Chapter 13

66 11 2
                                    


Hari demi hari kondisi Alyn semakin memburuk. Dan awalnya pihak keluarga besar Alyn ingin memasukan gadis itu ke rumah sakit jiwa, namun ibunda Alyn selalu menolaknya dengan alasan ia tidak tahan jika harus melihat putri semata wayangnya harus mendekam di rumah sakit jiwa. Ia tak mau kehilangan putrinya lagi setelah satu putrinya pergi darinya.

Berbagai upaya dan cara sudah Fairel dan Naila tempuh untuk mengembalikan sahabat mereka seperti dulu, sosok Alyn yang selalu ceria, bahkan jika orang lain tak begitu mengenalnya ia dikenal seperti sosok gadis tanpa beban dan masalah, karena Alyn tidak pernah menampakan masalahnya, ia selalu meyimpan rapat-rapat masalah pribadinya, kecuali kepada keluarga dan sahabat-sahabatanya. Semenjak Alyn sakit, Naila dan Fairel sangat rajin sekali mengunjungi Alyn, mereka ingin selalu memantau kondisi Alyn setiap harinya, namun dari hari ke hari kondisi nya tetap sama, tak menunjukan perubahan yang berarti.

"Naila pulang sekolah ke rumah si penguntit yuk,gue mau ngajak dia jalan."

"HAH?? Jalan-jalan?" Ucap gadis itu dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin Fairel mengajak Alyn keluar rumah, sedangkan Fairel sendiri tau kondisi Alyn sedang jauh dari kata baik.

"Lo tau kan kondisinya Alyn sekarang?" Tanya gadis itu.

"Ya gue tau, makanya gue ajak dia jalan keluar." Ucap Fairel. Gadis itu benar-benar tak mengerti maksud dari perkataan cowok yang berada di hadapan nya ini.

"Serah lo aja dah gue ikut aja." Ucap gadis itu mengiyakan, meskipun tanda tanya besar menghantam otaknya.

***

"Alyn, ini gue Naila, gua masuk ya?" Ucap Naila memegang knop pintu kamar Alyn, dan membuka pintu itu. Ia perlahan masuk kedalam kamar sahabatnya, diikuti Fairel di belakang.

"Lyn gue bawa si makhluk astral kesini gak apa kan?" Celetuk Naila asal seraya melirik Fairel, Fairel melotot ke arahnya, membuat Naila terkekeh.

Gadis itu hanya diam, tidak mengindahkan perkataan Naila tadi, Naila benar-benar tak percaya, penampilan sahabatnyakian hari kian mengenaskan. Naila menatap gadis yang berada di hadapannya itu dengan tatapan nanar, sejurus kemudian air matanya mengalir dengan derasnya, ia tadi mencoba kuat untuk sahabatnya itu, namun nihil ia tidak bisa, sedangkan Fairel memasang ekspresi datar, yang sulit diartikan.

"Lyn gue sama si Fairel mau ajak lo jalan, lo mau kan?" Gadis itu hanya diam, tatapan nya benar-benar kosong.

Tanpa mendengar persetujuan sahabatnya, ia langsung menarik gadis itu keluar dari kamarnya dan membawa gadis itu pergi. Gadis itu hanya diam, ia hanya mengikuti arahan Naila. Mereka mengajak Alyn ke sebuah danau di perbatasan kota.

"Alyn, lo inget gak kita sering main ke sini waktu kecil? Hm?" Tanya Naila kepada gadis yang berada di sampingnya. Gadis itu tidak menjawabnya, diam, tatapan nya kosong. Fairel hanya diam sedari tadi, ia hanya menjadi pendengar saja.

"Lyn masih inget gak kita sering main air di danau ini, ciprat-cipratan air sampe baju gue ama lo basah semua?" Kenangan masa kecil mereka teringat kembali, Naila memang sahabat Alyn sedari dulu, sejak mereka masih di Taman Kanak-kanak.

*Flashback

"Naila, kita main yuk ke danau." Ucap Aln kecil menarik tangan Naila kecil.

"Ayo, eh bentar aku mau beli ice cream dulu, kamu tunggu sini ya, o iya Alyn mau ice cream gak? Ntar Naila beliin buat Alyn?" Tawar Naila kecil, Alyn kecil hanya menganggukan keplanya, setelah itu Naila kecil menghampiri pedagang ice cream.

"Alyn nih buat kamu, kamu suka rasa strawberry kan? Yang strawberry buat kamu, yang coklat buat aku."Ucap Naila kecil seraya menyodorkan ice cream rasa strawberry kepada Alyn kecil, Alyn kecil bersorak gembira mendapat ice cream tersebut.

ATFAALFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang