8

2.9K 266 0
                                    

Mengapa susah sekali hidup seperti orang lain?

•EIGHT•

Jimin tampak sibuk berkutat memandang layar monitor diatas meja belajar kamarnya. Ditambah dengan beberapa buku tebal memenuhi meja besar itu dan setumpuk kertas tebal yang berada di tangannya. Aktivitasnya terhenti, benda persegi empat itu mencuri perhatiannya. Tangannya meraih benda itu, menjawab telfon dari seseorang dan meletakkannya di telinganya.

"Yeoboseo?"

"Tuan Muda, ini aku"

"Kau mendapatkannya?"

"Park Jihae, gadis itu bekerja paruh waktu di cafe itu, menjadi pelayan cafe dari jam 4 sore hingga 12 malam. Ia sudah bekerja selama hampir 5 tahun belakang ini dan mendapat perlakuan khusus dari pemilik cafe. Dan juga, aku dapat informasi ia juga bekerja di toserba 24 jam dekat persimpangan jalan rumah anda mulai dari jam 3 pagi hingga jam 7. Bahkan di akhir pekan, ia memiliki beberapa pekerjaan paruh waktu lainnya dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Aku juga mendapat kabar tentang, bahwa ia...."

"Apa?"

"Ia sering berada dirumah sakit milik Tuan Park. Aku belum mencari informasi lebih lanjut mengapa ia ada disana. Dari yang ku dengar, gadis itu merupakan pasien dengan penyakit mematikan"

Jimin terdiam, entah mengapa seolah sesuatu menyakitkan menusuk dirinya.

"Tuan muda?"

"Cari informasi mengenai gadis itu disana"

"Baik Tuan"

Jimin menutup sambungan telfon, meletakkan ponselnya di atas meja. Pikirannya kini tertuju pada gadis itu. Bekerja paruh waktu? Selama hidupnya hanya ia habiskan untuk bekerja paruh waktu? Bahkan dihari libur saat ia tidak sekolah, gadis itu justru bekerja full seharian. Kenapa hal ini justru menganggu pikirannya? Ingat Park Jimin, kau membencinya, ia benar-benar membenci gadis yang merusak kebahagiaan keluarganya. Gadis itu seharusnya tidak terlahir dan menjadi bagian dari keluarganya.

Tok tok tok

Pintu kamar Jimin terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya berdiri didepan pintu kamarnya. "Eoh, eomma. Waeyo?"

"Appa mu sudah pulang. Kajja, kita makan malam bersama"

"Baiklah"

Ia membereskan barang-barangnya dan kemudian bergegas turun dari lantai dua ke lantai dasar bersama ibunya. Di meja makan, sudah ada Ayah dan Adik perempuannya Jiyoon. Ia menduduki kursi didekat ayahnya.

"Wah, apa calon dokter ini sangat sibuk?" canda pria paruh baya yang memang sudah lama tidak pulang ke rumah.

Jimin tersenyum. "Hanya mengerjakan beberapa hal saja, Abeoji"

Pria itu tersenyum tipis.
"Ah, benar. Dimana Jihae?"

Semua orang terdiam, Jimin dan Jiyoon menatap ke arah ibunya.

"Dia pasti sedang bersenang-senang bersama temannya. Kau tau? Bahkan ia jarang pulang ke rumah dan menghabiskan banyak uang untuk berkeliaran diluar" jawab ibunya. Benar-benar kebohongan yang menakjubkan.

Jimin tertunduk lesu, entah kenapa perkataan ibunya benar-benar membuatnya merasa sedikit bersalah.

"Benarkah? Bukankah seharusnya ia sibuk belajar di usia seperti ini?" tanya pria itu lagi.

"Kau tau sendiri, anak jaman sekarang. Mereka merasa seolah-olah sudah dewasa di umur mereka sekarang" jawaban bohong kembali terlontar. Jimin berusaha untuk menghiraukannya, tapi tetap saja hal ini menganggu pikirannya. Andai saja ia bisa mengatakan, gadis itu bukan bersenang-senang, ia sedang bekerja mati-matian mencari uang untuk kehidupannya sendiri. Ya, ibunya bahkan tidak tau menahu soal Jihae dan tak mau memberi sepeser uang pun kepada gadis itu. Itu hanya akan membuang uangnya untuk hal yang tak berguna, begitulah kira-kira ibunya berkata. Apa sekarang, hatinya sudah mulai merasa kasihan dengan Jihae?

Mianhae(미안해)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang