~~00~~
*Henry POV
Pernahkah kalian melihat pemandangan mengejutkan yang kulihat ini?
Ah! Gomen (maaf), saat ini aku baru melangkahkan kaki berniat memasuki kamar inap temanku. Semula kondisi kamar ini terlihat biasa saja dari luar sampai netraku menangkap pujaan hatiku berada dalam posisi terancam.
Kakinya bahkan tak lagi menapaki lantai!! Tidak, Dia bukan hantu. Dia hanya sedang...
"Nani yatte no (apa yang kau lakukan)?!!"
Kulepaskan cengkraman tangan Kaito dari kerah baju pujaan hatiku. Kemudian kudorong tubuhnya pada kakaknya yang siaga menangkap dari belakang. Sementara aku segera merengkuh tubuh Jeremy yang berusaha meraup udara untuk menetralkan kinerja paru-parunya.
Dia gila, ya?! Apa Dia kerasukan setan sampai mencengkram Jeremy dan mengangkatnya setinggi itu?!
"JEREMY NII, JANGAN PERNAH ULANGI APA YANG AKAN KAU LAKUKAN TADI!!! KALI INI...(sigh) Kau kumaafkan. Jika Kau melakukannya lagi, meski tanpa sengaja, aku tak kan mau mengenalmu bahkan aku tak segan membunuhmu."
Mataku merekam wajah Kaito yang memerah berangsur-angsur pulih, sedangkan Yukito terpaku mengamati tingkah serta perubahan ekspresi adiknya. Yukito menoleh padaku dan Jeremy.
"Aku setuju dengan ucapannya. Kuharap Kau tak melakukannya lagi, Nii-san." Lirih Yukito.
Apa yang mereka bicarakan? Jeremy melakukan apa??
"Uhuk-uhuk! Uhuk-uhuk!!"
Keningku yang berkerut penuh keheranan terluruskan kembali begitu mendengar Jeremy yang terbatuk-batuk.
"Jeremy, genki ka (kau tak apa-apa)?? Lebih baik Kau bawa adikmu keluar. Kaito, Aku juga berharap Kau tak bersikap seperti ini lagi pada Jeremy!" Ujarku yang segera dipatuhi oleh futago itu. Mereka melangkah keluar kamar inap, meninggalkanku bersama Jeremy dan tentunya juga bersama pemilik kamar, Dary yang masih terbaring di ranjang.
"Oi, genki? Genki ka (kau baik-baik saja kan)??"
Aku menuntun Jeremy untuk duduk pada satu-satunya sofa panjang dalam ruangan. Kutatap pujaan hatiku yang masih terbatuk-batuk sembari mengangguk kecil menanggapi pertanyaanku. Beberapa saat kemudian, Dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya.
"Ne, daijobu (ya, aku baik-baik saja)."
Akhirnya aku bisa mendengar suara indah pujaan hatiku lagi. Kedua manik matanya menatapku diiringi senyum sumringah yang biasa terukir di wajah.
Aku menghela nafas lega. Cukup temanku yang tak sadarkan diri saat ini. Jangan sampai otoko yang mengisi hatiku sejak awal pertemuan kita juga ikut sakit. Tapi, aku juga selalu berdoa demi kesembuhan Dary yang sekarang terkulai lemas di dekat kami.
"Boleh aku tanya sesuatu?"
Jeremy menjawab dengan anggukan kemudian memajukan wajahnya ke hadapanku. Dia kembali menjadi Jeremy yang ceria, tapi perbuatannya justru membuatku mundur seketika untuk memberi jarak agar aku tak melewati 'garis pertahanan' terhadapnya. Aku bisa khilaf jika wajah kami terlalu dekat dalam waktu lebih dari 1 detik saja.
"Apa maksud si futago tadi? Apa yang kamu lakukan sampai mereka marah seperti itu?"
Aku kembali menggunakan sebutan 'kamu' begitu situasi kembali tenang. Ya, hanya pada Jeremy kugunakan kata 'kamu', menekankan perbedaan antara Dia dengan otoko lainnya. Bahkan pada onna pun aku tak memakai kata itu.
YOU ARE READING
Hatsukoi (BoyxBoy)
FanfictionSeorang penyihir melempar kutukan pada pangeran bungsu negeri magista, tapi kakaknya berlari menghalangi. Sehingga yang terkena kutukan adalah kakaknya. Kutukannya berbunyi 'Jika seseorang menciummu, dan Ia bertukar tubuh denganmu maka Dialah jodohm...