreyla meringis saat obat herbal itu masuk kedalam mulutnya.

"Pait ya kak?" tanya Driaz, Dreyla mengangguk.

"Pait, kayak mukanya Drian." jawab Dreyla, Driaz terkekeh, dan Drian hanya memutar kedua bola matanya.

"Oh ya, besok Lo harus siap siap ya Drey." ujar Drian, Dreyla menghela nafasnya, Driaz menunduk.

"Iya, gue udah siap kok." jawab Dreyla sambil tersenyum dengan senyum yang dibuat buat.

"Biasa aja kali Dri, sampe galau gitu." ucap Dreyla sambil menepuk pipi Driaz, Driaz mengangkat wajahnya dan memamerkan senyum palsunya.

"Oiya, bentar lagi Driaz enem belas tahun ya.. Wihhh hebat hebat!!" ujar Dreyla dengan keceriaan seperti biasa, Driaz menghela nafasnya mencoba menahan air matanya agar tidak menetes.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang