Haloo.... Author kembali :) Akhirnya ujian siap juga.. doain ya readers semoga nilai author bagus semua ... Amin.. yuk lanjut dibaca
Mona mencampakkan hapenya. Llau dia membungkam mulutnya sendiri. "hh-- h... gak-- gak-- gak mungkin! GAK MUNGKIN!!" katanya. Mona mengusap mukanya.
Drrttt..... Drttt...
Telepon itu kembali berbunyi. "Siapa lagi.." kata Mona lirih. Dia benar benar ketakutan. Dengan perlahan Mona mendatangi ponselnya itu. Dia membaca nama pemanggil. Dan ternyata
.
.
.
.
dr. Rose
Mona menghembuskan nafasnya lega. Segera diaturnya nafasnya agar kembali normal. Lalu diangkatnya.
"Halo dokter..."
"Halo Miss..... maaf pagi pagi sudah mengganggu begini..."
"Ah..tidak apa apa... ada apa dokter?"
"Regina sudah sadar dari komanya... Bisakah kau datang kemari hari ini.. ada beberapa hal yang ingin kusampaikan.."
"Apa? Kakak sudah sadar?? Baik... saya akan kesana secepatnya.."
"baik... terimakasih..."
"Iya.. terima kasih kembali"
Mona menutup teleponnya. Mengembuskan nafasnya berat. Dia pun bangkit dari duduknya. Dan berjalan ke kamar mandi. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi. Dihidupkannya shower. Dia mengatur agar suhu airnya pas untuk badannya. Saat ini dia butuh air hangat untuk menenangkan pikirannya.
Srrrrrrrrr........
Menyegarkan. Mona menikmati tiap tetes air yang jatuh menimpa badannya. Dia mulai menutup matanya untuk bisa lebih rileks. Tenang. Segar. Damai. Namun tiba tiba ada sesuatu yang tidak beres.
Semakin lama air mandinya semakin panas. Mona membuka matanya. Ia melihat, yang mengalir dari shower itu bukanlah air. Namun darah. Darah yang kental dan panas. Mona yang shock dengan keadaan itu tidak menyadari bahwa kulitnya sudah melepuh kepanasan.
Segera dia matikan keran shower itu. Dia memandangi dirinya yang penuh dengan darah. Lalu melihat keasah cermin yang berada disampingnya. Dia tampak mengerikan sekarang.
Tok
Tok
Tok
Pintu kamar mandi diketuk dengan kuat. Mona meringis. Dia mengepal tangannya kuat. Mona tak bergeming karena ketakutan.
Tok
Tok
Tok
Ketukan itu kian terdengar kembali. Dan semakin keras.
"Mona~~~"
panggil suara itu lirih dan lembut tetapi mematikan.
Mona menundukkan wajahnya ketakutan. Air matanya mulai mengalir karena ketakutannya.
"Mona~~~~"
panggilnya lagi lebih lembut.
TOK
TOK
TOK
Ketukan pintu semakin kuat saja. Pintu kamar mandi apartemen itu terbuat dari kaca. Hanya bisa pecah dengan martil saja. Samar samar bayangan tangan yang mengetuk tampak dari balik kaca. Mona enggan melihatnya.
TAP
TAP
TAP
Ini bukan ketukan. Ini seperti pukulan telapak tangan. Dan bunyinya semakin keras. Akhirnya MOna dengan perlahan mulai angkat bicara.
"Si--siapa--siapa kau?!"
Beberapa detik sosok diluar kamar mandi itu diam. Dan tiba tiba tertawa menggelegar.
"HIHIHIHIHIHIHIHI"
"SI-SIAPA KAUUUU!!!"
"Mona.... kau sedang apa di dalam... lama sekali... cepat! aku juga mandi... aku juga harus bekerja bukan? nanti aku terlambat" kata sosok itu lembut.
Mona teringat yang biasanya mengatakan itu adalah Sarah. Karena dia sering bertengar karna hanya masalah sepele seperti lama di kamar mandi. Hanya saja Sarah biasanya mengatakan hal itu dengan kasar bukan lemah lembut seperti itu. Mona tak bergeming. Dia semakin ketakutan.
"Ya Tuhan... Tolong aku..." kata Mona pasrah.
TAP!
TAP!
TAP!
"MONA!! CEPAT BUKA PINTUNYA!!!" kata sosok itu membentak.
Mona hanya diam sambil menahan ketakutannya.
"BUKA PINTUNYA!!!!" sosok itu tampaknya mulai marah. Dia semakin memukul mukul pintu dan sesekali menumbuknya dengan kuat.
"CEPAT BUKA ATAU KAU AKAN MENYESAL!!" teriak sosok itu.
Mona tetap diam sambil menahan tangisnya.
CRASHHHH!!!!
Pintu kamar mandi itu pecah dengan sekali tumbukan. Mona menutup matanya saat itu juga. Ia menutup matanya sambil mengepal tangannya kuat. Dia dapat merasakan saat itu lampu kamar mandi mati.
Mona merasakan hembusan nafas berat seserang di depannya saat itu juga. Jari yang menyentuh pipinya, matanya, telinganya dan semakin lama menuju ke lehernya.
Mona pun membuka perlahan matanya karna penasaran. Dia melihat tidak ada seorang pun didepannya. Dia melihat sekujur tubuhnya. Tidak berlumuran darah dan tidak melepuh. Dia mengehela nafas menganggap yang tadi itu hanyalah khayalan belaka.
Mona pun membelakangi pintu kamar mandi dan menghadap ke cermin. Tubuhnya masih dalam keadaan baik adanya. Tapi satu hal yang janggal. Di belakangnya sepasang telapak tangan dari balik pintu tampak. Dan diatas kepala Mona.... Sosok wanita berambut pnajang menutupi wajahnya yang menempel pada kaca pintu.
Mona membelalakkan matanya tak percaya...
To be continued...
Wew aduhay... makin lama makin serem ya... aduh siapa sih yang dibalik pintu kamar mandi itu. trus... kok bisa darah darah itu muncul dan hilang begitu saja?? Tetep tunggu update dari Darkness Savage ya muakaseh.... Oh iya.. Cerita baru dari Monahoy bakal muncul. Judul? masih rahasia... Bukan sequel dari DS kok... Jangan lupa vomments ya... makasweh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Savage
Mystery / ThrillerSenang diatas Penderitaan Bahagia dalam penyiksaan Tertawa untuk tangisan Itulah aku... Darnest Savagon.