chapt 8 - restu

12.5K 640 15
                                    

Tepat pukul 7 sebuah sedan hitam berhenti didepan rumah Kif. Dimas segera turun dan mengetuk pintu beberapa kali, sampai Kif muncul dari balik pintu.

Cantik.

Kata yg tiba-tiba muncul dalam pikiran Dimas saat melihat Kif pertama kali. Dengan dibalut dress brokat selutut, dengan rambut tergerai dan sandal jepit. Sandal jepit? What?!

"Apa ibu peri belum datang untuk memberimu sepatu kaca?" tanya Dimas membuat Kif melihat kakinya.

Kif menggaruk tengkuknya yg tak gatal kemudian nyengir kuda. Sementara Dimas masih menatapnya heran. Dengan segera Kif berlari kedalam meninggalkan Dimas yg setia menunggu didepan pintu. Tak lama Kif kembali, kali ini dengan sepatu flat shoes dan membuat Dimas mengernyit.

Tak ambil pusing Dimas berjalan mendahului menuju mobil dan Kif mulai mengikut dibelakangnya. Tanpa berkata lagi sedan hitam milik Dimas sudah melaju dijalan aspal. Malam ini jalanan lengang karna memang bukan malam minggu.

Dimas menghentikan mobilnya tiba-tiba membuat Kif menatapnya heran. Dimas turun tanpa bicara, sementara Kif masih kebingungan dengan tingkah aneh calon suaminya ini.

Tok..tok..

Dari luar Dimas mengetuk jendela kaca samping Kif dan mengkode dengan tangannya meminta Kif turun. Dengan segera Kif menuruti walaupun dia masih bingung.

Dimas menggenggam tangan Kif dan menuntunnya masuk kedalam sebuah toko sepatu. Beberapa pelayan toko sudah menyambut mereka dengan membawa hightheels yg tingginya naudzubillah. Kif memandang sepatu yg berjajar didepannya ngeri, seumur-umur dia tak pernah memakai sepatu setinggi itu. Dimas mengamati wajah Kif yg berubah pucat kemudian meminta pelayan untuk mengambil model yg lain.

Sudah hampir setengah jam mereka didalam tapi Kif masih tak menemukan sepatu yg sesuai. Dimas hampir berteriak frustasi pasalnya ini adalah toko yg biasa ia kunjungi dengan Fania. Kalau seorang model saja menyukai tempat ini, kenapa seorang Kif sangat sulit menentukan pilihannya.

"Apa kau tidak menyukai ini semua?!" pekik Dimas kesal saat Kif tak kunjung menentukan pilihan. Padahal semua sepatu yg ditunjukkan sudah yg paling bagus dan mahal.

"Aku tak bisa memakai heels setinggi itu." kata kif takut. Seketika kekesalan Dimas mencair berganti dengan wajah tak percaya.

'Apa benar Kif tak pernah memakai sepatu heels? Semua wanita menyukainya walaupun memberi efek sakit ditumit.' ucap Dimas dalam hati.


Dimas menatap Kif, dia melupakan sesuatu. Kif bukanlah Fania yg rela merasakan sakit karna heelsnya terlalu tinggi. Kif gadis berpenampilan sederhana, namun cantik. Entah sudah berapa kali Dimas merasa Kif sangat cantik malam ini.

Setelah mendengar ucapan Kif pelayan segera menunjukkan koleksi beberapa wedges terbaru, namun sesuai dengan permintaan Kif. Kif menjatuhkan pilihan pada wedges setinggi 8cm, model brokat warna senada dengan dressnya malam ini.

Penampilan Kif sudah sempurna. Mereka bergegas menuju restoran tempat makan malam berlangsung. Tak butuh waktu lama Dimas dan Kif sudah tiba disebuah restoran milik Dimas. Seorang pelayan mengantarnya keruang privat yg sengaja dipesan.

"Maaf, kami telat." kata Dimas membuat papa, mama dan Deni menoleh menatap Dimas dan Kif bergandengan tangan.

Semua terkejut melihat Kif melingkarkan tangannya pada lengan Dimas. Sementara Kif hanya menunduk tanpa berani membalas tatapan mama, papa dan Deni. Berbeda dengan Dimas yg langsung berjalan santai menuntun Kif untuk duduk di kursi kosong bersebelahan dengannya.

agreement (agree to disagree)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang