Sepulang sekolah Jadden meminta Nara untuk mampir ke rumahnya Danish. Jadden yang notabene sekelas dengan Danish, mendapat tugas kelompok dari gurunya. Saat mereka berdua mengerjakan tugas kelompok bersama anggota kelompok lainnya, Nara menggunakan waktunya untuk duduk di ruang keluarga sambil mendengarkan musik dari ipodnya.
Nara begitu terhanyut mendengarkan lantunan lembut lagu Aluto-michi~to you all sehingga tak menyadari kehadiran Jadden di sampingnya.
"Capek banget gue, Ra." Keluh Jadden seraya merebahkan diri dan tidur di pangkuan Nara.
Seketika tubuh Nara langsung menegang. Jantungnya berdetak tak beraturan. Nara hanya bisa berharap semoga saja degup jantungnya yang bergemuruh tak sampai terdengar oleh Jadden. Nara sedikit merasa tak nyaman dengan posisi ini. Sementara Jadden dengan rileksnya memenjamkan matanya dan sepertinya mulai tertidur.
Dalam diam, Nara menatap wajah Jadden. Menelusuri setiap gestur wajahnya. Wajah yang setiap saat menari-nari di dalam benaknya. Wajah yang selalu mengisi mimpi-mimpinya.
Ingin rasanya Nara mengusap lembut rambut Jadden yang berwarna cokelat bergelombang. Namun niat itu segera Nara urungkan. Sekuat tenaga Nara menahan dirinya untuk tidak melakukan satu halpun yang hanya akan menunjukkan perasaannya terhadap Jadden.
Lama Nara menatap dalam-dalam wajah Jadden hingga tak menyadari saat Jadden membuka matanya hingga tak sengaja mereka pun beradu pandang.
Degh...
Tatapan mata cokelat itu seakan menghujam hingga jantungnya. Degup jantung Nara semakin tak beraturan. Waktu seakan berhenti sesaat. Nara mulai merasakan napasnya sesak. Nara seakan tak bisa mengendalikan dirinya. Perasaan ini begitu menyiksanya.
Lama mereka saling bertatapan seperti itu, lalu kemudian Jadden menyunggingkan senyumnya. Senyum yang sangat indah, begitu menawan, seketika Nara merasakan ratusan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya, menggelitik hingga ke relung hatinya. Yaa senyum itulah yang membuat Nara jatuh cinta.
"Lo kalo di tatap dalam posisi ini, keliatan manis banget ya." Goda Jadden, masih tetap dalam posisinya tidur dipangkuan Nara.
"Anjayyyy." Nara lansung menangkup kedua pipi Jadden dengan tangannya, kemudian mencubit kedua pipinya dengan gemas.
"Awww sakit." Jadden meringis kesakitan seraya bangun dari pangkuan Nara dan mengusap-usap wajahnya yang kena cubitan Nara.
"Tapi seriusan lho, Ra." Kali ini mimik wajah Jadden kelihatan serius.
Nara malah memasang tampang garang kearah Jadden. Jadden langsung terpingkal-pingkal.
"Widihhh si nenek peot bisa marah juga ternyata. Serem euy." Jadden semakin tak kuasa menahan tawanya.
"Asli ngeselin banget Lo, nyet. Awas aja Lo." Nara memasang wajah mengancam.
"Uuuuuhhh nggak takut... weeekkkkk." Jadden meletin lidahnya kearah Nara.
Nara berupaya menjangkau kuping Jadden namun kalah cepat, Jadden begitu gesit mengelak. Dan semakin semangat untuk meledek Nara.
"Diem nggak Lo? Atau nggak gue ngambek nih." Nara melipat kedua tangannya di dada, pura-pura ngambek.
"Ampunnn kangen Nara, maafkan hamba." Jadden berlutut dihadapan Nara sambil memasang wajah permohonan.
"Woo nggak lucu tauk!!"
Jadden langsung tertawa terpingkal-pingkal.
"Ehh kunyuk, katanya mau boker, taunya malah disini. Woyy masih banyak tuh yang harus dikerjain. Gih, balik sono!" Pinta Danish saat melihat Jadden.
KAMU SEDANG MEMBACA
When It Rains
General Fiction[COMPLETED] Karena aroma hujan, nuansa langit gelap dan dinginnya udara yang lembab mampu membuat Nara betah berlama-lama memandangi hujan. Hujan.... Selalu ada kenangan yang tercipta di antara riuhnya suara hujan. Ketika hujan, Nara tertawa dan ba...