chapt 10 - nah looh

13.2K 688 22
                                    

Kif baru bisa terlelap lewat tengah malam, saat Dimas sudah lebih dulu tertidur. Saat Kif merasa yakin bahwa Dimas tak akan melakukan apapun, saat itulah ia memberanikan diri untuk tidur.

Kif mencium aroma maskulin namun menenangkan membuatnya semakin hangat dan ingin berlama-lama dikasurnya. Ia kembali memeluk gulingnya yg terasa begitu bidang dan berdegup. Tunggu, sejak kapan guling di kamar Kif berdegup dan bidang?

"Aaaaa.....!!" teriak Kif saat mendapati dirinya tengah tidur diatas dada bidang Dimas.

'Bruuukk!'

Tubuh Dimas mendarat dilantai dengan sempurna karna reflek Kif mendorongnya. Tepatnya menendang.

"Auu!!" rintih Dimas setelah pinggulnya menatap lantai. "Kiiiff!!" pekiknya dengan mata melotot menahan sakit dan rasa kesal.

"Maaf!" ucap Kif terduduk dikasur.

"Astaga anak ini!" umpat Dimas kesal sambil menggosok pinggulnya terasa nyeri.

Kif segera berhambur kekamar mandi untuk menghindari kekesalan Dimas, dan memilih membantu ibu didapur setelahnya. Sebenarnya Kif merasa bersalah karna dia yg memeluk Dimas tadi, tapi dia terlalu takut akan kemarahan Dimas.

Karna sikap barbarnya tiba-tiba muncul.

Kif POV

Kedatangan ku dan Dimas dirumah keluarga Wiryanto disambut oleh keluarga besar. Ada banyak saudara yg belum pernah ku temui sebelumnya, dan sebagian pernah bertemu saat pembukaan cafe milik Deni. Bibirku terus saja memamerkan senyum sambil sesekali mengedarkan pandangan mencari Deni. Sudah tiga minggu sejak aku mengundurkan diri dari cafe, aku hampir tak pernah bertemu dengannya. Di kampus Deni juga sulit untuk ditemui, walaupun kami satu jurusan tapi jadwalku berbeda dengannya.

"Kif duduk sini sayang!" panggil mama yg tak kugubris karna terlalu fokus mencari Deni.

"Hunny, kamu lagi nyari apa?" tanya mas Dimas memeluk pinggangku kemudian mengajakku duduk disofa bersebrangan dengan mama.

Tunggu, mas Dimas manggil aku apa, hunny katanya? Sejak kapan kami harus semesra ini, tadi pagi saat dirumah dia cuek-cuek saja. Apa karna ini didepan keluarganya, jadi dia bersikap lebih mesra?

"Enggak nyari apa-apa kok, cuma banyak yg belum kenal aja." ucapku gugup.

Jantungku sudah mau meloncat rasanya karna tangan mas Dimas masih memeluk pingganggku. Belum lagi tatapan beberapa keluarga yg sepertinya bangga melihat keromantisan yg dipamerkan mas Dimas. Situasi ini benar-benar harus dihindari, karna aku menjadi pihak yg sangat dirugikan saat ini.

"Jadi ini kakak iparku?" kata seorang anak laki-laki yg tiba-tiba duduk menengahi aku dan mas Dimas.

"Rio jangan ganggu kakak iparmu!" kata mama memperingatkan.

Dimas mendengus kesal, sementara aku bersukur dengan kedatangan Rio karna mas Dimas tak bisa lagi memelukku. Rio mulai menatapku lekat dan dalam entah apa yg diamatinya. Melihat tingkahnya yg masih suka celamitan kuperkirakan Rio masih SMA.

"Kak kamu terlalu cantik buat mas Dimas, nggak nyesel nikah sama mas ku yg jutek ini?" tanya Rio setelah mengamatiku disusul sebuah jitakan oleh Dimas.

agreement (agree to disagree)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang