4. Pieces of Memory

1.5K 154 8
                                    

A/N : Tulisan cetak miring ➡ flashback on. Thanks.

------------------

"Aku salah lihat? Atau itu emang de..."

"Denada grace. Gue yakin gue gasalah liat" bisikku pada diri sendiri, menahan hati yang tak karuan.

Dunia seakan runtuh diatas bahuku, semakin berat puing-puing hati ini menerima kenyataan.

capek dengerin sinus, cosinus, tangen dari buk Tere hingga 2 jam, akhirnya bel istirahat berbunyi. Entah kenapa aku langsung bangkit dari tempat duduk ku, tak ingin lama-lama berada disana.

"Demi ardo, ternyata dia jadi pindah kesini" keluhku. "Bakalan sulit deh gue modusin si kebo lagi" gumamku.

Aku duduk di aula, sendirian, biasanya Ardo bakalan datang kesini nemenin aku, walaupun X-4 cukup jauh ke aula.

"Ya, gak mungkin lah ya dia dateng kesini nemenin aku. Toh, tuh cewe idaman nya udah di Brawijaya. Ah kenapa gue kek cewe galau mau ngakhirin hidup sih?" Aku menjambak rambut kusendiri, dan menutup wajah ku dengan kedua telapak tangan.

"I'm so broken" isak ku tanpa didengar siapapun.

Seseorang menepuk bahuku. Cewe dengan rambut hitam dan pipi tirus duduk disampingku. Aku melirik nya tanpa berkata sedikit pun.

"Apa yang membuat mu duduk sendirian disini... emm.." dia belum melanjutkan perkataan nya.

"Artha" seruku.

"Hm ya, apa yang membuat mu sendirian disini artha?" Tanya nya lagi.

"Lah elu kenapa nanyak-nanyak, padahal lu juga sendiri tuh" cibir ku. Aku sedang kesal dan dia datang menemuiku, bayangkan saja betapa erupsi nya krakatau di hati ku.

"Maaf deh aku SKSD, aku gak sendiri kok, aku kenal kamu dari Richardo, dia sering cerita tentang kamu, katanya kamu anaknya manis, tapi agak galak. Ternyata bener ya" tawanya renyah.

"Ini anak baru kenal udah panjang banget omongnya, pakek aku-kamu lagi" bisikku dalam hati.

"Sorry ngasih kesan gak baik padahal baru kenal, lagi badmood aja" kataku tanpa menolehnya. Padahal aku sudah kenal dia dari lama, sejak saat itu...

Aku berjalan, menyandang tas dengan baju putih biru ku. Aku sudah lelah menunggu pak Haryo a.k.a supir papa menjemputku dari sekolah. Daripada aku di culik om om lebih baik aku jalan kaki saja.

Kaki ku mulai lelah berjalan, terik matahari menerpa wajahku, entah mengapa kepala ku terasa berputar-putar, mungkin karena panas yang menyengat. Aku mempertahankan langkah kaki ku meski aku sadar kaki ku mulai gemetar.

"Deket lagi kok tha.." aku menyemangati diri ku sendiri.

Terik mentari menyilaukan pandangan ku namun tiba-tiba, "awasss!" Aku masih dapat mendengar suara seorang wanita, sebelum   "tiiiiin....bruuuk..", aku tak dapat merasakan apapun, semua gelap, tak terlihat.

Bau obat-obatan yang menyengat menusuk sela penciuman ku. Aku berusaha bangkit namun kepala ku terasa sangat sakit.

"kenapa aku ada disini?" Tanya ku pada diri sendiri.

"kriiiit.." pintu berdecit, mama masuk kedalam, mata mama sembab dan dibelakangnya ada ardo.

"Ma, ini dimana? Kenapa aku pake baju beginian? Aku kenapa?" Tanya ku bertubi-tubi.

"udah deh sayang, syukur kamu udah sadar, kamu tidur ajah, ini dirumah sakit, jangan rewel" perintah mama.

Aku tak ingin banyak bicara, kepala ku rasanya mau pecah saja. Sesudahnya mama keluar dari ruangan.

Why Not Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang