"Huh, akhirnya kita terbebas dari yang namanya hantu itu." Aisyah sejenak berhenti untuk menghela nafas. "Eh ngomong-ngomong si Aksan mana ya?".
"Hah iya juga, kalau soal Aksan gak tau tuh kak, soalnya dari kita pas keluar dari mall kan pisah, ....yaaa jadi aku gak tau." Bend berhenti sejenak dan sama-sama menghela napas . "Mending kita lanjutin yuk kak.".
"Lanjut apaan, rumah aku tuh ada disebelah kamu." Aisyah menengok ke arah bangunan yang sangat bagus dan besar. "Yaudah makasih yah, aku pulang dulu, eits satu lagi jangan tidur terlalu malem besok mau sekolah, oke".
Perkataan Aisyah memberikan semangat kepada Bend, dari sekian wanita selain Ibunya ternyata masih ada yang peduli, mengingatkannya untuk menjaga kesehatannya tetap bugar dan fit. Bend pun semakin yakin bahwa Aisyah lah orang yang pantas untuk dia perjuangkan dan harus menjadi pelabuhan pertama sekaligus terakhirnya.
Teeeet...teeeet(klakson motor membuat telinga Bend sakit).
"Wooi, kalau nyebrang itu pake mata napa, heh, mau mati emang." Pengendara motor tersebut terbakar emosi karena tingkah Bend yang menyebrang jalan tanpa melihat kanan-kiri.
"Maaf mas maaf, silahkan silahkan." Bend memberikan isyarat tangan bahwa dia meminta maaf dan mempersilahkan pengendara motor tersebut lewat. "Eh tunggu dulu, ini kan lampu merah kenapa tu motor gak berhenti. ........ buset dah tuh motor, ehhhhhhhhhh bantal busuk itu kan lampu merah harusnya kamu tuh yang salah, bukannya saya yang malah dimarah-marih, dasar.".
"Eh bocah, ngelawan kamu yah, mau saya panggil temen-temen saya apa heh?" Pengendara motor tersebut berhenti dan berusaha berbalik arah, walaupun kemacetan sangat meraja lela.
"Engga Bang ampun ampun, saya pamit dulu, kalau gitu." Suara Bend semakin terdengar pelan dari kejauhan, karena melarikan diri.
Ingin rasanya Bend bersantai ria sembari melemaskan semua ototnya di tempat tidur, agar besok harinya dia bisa pergi ke sekolah dengan pikiran tenang dan badan yang pulih 100%.
Begitulah anak muda, kalau dia mau apa-apa pasti tidak dipikirkan terlalu matang dan tidak menganalisa terlebih dahulu, sebab dan akibat yang ditimbulkan jika dia melakukan sesuatu tanpa langkah yang jelas dan terarah, eiiitsss jadi ngawur, kita balik lagi aja yuk ke cerita utama kita, YOOOOOOOOOOOOOOOOOO.
Tidak hanya didunia nyata, di dalam tidurnya pun Bend selalu terbayang akan kata-kata manis Aisyah tadi sore, tapi itu hanya mimpi baiknya saja, dibagian mimpi buruknya Bend selalu terbayang akan pengalamannya sewaktu di dalam mall bersama Aksan dan Aisyah yang tidak bisa dia lupakan begitu saja, beruntung mimpi buruk itu tidak berlangsung lama, karena Bend terbangun oleh suara tertawa Ibu yang sepertinya sedan berbincang bersama seseorang di lantai 1.
"Huuuuuuuuah, berisik amat siih." Bend membersihkan kotoran yang menempel di matanya. "Mending aku beresin kamar, mandi, siapin peralatan, sarapan, pake sepatu, terus tinggal berangkat dah.".
Tidak seperti anggota keluarga lainnya, Bend menghabiskan sedikit lebih lama waktunya ketika berada di kamar Mandi, begitu juga menyipakan peralatan dan memakai seragam kebanggaannya untuk pergi berjuang di sekolah.
"Bu ada apa sih kaya yang seru ba............ ." tidak mampu meneruskan pembicaraannya, karena disana dia mendapati Aisyah, Aksan, Ibu, dan Ayahnya sedang berada di meja makan yang sama.
"Bend sini deh, itu siapa Bend, kok cewenya kenal kamu, heh." Ibu berbisik kepada Bend dengan posisi membelakangi Aisyah yang sedang asyik bercengkrama dengan Aksan dan Ayah. "Aisyah cantik juga ya Bend, inget boleh pacaran, tapi kalau nilai kamu bagus dulu dan stabil selama 3 tahun.".
"Iisssh, apaan sih Ibu, suka ngaco aja ah." Bend tidak bisa menahan mukanya yang semakin merah merekah.
"Cepetan kamu makan sana, kasian mereka udah nunggu." Ibu tidak sengaja mendorong Bend ke dalam situasi yang tidak pernah dia prediksikan sebelumnya. "Makannya abisin yah Bend".
Sebenarnya Ibu bukan mempermasalahkan habis atau tidaknya sarapan, disini Ibu ingin menguji tingkat keberanian Bend yang notabene dari kecil dia tidak bisa memulai sesuatu yang dia anggap membosankan dan buang-buang waktu. Untuk mengatasi itu Bend mulai menentukan kemungkinan apa saja yang harus dia ucapkan, dan bagaimana reaksinya nanti.
"Bend Bend oiiiiiii, ni anak kenapa sih." Tatapan mata Bend terlihat seperti dia sedang memikirkan sesuatu. "Bend, kita berangkat yuk, takut telat nih.".
"Hah hah?, ayo berangkat sekarang, udah hampir telat juga kan." Bend salah tingkah, dia gerasak gerusuk tidak jelas.
Disamping memikirkan masa depan dan Bis, dia juga harus memikirkan mengenai dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan, bila dia hanya berfokus pada dua hal yang tadi dipikirkan. Dia sekarang menyadari perkataan yang lontarkan Ibu itu memang ada benarnya juga.
"Aisyah cantik juga ya Bend, inget boleh pacaran, tapi kalau nilai kamu bagus dulu dan stabil selama 3 tahun.".
Gabungan dari kata-kata tersebut terus teriang di pikiran Bend, sepertinya sedang mencoba mendobrak masuk ke dalam ingatan paling penting dalam diri manusia, dengan memajangnya, dan menyimpannya dalam-dalam agar dapat dengan mudah ditelurusi ketika sedang dibutuhkan.
Note Plus : Mohon Comment ya di bawah, dan kalau boleh bantu share ya. Terima Kasih
Note Plus ++ : Cerita sudah diedit untuk kenyamanan pembaca
KAMU SEDANG MEMBACA
BEND
Roman pour AdolescentsBend tidak menyangka dirinya bisa terlibat dengan konflik rumit mengenai Organisasi BIS dan Makhluk Bayangan Misterius. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengikuti semua ini sesuai alur dan dapat menarik benang kesimpulan antara peristiwa-peristiwa yan...