5. Mysterious

1.3K 143 7
                                    

"Kak Martin!" Teriakku dari kamarku, suara ku memenuhi seisi rumah. Aku berlari menuruni anak tangga dengan baju masih berantakan.

"Apa sih adek ku bawel?" Jawab kak Martin dengan santai.

Dan.. oh Tuhan dia masih duduk santai di sofa itu meminum kopinya yang masi setengah cangkir lagi, dia gak liat jam apa udah jam 7, bisa bisa princess telat lagi dan harus berurusan sama pak cenil.

"Ih.. kakak, ini udah jam tujuh dan kakak masi nyantai kayak dipantai?" Ucapku sebal menjambak rambut frustasi.

"Adikku sayang, kok ngimpi mulu, bangun deh. Tu liat jam" katanya menunjuk ke arah jam dinding utama rumah yang segede gaban.

Mata ku melotot melihat jarum panjang masih menunjuk ke angka enam dan jarum pendek diantara enam dan tujuh.

"Aku yang salah liat apa jam di kamar aku rusak aaaaa" seruku meringis.

"Kakak yang ubah jam dinding kamar kamu sama jam alarm kamu, biar kamu gak telat lagi. Kalo gak gitu, mama bakalan bolak balik di telfon pak danil." Ucapnya masih santai tanpa merasa bersalah.

"Maa.. liat tu kak martin, suka banget ngerjain artha" kesalku meletakkan pantat asal di sofa.

"Jangan ngambek gitu tha, kak Martin juga ngelakuin itu buat kebaikan kamu" bujuk mama melihat bibirku yang sudah mengerucut.

"Yaudah ah, ayok kakak antarin ke sekolah adik kakak yang cantik" serunya tersenyum dan lagi lagi melakukan kebiasaanya, mencubit pipiku gemas.

"Yaudadeh, ada baiknya juga, jadi aku ga berurusan sama pak cenil" jawabku tersenyum ceria, memakan roti panggang yang sudah mama sediakan dia atas meja.

"Kami pergi ya ma" seruku pada mama setelah menyalam tangannya.

☆☆☆☆

Hari ini aku datang lebih cepat ke sekolah, dan kalian tahu, aku puas melihat ekspresi pak dadang yang melongo melihat siswi langganan telat jadi salah satu yang datang tercepat.

"Selamat pagi pak dadang" kataku tersenyum jahil.

"Pagi neng.. tumben nih" sahutnya masi dengan tatapan heran.

"Hehe semalam mimpiin pak dadang sih, jadi cepat bangun deh" kataku masih belum puas melihat wajah bingung pak dadang.

"Aduh si eneng buat malu aja" jawab pak dadang dengan wajah malu.

"Yasudah saya kekelas dulu ya pak" kataku melambaikan tangan pada pak dadang. Dia hanya tersenyum simpul.

Aku memasuki ruang kelas, rasanya aneh karena kelas tak pernah se sepi ini saat aku datang ke sekolah. Hanya 3 murid yang baru datang.

Disudut belakang sana hanya hanya ada uska murid pendiam dengan kacamata hipster nya. Penghuni dua bangku dibelakangku sudah datang saja. Echa dan teman sebangku nya Nada.

"Cepat juga tu bocah datang, apa rumahnya deket-deket sini ya?" Gumamku dalam hati.

"Kenapa gue ngepoin dia cobak, gapenting tha" omel ku pada diri sendiri.

"Lo ngapain di depan pintu aja, lo jatuh cinta sama uska?" Tanya echa yang dihadiahi tatapan sinis dari belakang sana. Aura seorang uska mengisi penuh seisi kelas.

"Apaan sih cha, cuma agak terkesima aja gue bisa datang jam segini, biasanya guru udah ngajar baru gue dateng kan hahahah" canda ku memecah keheningan sekaligus aura seram uska yang pendiam dan suka sendiri.

Aku duduk di bangku ku dan meletakkan tas ku disana. "Eh tumben Intan yang rajin dan anak kebanggan X-1 belum dateng" seruku pada echa.

"Mungkin motor dia mogok lagi tuh" jawab echa acuh.

Why Not Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang