Mona berjalan menuju halte. Tiba tiba ada yang meneleponnya.
"Halo Ms. Mona... Hari ini kelas dibatalkan karena seorang siswi telah meninggal di kelas...""APA?! Siapa yang meninggal, hah?" Mona sangat terkejut dan shock.
"Siswi kelas 11A, Anastasya Fedrickson... Apakah kau bisa datang kemari lebih cepat?"
"Baik Mr. Abagta.. saya sedang diperjalanan menuju sekolah"
"Ya.. terima kasih Ms.Mona"
"Terima kasih kembali Mr..."
Mona pun mematikan panggilan itu dan mempercepat langkahnya.
Anastasya... Sepertinya dia mempunyai sedikit masalah dengan seorang siswa di kelas 11D.. Hmm.. semoga kasus ini adalah kasus kecelakaan, bukan pembunuhan...,batin Mona.----------------
"Syukurlah kau sudah datang Ms.Mona... Polisi sedang menyelidiki kasus ini... Dan sekarang kabarnya kemungkinan besar ini adalah kasus bunuh diri" kata Mr.Abagta sang kepala sekolah Saint Ignatia Senior High School.
"K-kasus bunuh diri? Tapi saya rasa tidak mungkin Mr. Abagta.. Anastasya itu siswi teladan nomor 1 di sekolah kita... Tidak mungkin dia mati mengenaskan karna bunuh diri! Saya tidak percaya" kata Mona dengan emosi yang tinggi.
"Tenanglah Ms.Mona.. ini mungkin saja terjadi,bukan? Mungkin dia ada masalah dengan keluarganya.. Atau dengan hubungan asmara mungkin?" kata Ms. Maria yg tiba tiba datang dengan melipat tangannya.
"Saya mengenal keluarga Fedrickson... Mereka semua menjalani kehidupan harmonis.. Dan untuk hubungan asmara.. saya tau jelas kalau Anastasya tidak berpacaran.. Dia selalu mengatakan semuanya pada saya... Dan saya juga mendengar dengan baik semua kisahnya.." kata Mona sambil mengernyitkan dahi dan menggerak gerakkan tangannya menunjukkan penjelasan.
"Hah.. mungkin dia banyak bercerita dengan anda.. tapi bukan berarti anda tau segala kehidupannya bukan?" kata Ms. Maria menaikkan alisnya.
"Hmm.. sudahlah Ms. Maria dan Ms.Mona... Ini kan hanya praduga.... kita masih belum tau pasti" kata Mr. Abagta melerai mereka karena sudah muncul api api pertengkaran dari dalam diri mereka.
"huft.. Mr. Abagta.. jadi jasad Anastasya dimana?" kata Mona mengalihkan pembicaraan.
"Sudah dibawa ke Gelaneon Hospital untuk diotopsi.." kata Mr. Abagta.
"G--Gelaneon? Eh.. baiklah saya akan kesana sekarang juga.." kata Mona.
Mona pun keluar dari ruangan itu dan berjalan dengan langkah yang lebar menuju halte. Sementara diruangan kepala sekolah tadi, Maria menyengir kemenangan.
-------------
Di Gelaneon Hospital"Hey!" panggil dr.Rose.
Seorang lelaki yang memakai baju perawat dan memakai masker itu melihat ke arah suara yang memanggilnya.
"Ya dokter? Dokter memanggil saya?" kata pria itu gugup.
"Ya.. tentu... Kau perawat baru itukan? Michael ya namamu?" tanya dr. Rose.
dr. Rose kali ini tidak memakai jas dokter. Dia memakai sebuah dress silver yang indah. Dari penampilannya dia seperti hendak berkencan dengan seorang pria. Tapi sayang, penampilan tidak dapat membuktikkan semuanya. Jelas saja, dr. Rose tidak mungkin berkencan dengan pria, karena dia itu LGBT!
"Ya dr.Rose.. saya yang bernama MIchael itu..." kata Michael perlahan.
"Tolong cek keadaan pasien bernama Regina Harmond di ruang 443... Saya akan keluar sebentar" kata dr. Rose.
"Baik dokter..." kata Michael.
Michael pun berjalan menuju kamar yang dimaksud oleh dr. Rose. Dia pun masuk ke ruangan itu dan tak berapa lama dia keluar dari ruangan itu dengan sangat terkejut. Michael berlari menuju ruang dokter.
"Dokter! Dokter!! Pasien kamar 443 kejang kejang dokter!!" kata Michael dengan ekspresi panik.
Seorang dokter pria bangkit dari duduknya dan segera mengikuti Michael yang berlari ke ruang 443. Dan saat mereka datang, benar saja, Gina sedang kejang kejang. Dokter itu pun bertindak cepat. Rupanya tabung oksigen Regina telah ditutup rapat sehingga Gina tidak dapat bernafas.
Tabung oksigen dibuka kembali, namun sayangnya Gina masih kejang kejang. Beberapa perawat lain masuk untuk membantu dokter. Dokter menyuruh beberapa perawat menyiapkan alat alat yang dibutuhkan. Sekitar 2 jam kemudian, barulah kejang kejang Gina berhenti.
"Huftt... syukurlah... Dimana dr.Rose?" kata dokter itu lega.
"Mmm.. dr.Rose bilang tadi dia mau keluar sebentar" kata Michael gugup.
"huh.. beruntung pasien ini bisa diselamatkan dengan cepat.." kata dokter itu menatap pasien yang terbaring tidur dengan tenang.
Michael mengangguk anggukkan wajahnya.
"Dan saya yakin... ada orang yang sengaja ingin membunuh Regina Harmond" kata dokter itu masih menatap Regina dengan penuh keseriusan.
Hai.. author balek lagii... Wew wew.. banyak pemain baru yaa..wkwkwkw... siapa sih menurut kalian dalang dari semua kejadian ini? Eh, Inasia apa kabar ya? Kok gak muncul lagi.. ada yg penasaran dengan wajah Ina?? wkwkwkw.. tetep dibaca terus kelanjutannya ya.. Vomments juga.. *sorry makin lama makin gajol*
Cast Maria Valverde - Maria
Rose lislie - dr.Rose
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Savage
Mystery / ThrillerSenang diatas Penderitaan Bahagia dalam penyiksaan Tertawa untuk tangisan Itulah aku... Darnest Savagon.