chapt 7 - agreement

12.3K 671 11
                                    

Dimas POV's

Hari ini perasaanku lebih tenang, setelah Kif menerima kesepakatan yg kutawarkan minggu lalu. Aku tak perlu repot-repot untuk memaksanya, mengingat tak ada pilihan lain selain dia. Siang ini aku sudah janji untuk bertemu dengannya dikantorku. Aku sudah meminta pak Andi menyiapkan kontrak yg akan kusepakati dengannya nanti.

Saat Kif datang, aku tengah sibuk merevisi beberapa isi agar lebih simple bagi kami untuk menjalaninya nanti. Jujur saja aku memang tak ingin terlalu terbebani dengan kesepakatan ini. Aku dan Kif hanya harus berakting menjadi pasangan suami istri sampai aku memenangkan investasi dan kerjasama dengan Mr Zang. Mudah kan?

Aku memperhatikan Kif yg tengah duduk disofa ruang kerjaku. Dia tampak cemas, sesekali dia menatapku kemudian menunduk. Pemandangan yg jarang terlihat mengingat dia pandai mengendalikan emosinya. Aku beranjak duduk di sofa yg berhadapan dengan Kif. Dia menatapku ragu kemudian menunduk. Astaga apa yg dipikirkannya hingga harus secemas itu?

"Bacalah kontrak ini." ucapku menyodorkan beberapa lembar kertas kontrak yg sudah kurevisi.

"Iya baik." jawabnya takut-takut sambil menerima kertas yg kuberikan.

Sejenak kami saling diam sibuk membaca kertas yg kami pegang. Beberapa kali aku mengamati kening Kif berkerut kemudian mengendur begitu beberapa kali.

"Tunggu, kenapa harus ada kontak fisik?" tanyanya dengan nada terkejut. "Jangan ada kontak fisik!" imbuhnya.

"Kita hanya melakukannya didepan umum, setidaknya kita harus menunjukkan bahwa kita pasangan yg bahagia." jawabku tenang.

"Sebutkan kontak fisik seperti apa?" tanya Kif memincingkan matanya.

"Pelukan, ciuman dan tidur--"

"Tidak bisa!" sergahnya cepat dengan panik.

Seketika tawaku pecah dan membuatnya menatapku kesal. Aku benar-benar tak percaya kalau Kif mudah sekali panik dengan hanya sedikit provokasi.

"Kita hanya akan berpegangan tangan dan berpelukan, itupun kalau diperlukan." ucapku setelah tawaku redah.

"Dan semoga kita tak memerlukannya." sambutnya ketus. "Apa maksud dari poin 6 tentang Kiftia tetap harus melakukan kewajiban sebagai seorang istri?" imbuhnya mengernyitkan kening.

"Kamu tetap harus melayaniku seperti.." ucapku menggantung dan itu sukses membuat Kif menahan emosi saat menatapku. "Menyiapkan pakaian, menyiapkan sarapan dan tugas istri lainnya." sambungku disusul helaan nafas lega oleh Kif.

"Dan yg perlu kamu ingat adalah selama kita menikah jangan berhubungan dengan pria manapun dan jangan membantah ucapanku." ucapku tegas yg disambut anggukan pasrah oleh Kif. "Aku tak suka ada gosip, itu akan mempengaruhi reputasiku." imbuhku.

"Lalu apa maksud, kita tidak boleh terlibat dalam urusan pribadi satu sama lain?" tanya Kif dengan wajah datar.

"Kita tidak harus menjelaskan kita pergi kemana, dengan siapa dan apa saja yg kita lakukan. Kamu pasti tahu kan kalau kita hanya akan hidup berdampingan selama sekitar satu atau dua tahun kedepan." jelasku panjang lebar.

Setelah merevisi bagian yg menurut Kif perlu penjelasan detail. Kami bersepakat menjalankan kontrak tersebut setelah kami menikah.

Kif meninggalkan kantorku setelah dia menerima kartu kredit dan tabungan dariku. Sebenarnya aku sedikit penasaran mengingat besarnya jumlah uang yg diinginkan Kif tiap bulannya. Aku hanya khawatir diam-diam dia membeli sebuah pulau. Pikiran aneh dari mana tapi aku segera mengabaikan mengingat kami tak boleh terlibat dalam urusan pribadi.

* * *

Kif POV's

Aku menghela nafas lega setelah melunasi pembayaran rumah sakit untuk ayahku. Tadi setelah bertemu dan bersepakat dengan Dimas aku segera pergi kerumah sakit. Sekarang setelah urusanku selesai aku menemui Ibu diruang perawatan Ayah.

agreement (agree to disagree)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang