Chapter 5

111 15 3
                                    


"Ayo Naila kita pulang!" Ucapku lirih, nyaris tak bersuara.

"Awas ya kalau si Alyn sampe kenapa-napa! Gue laporin ke tante Fany ama om Wijaya!" Ucap Naila seraya menggandeng tanganku dan melangkah pergi menuju gerbang sekolah.

Sepertinya si balok es masih diam mematung disana. Dan aku tak mau memperdulikan hal itu. Yang jelas hari ini aku benar-benarbadmood!! Aisshh dasar Fairel sialan!!!

***

"Assalamualaikum Bunda Alyn pulang" Ucapku setiba di rumah.

"Waalaikumsalam, eh anak bunda udah pulang, loh kenapa? kok pulang-pulang muka kusut gitu? Kumel, kucel muka di tekuk lagi, ada apa? cerita sama bunda." Ucap Bunda memberondongiku banyak pertanyaan. Aku memutar bola mataku malas.

"Enggak kok bun, cuma sedikit lelah aja." Ucapku berbohong. Mana mungkin aku beri tau bunda kalau aku sedang tidak baik-baik saja, tambah lagi kalau aku cerita kejadian hari ini, uh bisa-bisa abis deh aku di ketawain bunda.

"Nih liat Alyn gak kenapa-napa kan?" Ucapku memberikan cengiran lebar yang memperlihatkan deretan gigiku yang rapi.

"Kamu jangan bohong sama bunda, ayo coba ceritakan sama bunda kamu kenapa?" Ucap bunda bertanya lagi kepadaku. Jangan harap aku bisa berbohong sama bunda, karena bunda itu seorang psikolog sekaligus psikiater, sekali bohong pasti ketauan.

"Aku rindu kak Athar bun!!" Ucapku lirih, bahkan hampir tidak terdengar.

Dan ya air mata sialan ini kembali hadir, mengalir begitu deras. Ada rasa sesak yang selalu menggelayuti hatiku. Ada beribu kenangan yang sampai saat ini selalu membayang-bayangi pikiranku. Aku merindukan sosok nya. Kehangatan dibalik mata hitam nya. Cinta di balik dinginnya. Semuanya. Aku merindukan semua yang ada di dalam dirinya.

"Udah, udah, jangan nangis, anak bunda gak cengeng, kak Athar kan lagi menimba ilmu, buat jadi anak sukses, jadi jangan sedih, bunda juga tau ini semua berat buat kamu, lakukan hal yang positif biar kamu bisa melupakan sejenak segelintir masa lalu yang membayang-bayangi dirimu, belajar yang rajin buat kak Athar, buat bunda, papih buat semuanya. Berikan yang terbaik buat kak Athar dengan cara kamu belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh." Ucapan bunda seakan langsung menohok masuk kedalam jantung pertahananku. Semangat itu kembali hadir dalam diriku. Bunda benar,aku tidak boleh terus-terusan seperti ini, aku harus bangkit. Aku harus kembali menata hatiku.

"Makasih bunda, atas sarannya, sekarang Alyn udah merasa lebih baik, Alyn sayang bunda." Ucapku seraya memeluk bunda.

"Sama-sama sayang, kalau ada apa-apa cerita aja ama bunda ya, gak usah di tutup-tutupi."

"Iya bunda, siap!!"

"Udah sana ganti baju, udah gitu makan, kamu bau asem ih." Ucap bunda menjawil idungku.

"Yeee bunda bau asem gini aku tetep cantik dan wangi tau!!" Ucapku dengan pedenya.

"Iya-iya udah gih sana ganti baju." Ucap bunda.

"Iya bundaaaaa"

***

Malam ini hujan turun begitu deras, derasnya hujan yang setiap hari turun dari langit dengan memberikan sejuta manfaat, sama hal nya dengan perasaan cintamu padaku yang selalu memberikan berbagai macam cerita di hidupku. Aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan. Dinginnya udara saat ini menyelinap masuk kedalam pori-pori kulitku, membuat bulu di tanganku berdiri. Tepat saat hujan deras, semua kenangan indah seakan berhamburan di teras. Bersama air hujan yang turun malam ini, kujatuhkan sebuah perasaan yang menjelma air mata. Aku menyampaikan kesedihan lewat hujan, dan dia mewakili perasaan lewat tetesan.

Aku mencintaimu, seperti bunga yang mencintai keharumannya, bagaikan air hujan saat ini yang mencintai tetesan airnya, seperti bulan yang mencintai langit malamnya, dan seperti matahari yang mencintai cahayanya.

Aku merasa betapa beratnya diriku melewati hari, tubuhku rasanya begitu lemah, jiwaku kosong tanpa kehadiran dirimu disisiku.

Fairel POV

Saat jam pelajaran usai, ku langkahkan kaki ku menuju koridor sekolah. Aku melihat rentetan anak-anak tengah melihat papan pengumuman dengan berdesak-desakan seperti ibu-ibu tengah mengantri sembako. Timbulah dorongan dalam diriku untuk menuju papan pengumuman tersebut. Entahlah, seperti ada sesuatu yang menarikku, yang menggelitik hatiku, seperti ada magnet kuat yang menarik ku ke papan pengumuman. Ku urungkan niatku yang tadinya ingin langsung pulang.

Langkahku terhenti saat aku melihat gadis dengan rambut hitam panjang yang di biarkan tergerai indah tengah duduk dengan anggunnya di bangku dekat papan pengumuman. Aku bisa menangkap ekspresi di wajahnya yang seperti menyiratkan bahwa ia sedang bete dan kesal. Tak kupedulikan raut wajahnya yang kesal dan bete tersebut. Tiba-tiba saja timbul dorongan untukku menjahilinya. Gadis itu ialah gadis yang sewaktu itu menabrakku hingga semua bukuku terjatuh, gadis yang menyapaku di toko buku beberapa waktu lalu. Ya ialah gadis yang membuatku tertarik tuk selalu menjahilinya.

"Heh penguntit lo disini?" Tanyaku. Sejujurnya dalam hati aku ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresinya seperti orang yang baru saja melihat hantu.

"Lo? Apa lo bilang? Gue penguntit? Maksud lo gue ngikutin lo gitu? Heh gue bukan penguntit!!! Ng..ngapain lo disini?!" Ucapnya berapi-api seraya menyipitkan kedua matanya. Aku tau pada saat itu ia lagi bete, tapi entah kenapa ia terlihat begitu menggemaskan. Aku ketagihan lagi dan lagi untuk mengerjainya. Bagiku ia seperti suplemen vitamin penambah energi buatku. Entah kenapa mengerjainya menjadi kesenangan tersendiri bagiku.

Tiba-tiba saja gadis itu terdiam dan sepersekian detik ia menangis, membuatku bingung, aku bingung ia menangis karena ledekanku,ataukah ia menangis karena hal lain. Entah kenapa hati kecilku berkata bahwa ia tengah merindukan seseorang, seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Entah kenapa perasaanku tidak karuan, ada rasa nyeri yang teramat sangat ketika melihat gadis itu menangis. Aku tak mengerti perasaan macam apa ini. Kenapa hatiku begitu menderita melihat ia menangis, apakah aku terlalu berlebihan menjahilinya? entahlah! Setumpuk pertanyaan menari-nari dalam otaku minta diberi jawaban, namun nihil aku tidak bisa menjawabnya.

Ingin sekali ku meminta maaf padanya, karena telah membuat ia menangis. Namun entah kenapa kata-kata itu tertahan dalam kerongkongan, tidak bisa ku keluarkan. Bungkam seribu bahasa. Hanya bahasa mata sajalah yang bisa menyiratkan segalanya. Termasuk gadis itu.



To be continue.....


Hay guysss maaf banget ya part kali ini pendekkk dekk dekk banget,,,,,,, author lagi sibuk-sibuknya. ini juga nyempetin ngetik dan post ini. semoga kalian gak kecewa ya ama part ini. maaf kalau nanti author jarang update. tetep pantau terus ya ATFAALFE nya.

Vomment jugaaaaa

see you next time

ilma

ATFAALFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang