"Lyn, buka pintunya sayang, kamu makan ya?" Ucap Fany bunda Alyn, mengetuk pintu kamar Alyn.
Cklek.
Pintu tak terkunci, Bunda Alyn pun menghembuskan nafas lega, karena pintu kamar putrinya tidak terkunci, Bundanya menatap putri kecilnya yang sekarang kini tumbuh menjadi gadis remaja, ia manatap putrinya dengan tatapan nanar. Dan tanpa ia sadari air matanya mengalir membasahi nampan yang dibawanya, di nampan tersebut terdapat segelas susu dan makanan untuk putri kesayangannya.
Gadis itu hanya diam mematung, dengan tatapan kosongnya, penampilan gadis itu kian hari kian mengenaskan. Lingkaran hitam di matanya nampak begitu kentara, kukunya panjang tak terawat, membuat Fany menjerit di dalam hatinya, menatap putri kecilnya.
"Sayang kamu makan ya?" Ucap bundanyatersenyum tipis sebari menyodorkan makanan, hendak menyuapi putrinya. Gadis itu hanya diam membisu tanpa bicara sepatah katapun. Dan itu tambah membuat hatinya teriris melihat putrinya yang tampak mengenaskan. Seorang ibu mana yang tak sedih melihat putrinya seperti benda mati?
"Allifa Naufalyn Zahra Wijaya, putri kecil bunda, permata hati bunda, kesayangan bunda, harta bunda yang berharga, plis jangan kayak gini sayang, kembalilah menjadi sosok Alyn yang dulu yang periang, manja, bunda kangen sama mulut cerewet kamu." Ucap bundanya tak kuasa menahan air matanya, hatinya menjerit sejadi-jadinya.
"Alyn makan yaaa, bunda suapin." Tak ada tanda-tanda gadis itu menyambar makanan yang di sendokan ke arah mulutnya. Gadis itu masih tetap bungkam, dan masih terus menutup mulutnya rapat-rapat.
"Alyn, sesendok aja yaaaaa." Ucap Fany yang tak tau lagi harus bagaimana ia membujuk putrinya supaya mau makan.
Bundanya tak tau lagi harus bagaimana membujuk putrinya supaya mau makan, ia hanya bisa menghela nafas berat seraya menaruh makanan tadi di atas nakas dan mengambil sisir berwarna pink di meja rias putrinya.
Perlahan tapi pasti bundanya menyisir helai demi helai rambut panjang nan kusut putrinya, hatinya di penuhi beribu sesak.
"Sayang, kamu sakitin diri kamu lagi ya? Luka di pergelangan tangan kamu makin parah." Ucap bundanya saat melihat goresan luka di pergelangan putrinya semakin parah dan bertambah banyak. Gadis itu masih diam, tatapannya benar-benar kosong.
Bundanya kemudian mengikat rambut panjang putrinya, dan mengambil kotak P3K yang berada di dalam lemari putrinya, dan mulai mengobati luka putrinya dan kemudian membalutnya dengan kain kasa. Sesekali gadis itu meringis menahan perih. Perasaan bundanya saat ini benar-benar hancur tak bersisa, melihat putrinya sehancur ini, seluruh anggota tubuhnya bagaikan di cabik-cabik.
"Kembalilah princess, ayo kembali tersenyum seperti dulu, kumohon!!" Seru bundanya, tak kuat melihat kondisi princess nya seperti ini.
"Apa Alyn mengidap Alter Ego? Tidak mungkin!!! Fany, jangan berfikir yang tidak-tidak!" Batinnya mencoba menetralisir fikiran negatifnya akan putrinya.
Setelah beres mengobati putrinya, ia kemudian menaruh kembali kotak P3K ketempat semula, dan keluar dari kamar putrinya dengan di penuhi beribu sesak.
***
Gadis itu mendengus kesal seraya mengaduk-aduk coklat panas yang berada di tangannya. Ia bahkan tak berniat untuk meminumnya lagi.
"Nai, Alyn belum sekolah juga?" Ucap pria itu menghampiri Naila. Naila hanya menggelengkan kepalanya pelan, seraya terduduk lemas di depan kelasnya.
"Gue kangen banget ama lo Lyn." Ucap pria itu lirih, nyaris tak terdengar. Namun Naila bisa mendengar sayup-sayup perkataan pria itu barusan. Naila mendongakan kepalanya ke arah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATFAALFE
Teen FictionAllifa Naufalyn Zahra Wijaya Gadis cantik dan ceria berusia 17 tahun, harus mengalami berbagai kisah pahit dalam hidupnya, teror demi teror ia dapatkan dari seseorang dimasa lalu akibat perbuatan yang tidak pernah di lakukannya. Kepribadian ganda...