Chapter 10

928 99 3
                                    

Nara bergegas merapikan alat tulisnya di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas saat bel pertanda pulang sekolah berbunyi.

"Ra, maen ke rumah gue yokk!" Ajak Lexy.

Sejenak Nara menghentikan kegiatannya itu dan menatap Lexy.

"Tante Gea sama Om Willy lagi di Indo. Tar malem mau maen ke rumah. Lo kan pinter masak nih, Ra. Mau nggak ikut bantuin nyokap gue nyiapin makanan buat mereka?" Tawar Lexy kemudian.

Nara nampak berpikir sejenak..

"Boleh-boleh, tapi nyokap Lo sendiri gimana? Emang mau gitu dibantuin ma gue?" Tanya Nara ragu.

"Nyokap gue malah bakalan bersyukur banget, Ra. Kalo dibantuin sama Lo." Jelas Lexy.

"Ya udah kalo gitu." Putus Nara seraya mengetik sms ke Jadden untuk memberitahunya tidak akan pulang bareng dengannya hari ini.

"Ya udah ayo buruan. Nyokap gue lagi di Mall tuh. Jadi kita langsung aja ke sana." Kata Lexy sambil bangkit dari kursinya dan perlahan berjalan keluar meninggalkan kelas dan Nara bergegas mengikutinya.

"Mam, ini aku udah Mall. Mama sekarang posisinya dimana?" Tanya Lexy lewat telepon, begitu mereka tiba di Mall.

"Ohh ya udah tunggu aja disitu. Tar aku yang nyamperin Mama." Katanya kemudian. Setelah itu Lexy segera menarik tangan Nara dan berjalan ke arah yang sesuai instruksi dari Mamanya.

"Lex, sebelah sini." Tante Anna melambai-lambaikan tangannya saat melihat Lexy dari kejauhan.

"Mama udah selesai belanjanya?" Tanya Lexy saat melirik belanjaan Mamanya yang begitu banyak.

"Belum kayaknya nih. Masih ada yang kurang." Jawab Tante Anna.

"Ebuset, belanjaan segitu banyaknya, masih kurang gitu?" Lexy melongo tak percaya. Tante Anna hanya tertawa menanggapinya.

"Ehh ada Ainara." Ucap Tante Anna begitu menyadari keberadaan Nara.

"Iya Tante." Kata Nara sambil menyalami Tante Anna dan cipika-cipiki.

"Kok Tante sih? Manggilnya Mama aja! Biar sama kayak yang lain." Protes Tante Anna.

"Hehee Iya Mam." Ucap Nara canggung, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Aihh, di panggil Mama sama anak cewek, berasa lagi punya mantu." Candanya kemudian. Lepas itu Tante Anna tertawa cekikikan layaknya anak ABG.

Lexy mendengus kesal melihat tingkah Mamanya. Sementara Nara hanya bisa tertawa-tawa kecil mendengarnya.

"Maaf sayang, becanda." Ucapnya sambil menowel hidung Lexy.

Wajah Lexy langsung cemberut.

"ehh Nara masih pake seragam sekolah. Padahal kan bakalan nyampe malam dirumah, kita cari baju ganti buat Nara aja dulu." Katanya kemudian mengabaikan tampang cemberut anaknya.

"Nggak apa-apa kok Tan.. ehh Mam." Tolak Nara. Masih saja terasa canggung untuk memanggil Tante Anna dengan sebutan Mama.

"Nggak boleh nolak, harus nurut sama Mama." Kata Tante Anna.

Nara hanya bisa mengangguk pasrah. Lepas itu Nara dan Lexy mengekor mengikuti Tante Anna.

"Kayaknya yang ini cocok buat Ainara." Tante Anna menyodorkan sepasang kaos putih bergambar lucu dan celana pendek berwarna cokelat muda.

"Iya yang ini aja, Mam." Ucap Nara.

"Lo nggak liat yang lain dulu, Ra?" Tawar Lexy.

"Udah yang itu aja Lex. Biar nggak kelamaan disini. Kan nyampe rumah kita masih harus nyiapin makanan." Bisik Nara.

Lexy manggut-manggut mengerti.

"Mbak, yang ini Aku ngambil dua pasang ya." Kata Tante Anna kepada seorang pramuniaga.

Nara mengernyit bingung.

"Kok dua sih, Mam?" Tanya Nara.

"Biar kita kembaran gitu." Kata Tante Anna tanpa bisa menahan senyum dan kemudian tertawa cekikikan.

Ck... lexy hanya bisa mendecak dan geleng-geleng kepala melihat tingkah Mamanya.

***

Saat memasukkan seluruh belanjaan Mamanya ke dalam bagasi mobil, tanpa sengaja, Lexy melihat sosok Tanzie yang baru saja keluar dari mobilnya Jadden. Lexy langsung bertingkah pura-pura seolah tak melihat mereka.

Tapi Tante Anna malah berseru ke arah mereka saat melihat keberadaan Jadden.

"Jadd... Jadden.." seru Tante Anna sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Jadden.

Nara mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil saat mendengar nama Jadden di sebut.

Terlihat di kejauhan, Jadden tersenyum dan berbicara kepada Tanzie, sepertinya mengajaknya untuk berjalan menghampiri mobil Lexy.

Seketika Nara mematung di tempatnya berdiri saat melihat kedatangan keduanya. Nara seperti terhimpit dalam ruangan yang gelap dan sempit hingga ia membutuhkan oxygen yang lebih banyak untuk bernapas. Nyesek.

Sekuat tenaga Nara mencoba mengendalikan perasaannya, mencoba tersenyum menyambut kedatangan keduanya.

Diam-diam Lexy melirik ke arahnya. Memandang Nara dengan tatapan sedih. Lexy bisa merasakan, bagaimana sakitnya Nara melihat kedekatan keduanya.

"Ciee jalan bertiga niyee." Goda Jadden saat melihat Tante Anna, Lexy dan juga Nara.

"Apa ciyee ciyee.. harusnya Mama yang ciyee-in kamu Jadd, jalan sama pacar baru." Protes Tante Anna.

Keduanya tampak salah tingkah. Jadden hanya bisa garuk-garuk kepala, sementara Tanzie hanya bisa tertunduk dan tersenyum malu.

Pacar baru? Dan keduanya tampak malu dan nggak protes? Jadi mereka..

Nara ingin segera menghilang saat itu juga dari tempat itu. Tak kuat rasanya ia melihat kebersamaan keduanya.

"Nggak dikenalin nih?" Tanya Tante Anna kemudian.

Dengan segera Tanzie menyalami Tante Anna. Tante Anna menyambutnya dengan senyum manis.

"Aku, Tanzie, Tante." Tanzie mengenalkan dirinya.

Tante Anna mengangguk-angguk sambil tersenyum.

"Oh ya, Mam. Kita duluan yaa. Buru-buru soalnya." Pamit Jadden.

"Iya, tapi nanti maen-maen ke rumah sama Tanzie ya sebelum Mama balik ke Aussie. Bentar lagi proyek Mama disini kelar lho, jadi udah mau balik lagi."

Jadden dan Tanzie mengangguk mengiyakan. Setelah basa-basi sebentar dengan Lexy dan Nara, keduapun berlalu.

Nara menatap sedih kedua punggung mereka yang bergerak menjauh.

Selamanya Lo hanya akan dianggap sebagai sahabatnya, Ra. Mau sebaik apapun Lo dihadapan Jadden, dia nggak bakalan menganggap Lo lebih. Kapasitas Lo disini cukup hanya sebagai seseorang yang mencintainya dalam hati. Selamanya hanya akan seperti itu. Cintanya itu hanya untuk Tanzie, di matanya hanya ada Tanzie. Keberadaan Lo bahkan tak terlihat olehnya. Batin Nara menangis pilu.

***

When It RainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang