FUTAGO, DESU!!

75 7 23
                                    

~~00~~

"Kaito, 1 cappucino dan 1 waffle untuk meja 5." Yukito menyodorkan kertas ke hadapan adiknya. Namun, yang disodori malah mengacuhkannya.

Indera penglihatan Yukito mengikuti arah yang dilihat adik kembarnya. Tertangkap seorang pria tengah meletakkan beberapa cangkir di meja pelanggan. Ia kembali memandang adiknya yang masih terpaku.

"Oi, Kaito!!" Ia memukul kepala saudaranya dengan kertas kecil yang dibawanya.

Kaito tersentak. Ia akhirnya menoleh pada kakaknya.

"Yu-yukito. Ah, gomen. Sini kertasnya." Pria manis yang memakai baju pelayan dengan sangat rapi itu merampas lembut kertas pesanan dari tangan kakaknya dan mulai membuat pesanan.

Meski mereka kembar, Kaito tidak mau memanggil Yukito dengan sebutan 'onii-san' . Menurutnya tidak adil memanggilnya begitu hanya karena Yukito lahir 6 menit lebih cepat darinya.

Yukito mengamati gerak-gerik adiknya sambil menunggu pesanan. Kaito terus melirik ke arah yang sama. Yukito jadi penasaran. Pria berambut merah magenta itu mencoba ikut mengamati pria yang diamati saudaranya. Semakin lama Ia mengamati, jantungnya mulai berdetak cepat. Sangat cepat, sampai-sampai Dia palingkan wajahnya yang merona ke samping.

"Nih." Kaito yang menyodorkan nampan berisi pesanan, menyadarkan Yukito dari lamunannya.

'Kaito tertarik pada anak itu ya? Dia memang cantik, sih. Tapi Dia kan cowok. Terus tadi kenapa dengan jantungku? Apa karena kita ini kembar makanya aku merasakan hal yang sama dengan Kaito?' Yukito bergelut dengan pikirannya sendiri sembari menyajikan pesanan pada pelanggan.

Pria dengan bola mata bulat besar nan indah itu masih bisa memasang senyum menawannya pada pelanggan café meski pikirannya sedang bekerja. Sebagai artis profesional, Dia sudah terbiasa menutupi kegelisahan atau perasaan pribadi dalam hatinya ketika kamera sedang menyala.

Bulan menjulang di atas langit. Menggeser matahari dari tempat semula. Pengunjung yang datang ke café semakin banyak membuat Phantom dan pelayan café lain kewalahan. Syuting pun jadi berantakan. Akhirnya hanya 6 kameraman yang boleh berkeliaran di lantai bawah. PD dan kru TV lainnya diungsikan ke lantai dua agar tidak mengganggu pengunjung café.

"Apa yang ingin dipesan oleh para bidadari di hadapanku ini?" Jeremy mulai kumat begitu melihat beberapa mahasiswi cantik pengunjung café.

Jeremy tidak lagi memakai kostum maid karena hari ini adalah hari kedua Phantom bekerja di café. Kini giliran Henry yang memakai kostum maid sesuai urutan yang sudah ditentukan anggota Phantom kemarin malam.

Henry menyikut punggung Jeremy, mengembalikannya ke dunia nyata. Pria berpipi tembem itu menoleh pada Henry yang berdiri di samping Daigo. Leader Phantom itu melayangkan tatapan mengerikan pada Jeremy. Seakan mengatakan 'jika kau melakukannya lagi, aku akan membunuhmu!' Jeremy bergidik ngeri melihat kakak tertua di band itu. Ia memalingkan wajahnya kembali pada pelanggan café.

"Daigo nii-san sangat menakutkan. Aku merasa tak sanggup lagi dengan pekerjaan ini...!!" Rengek Jeremy pada Yukito yang sedang mengepel café.

"Mau tukar denganku saja mengepel café , Jeremy nii-san?"

Jeremy lebih tua 1 tahun dari Yukito. Makanya Ia memanggilnya dengan sebutan nii-san.

"Maaf saja. Lebih enak melayani pelanggan daripada mengepel. Apalagi banyak cewek cantik yang datang." Pria yang lebih pendek daripada Mizuki itu berlalu dari sisi Yukito.

Hatsukoi (BoyxBoy)Where stories live. Discover now