25. Accident

766 40 2
                                    

Author's pov

"Anj*ng, lo gak denger apa?", Tinjuan Ardo mengenai pipi kanan dokter Aby, Aby yang baru sadar akan adanya bel tak mempedulikan luapan emosi Ardo, ia cepat cepat berlari ke arah ruangan Artha. Tegesah, takut terjadi apa apa pada Artha, karena kelalaian nya.

Abi masuk keruangan Artha yang tampak nya sangat lemah, iya hanya terbaring tak terlihat kenapa kenapa.

"Apa yang terjadi tadi?," tanya Abi pada Ardo.

"Tadi dia teriak kesakitan, aku gatau kenapa sekarang dia udah tenang lagi. Apa dia udh sadar?", haha konyol, amarahnya langsung saja reda melihat keadaan Artha yang tampak baik baik saja.

"Saya mohon anda keluar, boleh?", tanya Dokter muda dengan kacamata yang bertengger dihidungnya itu, sopan.

Sedikit ragu, tapi akhirnya Ardo mengangguk paham (pasrah tepatnya).

Setelah Ardo keluar, Abi langsung mendekati tempat tidur Artha, "thaa, dia udah keluar kok. Kamu tadi kenapa?", Abi langsung saja bertanya tanpa basa basi.

Tak terdengar jawaban dari Artha, Abi tertawa kecil, "Artha jangan mengerjaiku, aku ini dokter. Aku tahu kamu udah sadar. Ayo cepat ceritakan apa yang terjadi padamu. Aku sampai lari larian kesini, tega kamu.", Abi tak lagi peduli rasa pukulan Ardo diwajahnya.

Akhirnya Artha membuka matanya perlahan, sambil menempel jari telunjukknya ke bibir pucatnya, "ssst nanti dia denger tau".

"Iyhaa tehus kamhu kenaha thadi?", bisik Abi.

"ya ga gitu juga kali kak," Artha tertawa pelan, menjaga sandiwara agar tetap aman.

"Gak tau tiba-tiba punggung ku sangat sakit, lebih lagi sakitnya menjalar sampai ke kepala ku, tapi hanya sebentar saja, setelah itu aku baik baik saja kok hehe," ujar gadis imut itu.

"Baik baik saja apanya, itu gejala, berarti saluran darah menuju otakmu semakin menyempit, harus segera dilakukan oprasi shunt. Ayolah tha percaya pada kakak, atau peluang kamu sembuh akan semakin kecil. Kakak harus paksa nih ceritanya?".

"Ih mana boleh main paksa aja. Oke aku mau deh di operasi, tapi ada satu syarat, yang boleh tau hal ini cuma Kak Martin sama Arkha. Ardo, Nada, Mama, Papa, Sekolah, Bupati, Presiden, gak boleh tau", Ajunya.

"Yaelah kayak bupati sama presiden peduli aja sama kamu", ucap Abi membalas candaan Artha, orang yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu.

☆☆☆

Seseorang mengetuk pintu, lalu masuk tanpa diizinkan.

"Dasar lancang", teriak Artha pada sosok yang dikenalinya itu.

Siapa lagi kalau bukan Brandon Arkha, "Hehe gimana lagi, tiba tiba gue dapet kabar dari Dokter Abi kalo lo dah siuman, ih dasar cewe aneh, masuk rumah sakit gatau karna apa, udah siuman nya lama bener", dengan seplastik buah ditangannya.

"Bawa apa lu?"

"Nih ada buah, katanya manjur buat nyembuhin sakit jiwa"

"Kamvret, lo kira gue gilak?", teriak Artha memukul bahu Arkha kesal.

"Lah gue kan gatau lo sakit apa, kang mas mu itu, si dokter ganteng gak mau kasih tau. Jadi, emg salah gue? Kagak kan".

"Yayaya gue yang salah oke", kata Artha sambil mengupas kulit 'jeruk' yang dibawa Arkha tadi.

"Gile langsung diembat, laper apa doyan?"

Why Not Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang