Chapter 18

6 0 1
                                    

*Athar Pov

Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Rasanya aku rindu sekali pada kampung halamanku. Aku rindu saat-saat menikmati suasana rumah yang ramai. Masih terekam jelas dalam memoriku akan masa kecilku yang kuhabiskan disana.Dan aku rindu pada---gadis itu.

Hari ini rencananya aku akan pulang ke Indonesia, untuk liburan semester. Tanpa pikir panjang, segera aku kemasi barang-barangku yang akan ku bawa, tak lupa aku juga sudah menyiapkan oleh-oleh untuk keluargaku, dan beberapa jam kemudian, semua barang-barang telah tersusun rapi di dalam koper.

Setelah beberapa jam lamanya di dalam pesawat, akhirnya pesawat telah tiba di bandara international Soekarno-Hatta. Dan seluruh penumpang menuruni anak tangga pesawat satu-persatu. Tak lupa aku mengambil koper milikku dan langsung masuk kedalam taksi. Tak ada sambutan apapun, tak ada yang menjemputku ke bandara, karena aku memang telah merahasiakan kedatanganku, aku ingin memberi kejutan kepada mereka.

Sepanjang perjalanan, aku terus memandangi jalanan ibu kota Jakarta yang padat, 7 bulan kepergianku rupanya tak ada yang berubah sedikitpun, Suasana kota Jakarta masih tetap sama.

Sesampainya di rumah, ku edarkan pandanganku ke sekeliling rumahku, rumahku pun masih tetap sama tak ada yang berubah. Ku pejamkan mataku, seketika kenangan masa kecilku terputar kembali dalam otaku seperti kaset rusak. Ku langkahkan kaki ku hingga tepat di depan pintu rumah.

TOK...TOK...

Ku ketuk pintu itu seraya memencet bel rumah, terdengar suara dari dalam membukakan pintu.

"Den A--thar?" Ucap bi Tika asisten rumah tangga keluargaku. Bi tika membulatkan matanya sempurna. Bi Tika menatapku dengan tatapan tak percaya, membuatku terkekeh geli melihat ekspresi nya.

"Iya bi ini aku Athar, biasa aja kali bi natapnya." Ucapku membuyarkan lamunannya akan diriku.

"Ini bener den Athar? Waaahh tambah ganteng yaaa." Ucap bi Tika masih dengan tatapan tak percayanya.

"Iyalah ini aku Athar." Ucapku memutar bola mataku.

"Hehehhe, yakali, siapa tau bibi lagi berhalusinasi." Ucap bi Tika seraya nyengir kuda.

"Aku di biarin di luar aja ni bi? Gak di suruh masuk?" Sindirku pada bi Tika.

"Ya ampun den bibi lupa, ayo masuk den, sini bibi bawain kopernya." Ucap bi Tika. Lalu aku menyerahkan koper berwarna hitam itu kepada bi Tika.

"Tik siapa yang da—-" Ucap wanita paruh baya yang berjalan menghampiriku. Ucapannya terhenti ketika melihatku, ia menatapku dengan tatapan tak percaya, air matanya perlahan mulai membasahi pipinya.

"Athar?" Tanya wanita paruh baya itu, ia berjalan menghampiriku.

"Mamaaaa." Ucapku langsung menghambur ke pelukan tubuh wanita itu. Air mataku tumpah seketika itu juga, larut kedalam rasa rindu yang teramat sangat kepada wanita paruh baya itu, yang tak lain adalah mamaku.

"Mama kangen banget sama kamu, gimana kabar kamu sayang? Kok kamu gak ngasih tau mama atau papa sih kalau kamu mau pulang? Padahal kan mamah bisa jemput kamu di bandara." Ucap mama seraya membelai rambutku. Aku sangat rindu sekali dengan pelukan nya, serta setiap nasihat yang terlontar dari bibirnya.

"Athar juga kangen banget sama mama, sengaja sih Athar gak kasih tau mama, Athar mau ngasih kejutan buat mama." Ucapku. Mama mendelik tajam kearahku.

"Dasar ya Athar, kamu mandi dulu sana, bau asem, nanti kita lanjut ngobrolnya, mama juga mau kasih tau papa kalau kamu sudah pulang, dan rencananya hari ini mama bakal bikin semua masakan kesukaanmu, nanti kita makan bersama." Ucap mama seraya melepaskan pelukan.

ATFAALFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang