Mau dikatakan apa lagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau di sana, aku di sini
Mesti hatiku memilihmu
Andai aku bisa
Ingin aku memelukmu lagi
Di hati ini hanya engkau mantan terindah
Yang selalu ku rindukan.
Lantunan lagu itu berasal dari ponsel ku yang tergeletak begitu saja di atas nakas, disana tertera ada panggilan tak terjawab,ku raih ponsel itu, ku lihat siapa yang menghubungiku, ku bukan pangggilan keluar, disana tertera nomor kak Athar, ia menghubungiku belasan kali. segera ku telepon balik kak Athar.
"Halo kak?"
"Dek bisa ke rumah kakak gak sekarang?"
"Iya bisa, kenapa emang nya kak?" Ucapku bingung.
"Keberangkatan kakak ke Inggris akan di percepat, karena ada beberapa urusan yang belum kakak selesaikan, dan rencananya kakak berangkat malem ini sekitar jam 8 an, kamu mau gak sekarang ini ke rumah kakak?" ucapnya, membuat diriku cukup terkejut mendengarnya.
"Kok ngedadak banget kak, ia nanti aku ke rumah kakak"
Ku matikan ponselku, ku coba mencerna kata demi kata yang di lontarkan nya tadi. Tetesan air mata menghambur begitu saja, sesak sekali dada ini mendengarnya, perih sekaligus sakit yang teramat sangat.
"kenapa harus secepat ini?!"
Rapuh sudah hati ini, hancur sudah hati ini tanpa bekas seperti remah-remah yang tersapu oleh hempasan angin. Tanpa sadar tubuhku yang lemah tak berdaya jatuh dan terduduk ke lantai. Segelintir kenangan masa lalu menari nari di pikiranku, beribu sesak memenuhi pikiranku. Ku coba menenangkan pikiranku, hatiku. Tapi akal sehatku tak berdaya melawan perihnya hatiku. Ku mencoba bangun dan beranjak dari ketidakberdayaanku, berusaha menata kembali serpihan hati yang telah hancur berkeping-keping, berusaha kuat demi dia yang ku sayangi. Lagipula ia pergi kan untuk menimba ilmu, untuk menjadi orang hebat. Seulas senyum tersungging di wajahku yang sudah tak tau lagi seperti apa. dengan langkah gontai, ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi, dan selepas itu aku akan pergi ke rumahnya untuk melepas kepergiannya ke bandara pada pukul 8 malam nanti.
"Assalamualaikum." Ucapku, mengetuk pelan pintu rumah kak Athar.
"Waalaikumsalam, eh Alyn mau ketemu Athar ya?" Ucap mama nya kak Athar, tante Diana.
"Eh, iya tante. Ada kak Athar nya gak di rumah?" Ucapku tersenyum ramah.
"Iya ada, masuk aja ke kamarnya, Athar nya lagi ngemas baju buat keberangkatan nya malem nanti, kamu mau anter Athar ke bandara?" Pertanyaan tante Diana sukses menyesakkan dadaku, hatiku sakit setiap kali mendengarnya, bibir ku kelu rasanya. Mataku mulai memanas, perlahan air mata menggenang memenuhi kelopak mataku.
"I....yy..a tante." Ucapku tersenyum tipis.
Ku langkahkan kaki ku satu demi satu anak tangga menuju kamar nya. hingga aku sampai di depan pintu kamarnya.
"Tok...Tok kak ini aku Alyn." Ucapku mengetok pintu itu perlahan. Dan terdengar suara dari dalam membukakan pintu.
"Alyn kapan dateng ke sini nya? Kok bunda gak ngasih tau kakak ya kalau kamu dateng, padahal kakak udah bilang ke bunda kalau kamu udah datang kasih tau kakak."
"Barusan kok kak. Baru aja sampe. Tante Diana langsung nyuruh aku masuk ke kamar kakak." Ucapku menjelaskan.
"Oh gitu, ayo masuk." Dania mempersilahkan ku masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATFAALFE
Teen FictionAllifa Naufalyn Zahra Wijaya Gadis cantik dan ceria berusia 17 tahun, harus mengalami berbagai kisah pahit dalam hidupnya, teror demi teror ia dapatkan dari seseorang dimasa lalu akibat perbuatan yang tidak pernah di lakukannya. Kepribadian ganda...