intermezzo

16.9K 610 48
                                    

Kif termenung memandang taman belakang, beberapa hari ini melamun menjadi hobinya. Banyak hal yg mengganggu pikirannya terutama masalah anak. Kuliahnya sudah selesai beberapa bulan lalu, usia pernikahan sudah memasuki tahun kedua. Tapi hingga kini tak ada tanda-tanda dia hamil. Belum lagi suasana sepi dirumah setelah Rio pergi ke Jerman untuk menyusul kedua orangtuanya dan menyelesaikan kuliahnya. Dan Deni juga memutuskan untuk tinggal di apartment beberapa minggu setelah keberangkatan Rio.

Dimas merasa resah karenanya, tapi membuat Kif melupakan keresahannya bukan hal yg mudah. Dia sudah melakukan yg seharusnya sebagai suami, tapi kalau Tuhan belum memberikan keturunan yah mau gimana dong?

"Lagi mikirin apa hun?" tanya Dimas mengambil posisi duduk disampingnya sambil mengecup puncak kepala Kif.

Hening.

Kif masih termenung dan tak menggubris Dimas yg memperhatikannya dengan resah. Sampai Dimas membawa Kif dalam pelukannya dan isak tangis Kif pecah. Dengan sabar Dimas mengusap punggung Kif yg bergetar berharap istrinya lebih tenang.

"Hun, please jangan seperti ini." kata Dimas berusaha terus menenangkan.

"A-apa Tuhan nggak mau kasih kita keturunan?" bisik Kif ditengah tangisnya.

"Hun, mungkin Tuhan mau kita saling ngerti dulu." kata Dimas menatap Kif dalam. "Kamu jangan sedih terus, gimana kalo kita buat debay sekarang?" kata Dimas tersenyum jail dan mendapat cubitan dari Kif.

Kif mendengus dan meninggalkan Dimas yg duduk dengan tatapan memohon. Tak perlu menunggu lama Dimas segera mengekor Kif yg berjalan menuju kamar mereka.

Kif mulai bergelung dalam selimut membuat Dimas menghela nafas lesu.

"Hun, kamu jangan sedih gitu, nggak baik." kata Dimas duduk disamping Kif.

"Kalo aku gak bisa punya anak apa ka--"

"Ssssttt... Jangan ngomong macem-macem, kita pasti punya anak." kata Dimas merebahkan tubuhnya dan ikut bergelung didalam selimut memeluk tubuh Kif.

Kif membenamkan wajahnya dalam dada bidang Dimas dan tak lagi bicara. Seperti dia sudah mendapatkan ketenangan disana.

"Huuun..." kata Dimas.

"Hmm.." gumam Kif.

Dimas mengangkat dagu Kif hingga membuat mereka saling bertatapan. Dan Dimas mulai mengecup bibir Kif yg sudah menjadi candu.

"Boleh?" tanya Dimas menatap Kif memohon.

Yah walau bukan kali pertama tapi Dimas tak ingin memaksakan kehendaknya. Dimas akan melakukannya hanya jika Kif juga menginginkannya. Dan Kif mengecup bibir Dimas, pertanda ia mengijinkannya.

Dimas: jangan ada yg nanya setalah ini gue mau ngapain, itu urusan pribadi jadi jangan pada kepo.

Sapa yg kangeeenn?
Buat obatin rasa kangen kalian eike kasih dikit dulu.. Sekalian mau promote cerita 'single' di work eike baca kasih voment and bikin gaduh deh disitu gak apa" eike iklas..
Mau lanjuuuttt?? Sabar duluuu hehehe..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

agreement (agree to disagree)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang