Prolog

210 14 0
                                    

Semilir angin menerpa. Menghantarkan kegelisahan hati yang tak kunjung sirna. Kesunyian dan kecanggungan seperti menyelimuti dirinya saat ini. Hanya ada suara langkah kaki yang terus menghiasi kesunyian.

Ia hanya bisa diam, sembari mengikuti langkah seseorang di depannya. Menatap punggungnya yang tak kunjung berbalik menghadapnya.

Ia gelisah, gusar, dan sedikit takut. Ia takut keputusannya ini akan membuat lelaki itu marah padanya. Ia takut keputusannya untuk mengutarakan perasaannya pada lelaki itu akan membuat lelaki itu menjauh darinya.

"Sejak kapan?" tanya lelaki itu. Ia berhenti melangkah, dan menatapnya cemas namun tetap tak berucap. "Sejak kapan lo naksir sama gue?" sambung lelaki itu memperjelas yang kemudian dibarengi dengan tubuhnya yang berbalik menghadap gadis itu. Tatapan matanya yang terkesan dingin seakan-akan tak pernah luput dari kebiasaannya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan berkutat sebentar dengan pikirannya "Gu-gue udah naksir lo sejak kita duduk di kelas VII, sejak saat itu gue ga bisa berhenti mikirin lo... hingga sekarang"

Lelaki itu memalingkan wajahnya sebentar kemudian beralih pada gadis itu lagi "Gue ga bisa nerima perasaan lo" ujarnya singkat.

Penyataan lelaki itu barusan seketika membuat tubuh gadis itu membeku. Terasa di sambar petir hebat. Sudah ia duga pasti akan begini jadinya. Ia pun menunduk sedih. Kecewa? Pastinya.

Ia melangkahkan kakinya selangkah mendekat kearah lelaki itu dengan wajah cemas "Kenapa?"

"Gue ga suka sama lo. Jadi menjauhlah dari gue" jawab lelaki itu kemudian pergi meninggalkannya sendirian. Hanya itu? Hanya itu alasannya nolak gue?

Ia pun cuma bisa menatap punggung lelaki itu yang semakin lama semakin menjauh darinya. Menyisakan seribu pertanyaan yang memenuhi seluruh kepalanya. Adakah cara agar dia melirikku sebentar saja? Agar merasakan yang gue rasain selama ini padanya? Apa akan selamanya ia bersikap seperti itu padaku?

****

Semenjak saat itu, gadis itu sama sekali ga melihat keberadaan Nolla lagi, baik itu di sekolah maupun dirumah. Bahkan pada acara kelulusan SMP pun ia ga hadir. Setiap hari, bahkan setiap detiknya ia selalu bertanya kemana lelaki itu berada. Hingga ia mengetahui bahwa lelaki sudah pindah ke Jogja dan kemungkinan meneruskan sekolahnya untuk jenjang SMA disana. Meninggalkan gadis itu dengan seluruh kenangan yang menurutnya indah bersama lelaki berparas tampan itu. Semenjak saat itu ia berusaha mati-matian untuk bisa melupakan Prince Charming-nya itu. Namun tetap aja hasilnya nihil. Cintanya kini sudah permanen dan tidak akan pernah pudar. Meski ia harus menyakiti seribu pria yang hilir berganti mendekatinya, hatinya akan tetap untuk Nolla... cinta pertamanya. Kini dan selamanya.

The Guy Who's On Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang