Chapter 17 : Kenapa selalu hantu lagi... hantu lagi

7 0 0
                                    


"San, kamu itu udah mandi belum sih ah, cepet amat." Melempar pakaian kotor hingga menutup kepala Aksan.

"Udah udah, bawel amat sih kaya emak-emak." Memang keras kepala, bahkan pakaian kotor yang ada dikepalanya tidak menghalangi dia untuk terus bermain.

Bend terhening, sejenak berpikir keras, kira-kira perkataan apa yang bisa membuat Aksan tergugah dan segera beranjak dari duduknya. Kepala Bend hampir meledak, beruntung sumber aliran kebingungan dapat segera diputus oleh foto yang menunjukkan Aksan dan Kakak Perempuannya, terlintas Bend punya ide yang sangat bagus. Jurus jitu segera di lancarkan. Bend menggoda Aksan dengan berkata, dia akan pergi keluar untuk berjalan-jalan sembari mencari jodoh. Seperti anjing kelaparan di beri tulang, Mendengar perkataan Bend, kepalanya menoleh sedikit, dan langsung berlari pasti ke arah kamar mandi.

Kalimat "Cewek" membuat Aksan seperti terbangun dari tidur panjangnya, hanya dengan mantra ajaib itulah yang bisa membuatnya sadar kembali. Setelah Aksan selesai bersiap, mereka pamit terlebih dahulu kepada Ibu Aksan dan segera berangkat menuju tujuan sebenarnya di dunia ini. Akhirnya itu hanya akan menjadi omong kosong, karena tidak disangka hujan turun deras disertai angin kencang sesaat sebelum mereka melangkahkan diri keluar rumah.

Raut wajah Aksan terlihat kesal, saking kesalnya dia sampai mengutuk langit dengan bahasa yang sangat tidak rasional. Itu tidak memecahkan masalah, malahan membuat langit semakin marah dan membuat air dari atas turun semakin banyak, hampir saja meluap membanjiri seluruh rumah Aksan. Perlahan tapi pasti rasa bosan pun menghampiri mereka yang hanya terus menatapi air hujan dari dalam rumah, berharap seketika berhenti dan menghilang. Rasa bosan terus menyelimuti keduanya sehingga mengundang aura mengantuk yang hebat, membuat keduanya terlelap di ruang tamu.

Rasa bosan dan hujan memang adalah suatu kombinasi yang pas untuk menghasilkan rasa kantuk dilematis. Diselang sebelum mata Bend tertutup rapat, dia samar-samar mendengar suara televisi dari kamar Aksan, membuat dia berpikir, "Bagaimana, kalau aku ajak Aksan aja main game, daripada tidur gini, sekalian ngehibur diri, bener kan?". Bend pergi kedapur, mencuci muka, dan mengajak Aksan untuk memainkan Permainan yang ada di console, sama seperti yang terbesit dikepalanya tadi.

"San san, main game yuk, daripada nungguin hujan yang gak pasti kaya gini, bener kan?" Bend membujuk Aksan.

"Ok juga ide kamu Bend, sekalian nyoba game sepakbola yang baru aku beli tadi." Aksan sudah pasrah dengan keadaan.

"Hehe, nah gitu dong, itu kan namanya win win solution, aku seneng, kamu juga seneng, hahahahahahahahah." Baru kali ini Bend terlihat sangat antusias.

Game memang bisa menghipnotis segala lapisan masyarakat, mulai dari yang tua keladi sampai muda mudi, terbukti Bend yang pada awalnya tidak terlalu antusias, merasakan atmosfer sebenarnya dari suatu permainan sepakbola virtual, membuat Bend dan Aksan lupa dengan segala hal. Dengan hanya menekan beberapa tombol, semuanya bisa dilakukan.

Mereka terlalu asik untuk diganggu, bukan hanya waktu yang mereka lupakan, tapi komunikasi mereka berdua terlihat sangat minim, satu sama lain terlihat serius dan fokus dalam bermain game, rasa kompetisi mereka menggebu-gebu dan terasa sangat panas, bahkan melelahkan hati, tapi itu bagi yang kalah. Rasanya Bend sudah tidak sanggup lagi meladeni rasa kompetisi Aksan yang ternyata sangat tinggi dan tidak mau kalah (sebenarnya ini hanya alsan Bend saja, karena Bend tidak bisa bermain game console sama sekali) .

Waktu mendorong kepala Bend memutar untuk melihat kenyataan, bahwa waktu semakin larut malam dan itu artinya Bend harus segera pulang, ditakutkan Orang Tuanya khawatir menunggu.

Belum jauh Bend mengayuh sepeda, tanpa alasan jelas rantai sepedanya tiba-tiba terputus dan memaksa Bend untuk menenteng sepedanya sepanjang perjalanan. Bend melihat ke kanan dan kiri, hanya gelap yang dia sadari, rasa takut mulai menghampiri, secara tidak sadar rasa paranoidnya mendadak muncul kembali, dia mencoba memberanikan diri, tapi itu memang bukan sifat asli, hanya masalah waktu agar itu hilang kembali. Beruntung rasa paranoidnya berangsur-angsur hilang, namun itu semua hanya sekejap. Diperjelas dengan kehadiran sekelebat Bayangan Hitam dengan cepat melintas, antara percaya dan tidak percaya. Mengapa percaya?, mungkin memang benar Bayangan Misterius muncul kembali mengancan umat manusia secara tidak langsung. Mengapa tidak percaya?, berkaca pada peristiwa menyeramkan di Mall waktu itu ketika Tim Semut salah mengidentifikasi, yang mereka kira Bayangan Misterius padahal bukan, peristiwa seperti itu ditakutkan terulang sendiri, ditambah faktor keadaan yang tidak memungkinkannya untuk mengecek dan membuntuti kemana 'kelebatan' itu pergi. Bia mengirim sugesti bahwa yang tadi dilihatnya bukan apa-apa, hanya imajinasi dan bualannya saja.

Pada kenyatannya, sugesti itu sebenarnya tidak berhasil membuat Bend anti-paranoid, justru membuat paranoidnya semakin menjadi-jadi, terbukti dari pertama dia melihat 'kelebatan' itu dia berlari terbirit-birit,menenteng sepedanya, hingga harus jatuh bangun berkali-kali. Perasaannya mulai tenang ketika dia sudah membuka pintu kamar, ingin rasanya Bend menghempaskan dengan lembut tubuhnya ke kasur dengan posisi senyaman mungkin, berharap yang tadi dilihatnya hanya mimpi buruk dan ingatan dulu yang terekam kembali. 

Yoooo, selamat membaca ya, jika ada kesalahan baca mohon comment ya

BENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang