Chapter 3: Penguntit

27 5 0
                                    

"Guumm bangun, udah pagi." Teriak Ibu dari lantai bawah.

"Huwwwaaaaaaa. Udah pagi ajah. Mandi dulu ah." Bend bergegas ke kamar mandi, setelah selesai turun ke lantai 1 untuk sarapan bersama Ayah dan Ibunya.

"Bend, Ibu mau nanya deh sama kamu, kemarin kamu kemana aja sih segala dianterin pake ambulan lagi." Ibu menempelkan kedua tangannya ke dagu.

"Oh waktu kemarin, pokoknya ceritanya panjang deh, kalau diceritain sekarang bisa sampe siang Bu." Bend selesai makan dan merunduk untuk mengikat tali sepatu dan siap untuk berangkat, tapi tidak lupa dia pamit terlebih dahulu kepada kedua orangtuanya.

Di sekolah konsentrasi mereka berdua buyar karena terus memikirkan bayangan misterius yang mereka hadapi semalam dan akhirnya harus dihukum, karena ketahuan melamun setiap pelajaran.

"Bend Bend pulang yuk." Sahut Aksan.

"Pulang?, emangnya udah jam pulang gitu?" Jawab Bend.

"Eh dari tadi juga udah jamnya pulang kali." Aksan keluar dari kelas.

Di perjalanan pulanh raut muka kasan terlihat aneh, seperti orang yang sedang ketakutan, untuk memastikannya Bend menanyakan perihal tersebut kepada Aksan.

"San kenapa sih kok mukanya gitu amat." Bend memegang pundak Aksan.

"Bend Bend aku ngerasa dari tadi kok kaya ada yang ngikutin yah." Raut muka Aksan semakin terlihat was-was.

"Ah jangan becanda, itu mah perasaan kamu aja kali." Mendengar jawaban Aksan Bend mulai terbawa suasana dan ikut was-was.

Dengan akal bulusnya mereka merencanakan sesuatu selagi berjalan untuk bisa kabur dari jarak penguntit, sebisa mungkin mereka harus bisa menyempatkan diri untuk melihat, siapa yang mengejar mereka. Aba-aba sudah siap dihitung mundur.

5,4,2,1....... .

Mereka langsung berlari sekencang-kencengnya, menghindari yang katanya penguntit, mereka harus berpisah, walaupun rumah mereka searah tapi berbeda tempat. Sesampainya dirumah, Bend langsung mengucapkan salam dan menuju ke kamarnya untuk 'mengamankan' diri dari si penguntit.

_____________________________________

---------Di waktu yang sama ketika Bend kabur ke rumah dari yang 'katanya' penguntit-------

"Bend Bend hey, apa-apaan sih tu anak datang bukannya nyapa malah lari-lari kaya dikejar setan aja." Ibu menyadari bahwa perkataannya mungkin Benar.

Ibu lantas mengecek keadaan sekitar lewat kaca rumah. Di dalam rumah perasaanya semakin tegang bercampur was-was. Dia menengok ke atas tidak ada. Ke kiri tidak ada. Ke kanan tidak ada. Ketika Ibu melihat kearah seberang jalan, Ibu melihat siluet hitam yang sedang berdiri mengamati ke arah kamar Bend, itu tidak berlangsung lama, karena siluet tersebut menyadari bahwa dia sudah diketahui keberadaannya dan segera melarikan diri ke dalam kegelapan.

Reaksi Ibu berbanding terbalik, bukannya tenang karena siluet itu menghilang, tapi ketakutannya semakin menjadi-jadi terlihat dari gerakan tangan Ibu, Ibu pikir yang dia lihat itu hantu. Ibu ketiduran dan harus dibangunkan Bend pada pagi hari.

___________________________________________________________________________

"Bu bangun Bu, udah pagi." Bend menggiyangkan kaki Ibu.

"Ahhh, hantu hantu." Ludah Ibu muncrat ke wajah Bend.

"Hantu apa sih bu?" Ibu harus ditenangkan dengan The Power Of Ciherang.

"Makasih ya Bend, kamu udah sarapun belum?" Air putih membuat Ibu menjadi lebih tenang.

"Nanti aja bu disekolah, udah siang takut telat." Bend pamit dan segera berangkat ke sekolah.

"Hati-hati ya, inget belajar yang Bener." Ibu menutup pintu.

Mata Bend tidak henti-hentinya melirik kearah jam digital, dia sadar Aksan sudah tidak ada, mungkin sudah duluan dari tadi, pikirnya.

Takkkkkkk (Bend dilempar dari belakang menggunakan batu kerikil).

"Aduh jangan canda deh, woi sakitt.. tau" Bend mengusap belakang kepalanya dan pingsan. Dia paling tidak kuat jika melihat darah.

"Hey hey bangun hey." Petugas Bis menggoyangkan badan Bend.

"Wahhh siapa tuh yang lempar, siapa tu?, belum tau saya dia. Hiaaaaaaa." Bend kaget, terbangun dan mengepalkan tangannya yang hampir melayang kearah petugas BIS.

"Saya dimana pak?" Bend Memegang kepalanya yang pusing.

"Sekarang kamu itu di markas kami." Petugas BIS mencoba membantu Bend berdiri.

"Hah, markas?, markasapa pak?, Polisi,Tentara, atau apa pak?" Bend terlihat semakin bingung setelahmendengar jawaban dari bapak tersebut.

Note Plus : Mohon Comment ya di bawah, dan kalau boleh bantu share ya. Terima Kasih

Note Plus+++ : teks sudah diedit untuk kenyamanan pembaca. Jika ada kesalahan kata mohon comment ya.

BENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang