Chapter 4 : Sesi Tulis

21 3 0
                                    

"Hei Itu kamu, cepat masuk ke barisan." Seseorang berteriak dari depan dengan lantang dan keras. "Woiiii, saya bilang masuk kebarisan,ya masuk cepetan sebelum saya seret kamu.".

Bend segera berdiri dibantu oleh petugas BIS, Bend sangat kaget karena banyak sekali pelajar seusianya yang berbaris antusias untuk mendengarkan pidato yang disampaikan oleh Pak Beni selaku Penanggung Jawab selama mereka menjalani tes tulis dan fisik di BIS.

"Dimengerti." Pak Beni berteriak sangat lantang sampai kaca yang ada didekatnya beberapa detik bergetar.

"Siap, Dimengerti." Balas seluruh siswa.

Tanpa basi-basi dan ocehan yang mainstream, Pak Beni memerintahkan semua peserta yang ada di sana untuk segera berlari ke dalam ruang ganti baju yang sudah disediakan oleh pihak BIS, mereka hanya diberi waktu selama kurang lebih 5 menit. 5 menit tidak cukup untuk mereka, terbukti kegaduhan terjadi di ruang ganti.

"Oi mana baju saya mana, oi mana celana saya, oi mana harga diri saya, eh kok harga diri sih maksudnya sabuk mana sabuk jangan diambil woy." Benar, waktunya memang tidak cukup untuk mereka.

Waktu yang diberikan sudah habis, mereka digiring kembali kebarisan dengan pakaian yang sebagian belum selesai di pakai, misalnya ada yang tidak memakai baju, lupa memakai celana, bahkan lupa memakai sabuk, berakibat celana melorot dan harus menahan malu sekaligus didiskualifikasi dari tes masuk BIS.

Yang tersisa segera diberi instruksi, mereka pun masuk kedalam ruangan yang sangat luas yang akan menjadi tempat tes untuk latihan tulis calon anggota bis.

Sesi 1 : Test tulis

"Perkenalkan nama saya Pak Indra, biasa dipanggil indra, saya disini ditugaskan untuk mengawal sesi tulis yang akan diselanggrakan selama 120 menit, dan untuk aturannya sederhana saja yaitu kalian tidak boleh mencontek, tidak boleh berisik, dan yang paling penting adalah kalian harus mengisi lembar jawaban tersebut dengan menggunakan pensil 2b." Pak Indra membagikan lembar jawaban dan soal kepada seluruh siswa.

"Dimengerti, ujian dimulai dari............. Sekarang." Pak Indra berteriak lantang.

Mendengar perintah dari Pak Indra, para siswa mengerjakan soal dengan sangat serius, tidak terkecuali Bend yang tidak pernah berkedip sekalipun, menatap soal seperti musuh bebuyutannya. Waktu tes sudah berjalan selama 115 menit, di sisa 5 menit tersebut terlihat beragam ekspresi dari para siswa, ada yang terlihat pusing, bingung, atau ada pula yang tertidur sepanjang tes. Tidak terkecuali Bend bingung, karena belum mengerjakan soal matematika yang menurutnya susah dan sukar untuk diselesaikan. Dia harus mengandalkan 'logikanya ' untuk mengerjakan soal yang sesuai dengan mottonya yaitu "Beres tidak beres, Bener tidak Bener yang paling penting soal keisi semua dan hasil sendiri bukan hasil nyontek".

"Waktu habis , semuanya tidak ada yang menulis atau mengerjakan soal lagi." Teriakan Pak Indra membuat jantung mereka meloncat.

Teriakan Pak Indra sontak membuat semua siswa kaget dan 'refleks' mengangkat tangannya ke atas.

"Oke, soal akan dievaluasi dan kami nilai. Kalian bisa tunggu kurang lebih selama 4 jam." Pak Indra meninggalkan ruangan dan memerintahkan petugas BIS untuk menjaga siswa selama nilai dievaluasi.

"Siap, Dimengerti." Jawab seluruh siswa secara serentak.

Untuk membunuh rasa bosannya, dia beriteraksi dengan banyak orang, guna mencari teman. Mereka menceritakan pengalamanan mereka, bagaimana mereka bisa sampai disini?, oleh siapa mereka dibawa?. Contohnya ada yang diberitahukan terang-terang bahwa mereka ditawari untuk mengikuti ujian tertulis, ada pula yang sudah diamati terlebih dahulu, lalu dipilih seperti Bend, yang pasti caranya berbeda pula.

BENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang